Demi Tuhan! Untuk pertama kalinya dalam hidup, ini pertama kalinya Almeera tidak menikmati makan siangnya. Bagaimana tidak? Baru saja dia melangkahkan kaki ke dalam kantin, dia langsung menjadi pusat perhatian. Hampir semua pandangan tertuju padanya, bahkan dia bisa mendengar orang-orang berbisik mengenai penampilannya, dan apa yang dia makan, dan Almeera sangat risih mengenai hal itu, di tambah lagi yang lebih menyakitkan adalah dia menghadapinya seorang diri. Tanpa ada seorang pun di sisinya.
Almeera mengambil jatah makananya dan memilih duduk di sudut kantin, di tempat yang tidak terlalu mencolok, dan tempat di mana dia bisa jauh dari mendengar bisikan-bisikan tentang dirinya. Meski rasanya, lehernya tercekat dan tak ingin makan, Almeera memaksa dirinya sendiri untuk menelan makanan di depannya, dia tidak akan kalah dengan situasi ini, dia seorang wanita yang kuat.
Saat tiba-tiba semua orang dikantin terdiam, dan suasana mendadak hening, dua orang pria menghampirinya sambil membawa nampan makan siang mereka.
"Almeera...Almeera" teriak Erik menghampirinya, meletakkan nampannya didepan Almeera, lalu duduk didepan Almeera, begitu pula dengan Almert yang duduk di sisi Erik.
"Bisakah kalian pura-pura tidak mengenalku saat berada di kantor?" Almeera meletakkan sumpitnya dengan sebal, sekarang semua orang sepenuhnya menatap ke arah mereka tanpa ada kata malu atau pun takut, semua fokus tertuju pada dirinya, dan semua itu karena dua orang pria yang ada di depannya sekarang.
"Ada Apa?" Tanya Erik cuek mulai menyuapkan makanan kedalam mulutnya begitu juga dengan Almert.
"Orang-orang mulai membicarakan tentangku, berbisik sana sini dan itu membuatku tidak nyaman" keluh Almeera. Kini melipat kedua tangannya didepan dada setelah meletakkan sumpit dan sendoknya dengan enggan di atas nampan makanan. Selera makannya 100% lenyap meninggalkannya, bahkan rohnya sepertinya sudah di ujung tanduk, jika bukan karena kedua bosnya ini, dan demi Tuhan! Mereka sedang di kantor sekarang!
Almert menghentikan makannya setelah menyadari Almeera hanya memandang mereka nanar, pria itu sempat menyikut Erik, tapi percuma saja, Erik hanya melirik sebentar ke arah Almeera lalu melanjutkan makannya, dan tidak peduli dengan semua complain dari kekasihnya.
"Sejak kapan kita peduli dengan apa yang dikatakanorang lain?" tanya Erik tanpa menatap Almeera, pria itu masih sibuk makan.Sementara Almert bergantian menatap Almeera dan Erik antisipasi jika pasangan ini tiba-tiba rebut disini, mempertimbangkan akan membela siapa.
Tapi, Erik masih dengan santainya mengunyah makanannya, ia bahkan mengambil semua bawah putih dari nampan makanan Almeera dan menukarnya dengan wortel yang ada di nampannya sendiri.
"Kenapa kau melakukan hal itu?" Tanya Almert fokusnya berhasil teralihkan, ternyata lebih tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Erik daripada yang di bicarakan oleh Almeera, meskipun sekali-sekali matanya akan melirik ke arah Almeera, mengawasi apa yang akan di lakukan oleh gadis itu, tentu saja sebisa mungkin tanpa disadari oleh Erik, dan kenapa juga Almert harus melakukan hal itu? Perasaan geli menghampirinya, tapi, Almert membiarkan nuraninya bertindak kali ini.
"Hem?" Erik menatap Almert dengan mulut penuh makanan. "Ahh...dia tidak suka bawang putih, dan aku tidak makan wortel, jadi aku menukarnya, kami pasangan yang cocok, kan?" jelas Erik dan kembali menyuapkan makanan kedalam mulutnya, Almert mengangguk mengerti.
"Perbedaan menyatukan antara seorang manusia dengan manusia lainnya, bukannya memisahkan. Aku rasa seperti itulah kalian berdua mengartikan hubungan kalian" Almert menerawang. Pikirannya tiba-tiba kosong, meski dia bisa merasakan ada percikan kecil di sudut hatinya yang menggelitik, tapi selalu berhasil ia tepis.
"Meskipun begitu...Almeera, tidak baik pilih-pilih makanan, seharusnya kau memakan semuanya, bawang putih bagus untuk kesehatanmu, dia menjaga dari kolesterol jahat" Almert kembali meraih sumpitnya dan ikut mengambil bawang putih dari makanan Almeera. Almeera menatap mereka berdua dengan nanar. Tidakkah mereka berdua peduli dengan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade
RomanceWarning!!! Cerita mengandung unsur 21+ bijaklah dalam memilih bacaan sesuai usia. Genre : Romance, Fluffy, Angsat. Bukan perihal yang mudah untuk jatuh pada sebuah hati, tapi lebih tidak mudah untuk terus bertahan pada rasa yang sama, pada hati yan...