Pria tua itu tersenyum. Jaket dan baju hangat sudah ia kenakan. Kini ia hanya perlu menunggu supirnya membukakan pintu untuknya dan membawanya keluar dari mobil. Tak perlu menunggu lama, si supir sudah membukakan pintu mobil untuknya, dan membantunya keluar dari mobil kemudian membantunya duduk di kursi roda yang telah disiapkan sebelumnya oleh si supir. Setelah semuanya beres, si supir mulai mendorong majikannya mengitari pinggiran sungai. Saat itu udara sedang sejuk, dan juga tak banyak orang, jadi mereka bisa dengan nyaman menikmati pemandangan indah disana. Cukup lama mereka berjalan-jalan dalam diam, dan si supir juga tak mengeluh sedikit pun karena harus mendorong kursi roda milik majikannya cukup jauh.
"Pak Sutomo" sapa si majikan kemudian memecah keheningan di antara mereka.
"Ya tuan?" jawab si supir.
"Aku mendengar kau sedang kesulitan keuangan" kata si majikan pelan, berusaha agar tidak menyinggung si supir, si supir hanya diam.
"Apa Zafreno baik-baik saja? Terapinya lancar?" lanjut si majikan. Si supir tersenyum.
"Dokter mengatakan, jika dia tidak mendapatkan pendonor kali ini, mungkin akan lebih sulit untuk kedepannya" jawab si supir lagi, masih terus mendorong kursi roda majikannya. Si majikan terdiam, mengingat kembali masa-masa kejayaannya dulu sebelum dia terkena stroke dan menjadi lumpuh seperti sekarang, pak Sutomo selalu setia berada di sisinya. Di sampingnya, sebagai seorang supir, tidak, pak Sutomo sudah lebih seperti seorang teman baginya.
"Kau, lanjutkanlah terapi untuk Zafreno, kau tidak usah mengkhawatirkan mengenai dana" ucap si majikan kemudian.
"Baik. Terima kasih banyak tuan" ucap si supir terharu, ternyata, waktu tak merubah kebaikan hati yang dimiliki majikannya itu, dia masih saja dermawan seperti dulu.
"Hmmm...apa Almeera baik-baik saja?" Tanya si majikan lagi, mereka berhenti tepat di pinggiran sungai, di tempat yang terdapat sebuah kursi taman. Si supir memarkirkan kursi roda majikannya disana, dan dia sendiri duduk di kursi taman.
"Iya...dia bekerja dengan penuh semangat setiap hari di perusahaan" jawab si supir.
"Apa dia sudah bertemu dengan Almert?" Tanya si majikan lagi. Si supir tidak menjawab, dia tidak tahu jawabannya. Almeera tak pernah menceritakan mengenai hal itu. Tiap hari, setelah pulang dari kantor, Almeera hanya makan malam lalu masuk ke dalam kamarnya, atau sesekali keluar bersama pacarnya, Erik.
"Hah...Almert anak itu, mungkin karena usianya yang sudah matang tapi belum menikah, dia menjadi mudah marah, terkadang membuatku berpikir apa sudah benar membuatnya menjadi Presdir?" lanjut si majikan mengeluh mengenai anak tunggalnya.
"Tapi bagaimana pun, Tuan muda adalah satu-satunya anak tuan, dan kudengar, perusahaan banyak mengalami kemajuan setelah dia mengambil alih" ucap si supir hati-hati, takut menyinggung perasaan majikannya.
"Kau benar mengenai hal itu. Aku mendidiknya dengan baik untuk menjadi seorang pewaris, tapi dia menjadi gila kerja sekarang, terlebih lagi saat dia memutuskan hubungan dengan tunangannya, padahal seharusnya sebentar lagi mereka menikah" cerita si majikan. Si supir kembali hanya diam, menyimak dengan seksama.
"Apa aku perlu mencarikan calon istri untuknya?" Tanya si majikan kini memberikan kode kepada si supir untuk menjawab.
"Heemm...menurut saya, tuan muda mungkin tidak akan suka ide itu, tuan" jawab si supir lagi.
"Ah yah...kau benar. Almert itu sangat mirip denganku, kami berdua sama-sama tidak suka di atur, keinginan kami hukumnya mutlak, dan kami memilih sendiri orang-orang yang ada di sisi kami" jelas si majikan, si supir mengangguk sedikit, membenarkan. Si majikan kemudian terdiam sesaat. Selama ini dia sudah membangun perusahaannya menjadi perusahaan yang cukup kuat untuk tidak bertopang atau bergantung dengan keberadaan perusaaan dari grup lain, sehingga tidak perlu adanya sesuatu yang di sebut pernikahan politik ataupun bisnis, dan Almert membuat perusahaan milik mereka makin kuat, lebih kuat dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade
RomanceWarning!!! Cerita mengandung unsur 21+ bijaklah dalam memilih bacaan sesuai usia. Genre : Romance, Fluffy, Angsat. Bukan perihal yang mudah untuk jatuh pada sebuah hati, tapi lebih tidak mudah untuk terus bertahan pada rasa yang sama, pada hati yan...