Setelah berpamitan pada Paman dan Bibinya, untuk pulang. Syahida di ajak oleh Fatma untuk pergi pusat perbelanjaan. Gedung tinggi menjulang dimasuki ketiganya. Sebenarnya Syahida sangat berat meninggalkan Paman dan Bibinya bersama Delina.
Delina semakin sulit diatur. Pergaulan bebas membuatnya durhaka pada Ibunya sendiri. Ibu yang dulu selalu memanjakannya, memberikan apapun untuknya. Kini, ketika perempuan tempat letak surganya telah rentan. Delina sama sekali tidak ada niatan untuk merawatnya. Sungguh kasihan Syahida ketika melihat kondisi mental terus saja di serang putri sematang wayang sendiri.
Sudah secara fisik tidak bisa leluasa seperti diwaktu muda. Kini mentalnya pun ikut merasa sakit.
"Syahida, kamu enggak mau belanja?" tanya Fatma melihat Syahida yang sedari tadi hanya diam, mengikutinya dari belakang.
"Tidak Bi, Syahida sedang tidak ingin belanja," balasan Syahida membuat Fatma merasa sedih. Jika saja dia tahu akan ada masalah ketika Syahida berkunjung ke rumah Pamannya. Fatma mungkin tidak akan langsung mengajak Syahida pergi.
"Syahida, kamu jangan sedih. Masih ada hari esok. Bibi akan izinin kamu untuk pergi ke rumah Pamanmu. Dengan Syarat ...."
"Syarat?" Fatma mengangguk sembari tersenyum.
"Kamu jangan murung. Happy ya." Mencubit pipi Syahida, seketika membuat Syahida meringis kesakitan." Ad-aduh ... sa-sa-sakit Bi." Fatma melepaskan cubitannya.
"Bi, terus bagaimana dengan Kak Azzam? Bukankah kita seharusnya berangkat setelah bertemu dengan Paman. Syahida?"
"Emang kamu sudah bisa? Rela? Ninggalin Paman dan Bibimu?" Fatma malah balik bertanya.
"Tapi, Bi."
"Sudah, jangan dibahas lagi. Pokoknya ... Kamu puas-puaskan dulu bertemu dengan Paman dan Bibimu. Masalah Azzam kamu tenang saja. Dia bukan pria yang manja. Dia juga orangnya pengertian."
"Ayo, temani Bibi cari perabotan." Menarik pergelangan tangan Syahida.
"T-ta-tapi Bi, Adam. Adam di mana Bi?"
"Kamu tenang saja ... Adam sudah besar. Dia bisa mencari kita."
📃📃📃
Langkah sepatu pantofel warna hitam milik Azzam terdengar lumayan nyaring ketika bersentuhan pada lantai kampus. Baru saja tiba di Turki, Azzam langsung masuk untuk mengajar. Namun, sebelum itu. Dia harus menuju ruangan Ayah Aynur.
Tok!
Tok!
"Masuk." Azzam membuka kenop pintu. Di dalam ruangan hanya ada Ayah Aynur. Tidak seperti biasanya, padahal pada jam-jam ini Aynur akan selalu berada di ruangan Ayahnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Marhaba," sapa pria paruh baya.
"Bagaimana perasaanmu setelah cukup lama meninggalkan negeri tercintamu?"
"Ya ... Saya sangat senang prof, saya bisa bertemu dan berkumpul dengan teman-teman saya."
Azzam duduk berhadapan dengan Ayah Aynur yang sedang bersender pada sofa. Matanya menelisik setiap inci pada Azzam. Sembari tersenyum dan termanggut-manggut mendengarkan ucapan Azzam tentang pengalaman sewaktu pulang ke Indonesia.
"Kamu sudah menikah?" Pertanyaan Ayah Aynur seketika membuat Azzam tersedak oleh segelas putih di hadapannya.
"Ya, Prof. Pernikahan saya diadakan begitu dadakan. Saya juga awalnya cuma ... Iseng menyetujui perjodohan. Tidak akan tahu akan berakhir seperti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Ankara S2
Romancesetelah memutuskan membatalkan taa'rufan dengan Syahida. Azzam memboyong Bibi dan Adiknya untuk pindah ke Turki. tinggal tiga setengah tahun diluar negeri, Azzam hanya menghabiskan waktunya untuk mengajar dan berkumpul dengan orang terdekatnya. hin...