13. Berakhir

5 0 0
                                    

Hidup tanpa seorang Erik itu seperti sedang menikmati mandi di kolam air panas yang berisi air dingin. Orang-orang disekitarnya akan merasa iri dengan keberuntungan yang baru saja di dapatkan oleh gadis itu. Bayangkan saja, di jodohkan dengan ceo yang paling di idamkan oleh satu negara, siapa yang tidak bahagia?! Sayangnya Almeera tidak. Dia merasa hampa. Itulah sebabnya, meskipun pernikahannya tersisa sebulan lagi, dia tetap ingin masuk kerja, berharap bisa menemui Erik, dan dengan mudahnya dia memperoleh izin itu dari Almert.

Almeera berjalan dengan lemas, dengan pikiran yang masih terfokus kepada Erik, dia tahu Erik ada di apartemennya, tapi, entahlah, Almeera terlalu takut untuk menatap wajah Erik. Almeera terlalu takut di cap sebagai pengkhianat dan pengecut. Meskipun ingin sekali Almeera mengatakan pada Erik, bahwa ini semua juga tidak mudah baginya, semua ini tidak mudah bagi siapapun, tapi mereka harus tetap bisa menghadapinya. Almeera hanya terus berjalan, ketika dia di kejutkan oleh seorang pria bertudung yang tidak sengaja menabraknya di depan pintu, dan Almeera merasa pria itu lebih terkejut lagi saat menyadari orang yang di tabraknya adalah Almeera. Pria itu buru-buru mengalihkan pandangannya, bahkan meminta maaf pun tak sempat, pria itu seperti kilat, segera berlari dan menghilang begitu saja dari hadapan Almeera sebelum Almeera sempat mengumpat marah padanya, jika Almeera punya kekuatan untuk melakukan hal itu, tapi Almeera yang sekarang benar-benar bukan seperti dirinya yang dulu lagi. Semuanya telah berubah. Jati dirinya terenggut bersamaan dengan keputusannya untuk menikah dengan Almert.

Almeera melanjutkan berjalan ke meja kerjanya, dan menemukan kotak berwarna pink disana, memikirkan dengan seksama, apa ini salah satu kejutan dari Almert lagi? Sejak mereka memutuskan untuk menikah, Almert memang tak pernah ragu lagi untuk menunjukkan bahwa dia mencintai Almeera, meskipun belum sekalipun dia mengatakannya, tapi tingkah dan perilakunya sudah meyakinkan siapapun kalau dia sangat mencintai Almeera, Almert bahkan tak segan-segan lagi ketika dia ingin mencium Almeera, dan meskipun kadang Almeera menolaknya, terkadang dia merubah dirinya sendiri menjadi patung dan membiarkan Almert melakukannya.

Lama berpikir setelah menatap kotak pink itu, Almeera memutuskan untuk membuka kotak itu. Bertanya-tanya siapa pengirimnya, Erik kah? Apa ini semuanya ada hubungannya dengan keberadaan pria itu? Apa dia marah pada Almeera? Marah karena Almeera akan menikah dengan Almert? Erik seharusnya lebih mengenal Almeera melebihi siapapun di kantor ini, bahkan lebih dari siapapun didunia ini, Erik tahu kalau Almeera sangat mencintainya, meskipun pada akhirnya Almeera adalah orang yang mengkhianati semua janji-janji diantara mereka dan memilih menikahi Almert, tapi Erik seharusnya tahu kalau Almeera tetap akan mencintainya, egoiskah Almeera karena melakukan hal itu?

Almeera membuka kotak itu dengan tidak sabar. Meskipun menyayangkan bungkusnya yang indah harus rusak karena ketidaksabarannya, dan menemukan sebuah usb disana. Almeera memandangi sekeliling ruang HRD itu, belum ada seorang pun yang datang, dan Almeera teringat pria bertudung yang menabraknya tadi, siapa yang mengirimnya kemari? Pasti pria itu yang mengirim benda ini kepada Almeera, tapi dari siapa? Dari Erik? Almeera mengambil usb itu, dan menyalakan laptop di atas meja kerjanya, hanya butuh waktu sekitar semenit sampai sistemnya menyala, kemudian Almeera mencolok usb itu di laptop, berdoa semoga isinya bukan sesuatu yang aneh-aneh.

Dengan menahan nafas Almeera membuka isinya, sebuah video. Almeera memutar video itu dan mendapati Erik disana.

"Hai Almeera? Kau merindukanku?" sapanya. Dasar bodoh! Tentu saja aku merindukanmu. Batin Almeera berteriak, air matanya bahkan seperti akan menetes sedikit lagi karena rasa rindunya.

"Aku tidak akan kemana-mana, aku selalu ada di sini" ucapnya menyentuh jantungnya. Aku tahu. Kau sudah mengatakan itu berkali-kali selama ini. Batin Almeera lagi.

"Kau tahu aku mencintaimu, kan?" Almeera mengangguk.

"Aku sangat mencintaimu..." ucapnya, lalu dia diam sesaat, menunduk, tidak menatap ke arah kamera yang merekamnya. Ada apa dengannya? Pikir Almeera.

FadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang