09

44 4 2
                                    

Zora

"Ra, sini duduk deket Ibu." Ibunya Hanan udah menarik satu kursi di sampingnya untuk gue, yang akhirnya gue duduki juga. "Kamu ada alergi?"

"Aku alergi kerang Bu, semua jenis kerang." Ibu mengangguk lalu memberi gue segelas es teh manis. "Makanan yang dipesan enggak ada kerangnya kok. Makan yang banyak ya, cantiknya Ibu." Gue cuman bisa mengangguk dan tersenyum tulus ke arah ibu.

Bertemu ibu buat gue ingat dan kangen sama bunda. Semakin kangen sampai buat gue pengen nangis sekarang juga. Senyuman tulus ibu, sentuhan hangat ibu, ucapan penuh sayang ibu, semua yang ibu berikan pada gue hari ini mengingatkan gue pada bunda. Gue seperti kembali bertemu sosok ibu setelah sosok itu hilang dari hidup gue selama beberapa tahun ini.

Entah kebaikan apa yang sudah gue lakukan hingga gue diberi kesempatan bertemu seseorang seperti ibu. Kehangatannya, keramahannya, keceriannya, semuanya memberi kesan tersendiri untuk gue. Gue ingin bertemu dengannya sesering mungkin, meski sepertinya hal itu enggak bisa terjadi.

"Cah ayu suka enggak sama makanannya?" Gue melihat ke arah sebrang, tempat di mana ayahnya Hanan duduk. "Enak om, mantap." Gue mengacungkan jempol dan dibalas dengan tawa oleh beliau.

Om Pram juga orang yang hangat. Gue benar-benar senang dan bersyukur diberi kesempatan bertemu ibu dan Om Pram. Meski sebentar, meski sederhana, gue pasti akan menyimpan dan mengenangnya dengan baik.

Acara makan siang yang nyerempet sore ini selesai di pukul 17.00, diakhiri dengan sesi foto bersama oleh 3 keluarga yang terasa seperti keluarga besar. Gue mengerti kenapa Hanan, Jo dan Gio bisa sedekat ini. Hubungan mereka udah bukan hanya antara anak, tapi udah melibatkan keluarga. Gue salut deh sama hubungan pertemanan ini. Gue juga berkenalan dengan Kristy dan Killa, pacarnya Jo dan Gio. Lucu ya pacar mereka huruf depan namanya sama-sama K. Kalau Hanan masih dengan mantannya, mereka akan punya pacar dengan huruf depan yang sama. Kebetulan yang lucu kan?

"Cah ayu, nanti main ya ke rumah. Kita jalan-jalan ke Bandung, ke rumah neneknya Hanan." Om Pram menatap gue setelah gue menyalami tangannya. "Harus dong itu mah, Yah. Nanti Ibu ajak jalan-jalan ke tempat kesukaannya Lanang kalau di Bandung. Dia gak usah diajak, jadiin supir aja." Ibu menimpali ucapan Om Pram dengan semangat. "Iya Om, Ibu. Nanti aku main-main ke Bandung ya."

"Yaudah, Ibu sama Ayah duluan ya. Kamu pulang dianter Hanan kan? Kalau dia nakal, hajar aja ya cantik. Nanti Ibu telepon ya." Ibu memeluk gue sebelum pergi. Peluk yang sangat erat hingga gue bisa merasakan deru napas ibu. Gue enggak menjawab, hanya mengangguk dengan membalas pelukan ibu.

"Lanang Ibu, hati-hati ya." Ibu memberi ciuman singkat di pipi Hanan sebelum meninggalkan gue dan Hanan. "Hati-hati ya Han, bawa perempuan." Om Pram memberi tepukan singkat di bahu Hanan dan mengelus kepala gue sebelum meninggalkan tempat ini menyusul ibu yang udah berjalan duluan.

Sekarang tersisa gue, Hanan, Jo dan Kristy. Jo dan Kristy kayaknya masih asik foto-foto di taman restoran yang gue akui emang bagus banget. "Mau pulang sekarang?" Hanan bertanya ke arah gue. "Ayo."

"Pamit ke Jo sama Kristy dulu yuk, habis itu gue anter lo pulang." Gue mengangguk dan mengikuti langkah Hanan ke tempat Jo dan Kristy berada. Asli deh, mereka keliatan serasi banget. Jo yang dari tampilannya udah keliatan aura kayanya, bersanding dengan Kristy yang enggak kalah elegan. Perpaduan yang pas kan? Gue yakin orang yang melihat mereka juga akan mengakui hal yang sama.

"Jo, Kris, kita duluan ya." Sepertinya suara Hanan lumayan mengaketkan mereka. Dilihat dari ekspresi mereka yang sempat terlihat kaget. "Bareng lah ke depannya Han. Gue sama Kristy udah beres."

"Ayo buruan."

Gue dan Hanan berjalan lebih dulu dibanding Jo dan Kristy. Gue gak kuat deh deketan sama mereka lama-lama. Takutnya barang-barang gue dari si toko oren pada goyang gara-gara gak kuat sebelahan sama barang-barang branded.

92 Almost ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang