12

39 4 0
                                    

Zora

"Lo beneran udah sembuh, Ra?" Berkali-kali Hanan nanya ke gue. Berkali-kali dia memaksa gue untuk kembali memeriksa keadaan gue. Bukan tanpa alasan, dia begini karena gue sudah diperbolehkan pulang di hari keenam gue dirawat inap.

"Udah. Udah seger gini, lo gak bisa lihat Han?" Sedikit kesal karena pertanyaan berulang dari Hanan yang sedikit ngeganggu aktivitas gue rapih-rapih sebelum pulang. "Lo beneran gak mau di MRI aja? Dokter kemarin kan udah ngerekomendasiin lo buat di MRI."

Lihat kan? Bawel banget orangnya. Pusing gue. Padahal yang ngerasain kan gue, kenapa malah dia yang bawel. Setelah kenal dengan Hanan, bukannya rasa kesal gue berangsur-angsur hilang yang ada malah nambah terus setiap hari. Hanan, lo emang jagonya bikin orang kesal.

"Enggak. Gue baik kok, Han. Enggak ada yang dirasa juga, cuman luka ini aja nih." Gue menunjukan kening gue yang jadi sumber datangnya bau anyir yang gue cium saat kejadian enam hari yang lalu. Selain itu, enggak ada luka lain yang gue rasa. Semuanya baik-baik aja, cuman dia aja yang terlalu parno.

"Kalau besok atau nanti-nanti ngerasa ada yang gak beres sama diri lo, langsung periksa ya. Kalaupun nanti bukan gue yang ada di samping lo, tetep harus periksa kalau kenapa-napa. Gue gak bisa terus-terusan kontrol lo, soalnya bentar lagi gue sama lo putus." Gue cuman mengangguk. Enggak mau menjawab apapun dari ucapannya.

Gue seperti disadarkan kalau akhir bulan nanti gue dan dirinya akan selesai. Selesai dengan semua yang gue dan dirinya telah tulis dan setujui. Selesai dengan hubungan tertulis ini. Seakan diingatkan, Hanan terus-terusan berbicara menyangkut hal ini padahal gue enggak ingin mengingatnya.

Gue cuman ingin menikmati sisa waktu gue dengan dirinya sebelum gue dan dia berpisah untuk menjalani kehidupan masing-masing. Tanpa bertukar kabar lagi, tanpa temu lagi, dan tanpa senyum hangat darinya lagi.

Gue cuman harus terbiasa kan? Terbiasa dengan hal itu secepatnya. Gue cuman perlu cepat-cepat menyadarkan diri untuk kembali ke saat sebelum ada dirinya. Kembali menjadi gue yang seenaknya. Seenaknya dengan kuliah gue, seenaknya dengan kehidupan gue, tanpa ada aturan darinya.

Sejak mengenal Hanan, ada banyak perubahan baik yang hadir di hidup gue. Gue lebih rajin mengikuti perkuliahan karena kritikan pedas darinya, gue lebih rajin belajar karena tes-tes iseng darinya yang akan menjatuhkan harga diri gue kalau gue enggak bisa menjawabnya, dan gue jadi lebih terbuka tentang perasaan gue yang selama ini lebih sering gue sembunyikan bahkan dari Dion sekalipun.

Setelah semuanya terjadi, bagaimana mungkin gue bisa biasa saja dengan kepergian Hanan. Kepergiannya di saat semua hal baik darinya akan tinggal di diri gue. Kepergiannya saat gue semakin terbiasa akan kehadirannya.

Gue memang pernah bilang padanya buat enggak jatuh pada diri gue. Enggak terjebak dengan perasaan dihubungan ini juga menjadi pegangan gue. Tapi nyatanya, gue sepertinya yang jatuh lebih dulu pada dirinya.

Jatuh pada pesonanya yang enggak menonjol tapi terus-terusan memaksa gue untuk melihatnya. Kalau seperti ini, siapa yang harus disalahkan? Diri gue karena terlalu mudah jatuh cinta atau Hanan yang dengan bodohnya membuat perjanjian bodoh ini?

"Gue anter langsung ke rumah ya? Biar istirahat." Ucapan Hanan membuyarkan pikiran gue. Lagi, gue cuman mengangguk sebagai jawaban. Menurut saat dia menuntun gue ke arah kursi penumpang di mobilnya dan menunggu dia masuk ke dalam mobil dalam diam.

"Mau makan dulu? Lo kangen makan apa?" Hanan mendudukan dirinya di belakang kemudi setelah menaruh barang-barang di bagasi. "Pengen soto."

"Di tempat biasa kan?"

"Iya. Mau gak?"

"Mau. Asal lo banyak makannya. Lo kurusan banget semenjak dirawat, kasihan gue liatnya. Takut dikira kurang gizi nanti sama orang-orang." Gue memukulnya lumayan keras. Lihat kan? Tingkahnya ngeselin terus. Capek deh gue. Buat calon istrinya nanti, get well soon deh ya mbak. Kamu dipilih Tuhan buat kesel setiap hari ngelihat tingkahnya Hanan.

92 Almost ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang