Setiba di Turki, Azzam di sambut oleh Civan, Aynur beserta Nedim dam istrinya di bandara. Azzam tersenyum senang memeluk Nedim dan Civan bergantian.
"Assalamualaikum," sapa Azzam.
"Waalaikumsalam. Marhaba," balas ke empatnya.
"Welcome Mr. Azzam." sapa Civan.
"Ya, thank you."
"Azzam, Congratulation for you," ujar Nedim menepuk-nepuk pundak Azzam. Sedangkan Azzam tersenyum sumringah mendengar hal itu." thank you."
Di saat Mereke bercengkrama, Aynur berinisiatif sendiri mendekat. Dia terlihat senang dengan kembalinya Azzam ke Turki.
"Azzam, Dimana Bibi Fatma dan Adam? Apa mereka tidak bersamamu?" tanya Aynur seketika membuat Azzam sekilas melihat ke arahnya. Namun dengan cepat menundukkan kepalanya.
"Mereka masih di Indonesia bersama---"
"Kapan mereka kembali?" Aynur kembali bertanya.
"Mungkin mereka beberapa hari lagi akan menyusul setelah bertemu dengan Paman dan Bibi Syahida."
"Syahida? Who is she?" Civan, Nedim beserta Istrinya terdiam. Hal ini membuat Aynur merasa ada yang ditutupi darinya.
"Miss Aynur. Sebaiknya jangan banyak tanya dulu. Kasihan Mr. Azzam. Dia baru saja sampai. Besok juga harus segera kembali mengisi kelas," sanggah Civan mengambil alih koper Azzam.
"Ya, ayo kita pulang. Ratan juga sudah memasak makanan kesukaan Azzam di rumah, ayo kita segera pulang," ajak Nedim.
Aynur merasa diabakan, hanya diam dan menurut untuk ikut bersama lainnya yang telah menuju parkiran.
Rumah dua lantai yang beberapa hari ditinggalkan Azzam masih terlihat bersih saat terakhir kali dia meninggalkan rumahnya. Sebelum pulang ke Indonesia, Azzam meminta Civan mencarikan penjaga. Namun, Civan menolaknya. Biarlah dirinya saja yang mendiami rumah Dosen pembimbingnya tersebut.
Mereka berlima berkumpul di ruang tengah yang terdapat meja makan berbentuk lingkaran. Ratan berdiri keluar masuk dapur untuk menyajikan makanan yang telah dibuatnya.
Di atas meja terdapat makanan khas Turki yang sudah cukup lama menjadi makanan kesukaan Azzam semenjak tinggal di negara tiga benua tersebut.
Saking barunya memasak, kepulan asap kecil masih melayang di permukaannya.
"Nedim, hentikan Istrimu. Sudahlah, jangan terlalu repot menyediakan sebegitu banyaknya makanan. Saya juga tidak akan mampu menghabiskan jika tidak bantu kalian. Terdengar gelak tawa di ruang tersebut.
Di sela-sela sedang makan, Civan tidak sengaja membicarakan sesuatu di hadapan Aynur yang sedari awal pulang dari Bandara terus saja mencoba mendekati Azzam.
"Azzam, apa kamu mau lagi?" tanya Aynur menawarkan. Azzam tidak menjawab, hanya mengelengkan kepalanya.
"Mr Azzam. Dia so beautiful. Seperti bidadari. Meski Saya tidak melihat wajahnya karna bercadar. Saya yakin, pasti dia cantik. Jika kalau bukan karn itu. Tentu Mr Azzam tidak menikahinya," celetuk Civan membuat Aynur yang sedang menyuap makanan menyatuhkan sendoknya.
Memalingkan wajahnya ke arah Civan dan bergantian melihat Azzam. Di saat Nedim dan Ratan merasa cemas. Lain halnya dengan Azzam. Dia bersikap tenang. Seperti tidak terjadi apapun.
"Az-Azzam, kamu sudah menikah? Apa Syahida adalah nama istrimu?" Dalam bertanya, Aynur berusaha menahan rasa sedihnya. Tapi, tak dapat dipungkiri. Lapisan bola matanya telah berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Ankara S2
Romancesetelah memutuskan membatalkan taa'rufan dengan Syahida. Azzam memboyong Bibi dan Adiknya untuk pindah ke Turki. tinggal tiga setengah tahun diluar negeri, Azzam hanya menghabiskan waktunya untuk mengajar dan berkumpul dengan orang terdekatnya. hin...