14. One Day Before

6 0 0
                                    

Sehari sebelumnya...

Almert berdiri dengan gelisah. Kemudian dia duduk lagi, menatap bingung kepada pintu yang tertutup di depannya.

"Erik tidak ingin menemuimu, tolong mengertilah" ucap Jimin memperhatikan pergerakan Almert yang gelisah, dia merasa tidak nyaman untuk keduanya, untuk Almert dan untuk Erik, keduanya sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri. Almert menggemeratakkan giginya, dia tahu itu, tapi, membiarkan hal ini berlarut-larut justru makin membuatnya merasa sulit, dia butuh penyelesaian untuk semua ini, segera!

Sejam, dua jam, detik-detik berlalu dengan cepat, berganti menit hingga berjam-jam, Almert tidak tahu sudah berapa kali dirinya telah mengelilingi ruang tengah apartemen ini, berapa lama ia sudah menatap pintu kamar Erik yang tertutup rapat seolah tak akan membiarkan apapun atau siapapun masuk ke dalam bahkan hanya untuk sekedar menengok keadaannya, Almert tahu Erik mungkin ingin sendiri, Almert bisa mahfum itu, jika kita membalik posisinya, jika Almert yang ada di tempat Erik saat ini, dia tidak akan tinggal diam, dia akan merebut kembali apa yang telah di rebut darinya, tipikal hewan liar yang tak rela mangsanya di rebut oleh orang lain, itulah Almert. Tapi, berbeda dengan Erik, dari luar mungkin Erik terlihat tegar, terlihat sebagai seseorang yang kuat dan bisa melakukan apa saja demi hidup bahagia, sayangnya, tak semua orang tahu, Erik selama ini hanya berpegang pada satu tali kehidupan, Almeera, dan sayangnya, saat ini tali itu sedang berusaha di rebut oleh Almert dan itu membuat Almert merasa lebih buruk lagi.

"Apa kau ingin sekaleng bir?" tawar Jimin yang baru saja selesai mandi, berjalan menuju kulkas yang ada didapur, meraih sekaleng bir, membukanya dan menyeruputnya begitu saja hingga isinya berkurang setengah.

"Aku sedang tidak ingin mabuk sekarang" jawab Almert kini berhenti tepat di depan pintu kamar Erik. Berapa lama lagi dia akan menunggu?

"Kau mau mencoba untuk memberanikan diri mengetuk pintunya?" tantang Jimin tersenyum smirk, kemudian membuang dirinya sendiri ke sofa.

"Kau tahu, bagiku kau dan Erik sudah melebihi seorang saudara, aku hanya..." Almert menghembuskan nafas panjang. Jimin tampak menunggu.

"Tapi kenyataannya sekarang, kau mungkin menuntut terlalu banyak untuk seutas tali persaudaraan yang baru saja kau ucapkan. Almeera..." Jimin sengaja menggantung nama itu diantara mereka, membiarkan Almert dengan segala rasa bersalahnya, bukan maksud Jimin membuat Almert merasa tersiksa, hanya saja, Almert perlu merasakan ini, jika dia sungguh akan menikah dengan Almeera, Jimin, menggantikan Erik setidaknya harus memastikan apa pria ini serius ingin melakukan hal itu atau hanya terpaksa seperti yang dilakukan Almeera?

"Dengarkan aku, aku bisa memberikan semuanya, semua yang kalian minta. Tapi tolong, pahami posisiku, aku juga tertekan!" Almert panik, mendekat pada Jimin dan duduk di sofa tunggal di sebelah Jimin.

"Aku, Almeera, Erik, apa menurutmu kami semua adalah boneka yang bisa kau beli dengan uangmu?!" Almert terpaku, diam dan membeku, bukan maksudnya seperti itu, sepertinya Jimin sudah salah paham. Bukannya menyelesaikan masalah, Almert dengan bodohnya memperumit masalah, Jimin mungkin tersinggung dengan apa yang baru saja dikatakannya.

"Bukan begitu! Maksudku, aku bisa memberi semua yang aku miliki agar kita semua bisa hidup bahagia" jelas Almert terbatah, dia harus setidaknya membuat Jimin mengerti kalau semua ini juga berat baginya, kalau dia bahkan rela hanya menjadi suami "status" bagi Almeera, semuanya rela Almert lakukan agar orang-orang yang selama ini ada disisinya tidak meninggalkannya. Sementara Jimin hanya memandang sinis ke arah Almert, dan begitu saja cerita mengalir dari bibir Almert yang tipis, tanpa mereka sadari, diam-diam Erik dari balik pintu kamarnya juga ikut mendengarkan cerita Almert. Air matanya sudah mengering, pikiran jernihnya sedikit demi sedikit telah menghampiri dirinya, Erik hanya mencoba bersabar, dia tahu, sekalipun dia bertahan, tidak akan ada jalan baginya dan Almeera untuk bisa hidup bahagia.

FadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang