05

45 6 0
                                    

Hanan

Sore hari ini kegiatan gue di sekolah vokasi selesai di pukul 15.00. Lumayan cepet dibanding biasanya. Syukurnya hari ini enggak ada tragedi apapun yang terjadi di laboratorium. Semuanya aman terkendali, baik kegiatan praktikumnya ataupun mahasiswanya.

Gue juga ketemu Zora tadi. Dia kelihatan biasa aja, seperti gue dan dirinya enggak saling kenal dan enggak pernah bertemu di luar kampus. Bagus deh, gue gak perlu repot-repot ngasih tau dia lagi buat nutupin perjanjian ini. Perjanjian yang sebenarnya belum resmi terjadi.

Setelah kelas selesai tadi, gue sempat mengirim pesan ke Zora untuk bertemu. Tempat dan jamnya gue suruh dia yang atur. Akhirnya dia memilih salah satu restoran cepat saji di dekat kampus dan jamnya di pukul 15.30.

Ada waktu 30 menit untuk gue pergi ke sana. Sebenarnya tempatnya dekat, bahkan bisa gue jangkau dengan berjalan kaki. Tapi gue sayang kaki gue, daripada balik-balik gue koyoan mending pergi naik motor.

Gue kira, Zora belum ada di tempat ini saat gue datang tapi ternyata anaknya lagi asik makan kentang goreng yang dia cocol ke es krim vanilla seakan es krim tersebut saos sambal. Aneh banget. Kayaknya semua tingkah yang dia lakuin tuh aneh deh. Orang mana lagi yang makan kentang dicocol ke es krim selain dia? Orang-orang normal di sekitar gue enggak ada yang ngelakuin ini soalnya.

"Kok udah di sini? Lama enggak nunggunya?" Gue langsung mendudukan diri di hadapannya. "Lama, dari habis kelas. Mau apa?" Dia menggeser makanannya agar memudahkan gue dan dirinya mengobrol.

"Mau pesen makanan, laper. Mau nitip?" Gue mendapat satu tatapan horor darinya. Meski ujung-ujungnya dia menitip satu burger dan satu soda. Gue dan dia memilih diam dan fokus menikmati makanan tanpa mengeluarkan suara. Asik dengan pikiran dan dunia kita masing-masing.

"Mau apa?" Zora langsung menodong gue dengan pertanyaan setelah dia selesai dengan makanannya. "Lanjutin obrolan kemarin. Nih, kalau lo setuju." Gue mengeluarkan sebuah kertas yang udah gue isi dengan beberapa kalimat.

Dia baca tulisan itu dengan serius, padahal dia pasti udah baca di email yang gue kirim kemarin. Lalu setelahnya menulis beberapa kalimat. "Nih, baca lagi." Dia menyerahkannya pada gue. Ternyata enggak banyak tambahan yang dia berikan. Gue cuman mengangguk tanda setuju dan menandatanganinya yang diikuti juga oleh Zora.

 Gue cuman mengangguk tanda setuju dan menandatanganinya yang diikuti juga oleh Zora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't fall in love with you?" Ucap gue setelah membaca kertas ini sekali lagi. "Iya. Kalau akhirnya lo yang jatuh lebih dulu, lo harus pergi sejauh-jauhnya dari hidup gue."

"Deal."

Gue menyetujuinya. Lagian kemungkinan gue untuk suka dengan dia sepertinya kurang dari 10%. Gue bukan tipe yang mudah suka sama orang, terlebih orang tersebut termasuk baru dalam hidup gue. Kali ini gue iseng-iseng aja, kepepet wisuda yang enggak ada gandengan. Daripada gue ngasih harapan palsu ke cewek lain, mending gue buat perjanjian aja sekalian.

"Udah ya? Gue balik." Zora merapihkan barang-barangnya yang lumayan berantakan di meja. "Mau gue anter?" Dia menggeleng sebagai jawaban. "Lo cuman jadi pacar bohongan, gak usah berperilaku kayak pacar beneran."

92 Almost ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang