18. Kejutan yang tak Indah

2 0 0
                                    

Tiffany berjalan mondar mandir dengan gelisah, sesekali ia akan menggigit ibu jarinya, kebiasaan Ketika dia hilang ide atau gugup atau mati gaya. Kali ini dia benar-benar frustasi, harus bagaimana lagi agar dia bisa bertemu dengan Almert. Sudah berkali-kali dia Kembali ke kantor Almert, tetapi penolakan yang selalu ia terima, dia tidak tahu dimana masalahnya, dia hanya ingin bertemu Almert, sekali saja, plis....

Tiffany memandang ke jendela kaca, ke arah jalanan pusat kota yang ramai akan lalu lintas, jika dia tidak bisa menemui Almert dengan cara yang baik-baik maka dia bisa menemui Almert dengan cara yang tidak baik, Tiffany tersenyum, sebuah ide melintas di otaknya.

Fade

Malam ini Almert merasa sangat Lelah, minggu depan dia akan menikah, jadi dia harus memastikan akhir minggu ini dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, agar dia bisa menjadi lebih tenang juga. Sejujurnya, sejak kepergian Erik, Almert sedikit keteteran, karena dia tidak punya siapapun lagi yang bisa dia percayai sepenuhnya untuk membantunya mengurus perusahaan, 2 minggu yang lalu ia masih sedikit beruntung karena ada Almeera, calon istrinya itu kini menjadi sekretaris pribadinya merangkap wakil ceo mungkin, karena beberapa pengambilan keputusan sudah Almert delegasikan pada wanita itu jika sekiranya Almert sudah tidak bisa menghandle semuanya atau harus berada di luar kota, awalnya Almeera menolak, tapi Almert selalu dengan sabar membimbing dan memberikan arahan pada calon istrinya itu, Almert meyakinkan juga, bahwa nantinya Almeera akan mengambil bagian dalam setiap keputusan yang akan Almert ambil, baik itu di perusahaan atau pun di rumah tangga mereka nanti.

Sejatinya Almert menikah memang dengan tujuan seperti itu. Bukan hanya menginginkan keturunan atau demi pencitraan publik, Almert menikah dengan Almeera karena dia ingin menjadikan Almeera sebagai pendamping hidup, dan teman sehati yang sekiranya bisa ia ajak berdiskusi dalam semua hal, tidak apa-apa jika Almeera tidak mengerti semua apa yang di maksud Almert, Almert akan dengan sabar mengajari wanita itu, toh mereka punya waktu seumur hidup untuk bisa saling melengkapi.

Almert menggosok matanya yang mulai terasa pedih, sementara jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Almeera pasti sudah tidur, sejak awal minggu ini memang Almeera mulai di pingit, sesuai adat keluarga mereka, jadi mereka hanya bisa saling bertelpon, atau vc atau chat jika saling merindukan atau ada hal yang ingin di sampaikan, Almert tidak protes, dia mahfum, sudah caranya seperti itu.

Almert Kembali mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya Ketika pintu ruangannya di ketuk. Awalnya Almert ragu, tapi makin lama suara ketukan itu terdengar semakin menuntut untuk di bukakan pintu, maka, dengan mengumpulkan segenap keberanian, Almert membuka pintunya, membuat sesosok wanita dengan rambut Panjang dan topi yang menutupi wajahnya masuk begitu saja ke ruangannya, wanita itu mengenakan jaket dan rapped jeans, Ketika Almert akan memasang ancang-ancangnya, wanita itu melepas topinya dan berlari memeluk Almert.

"Aku sangat merindukanmu" ujar wanita itu.

Almert masih hapal betul dengan suara yang dia dengar ini, dia tidak akan lupa semudah itu, toh bertahun-tahun mereka Bersama.

"Tif, Tiffany?" tanya Almert, Tiffany mengangguk sembari mengurai pelukannya, menatap Almert.

"Aku sangat merindukanmu sampai rasanya aku mau mati" ujarnya percaya diri, tanpa respon apapun dari Almert.

"Kau tahu aku beberapa kali kesini tapi mereka selalu menolakku, recepcionist itu, kau harus memecatnya, berkali-kali dia..."

"Aku tahu, aku yang menyuruhnya" potong Almert berjalan Kembali ke kursinya, Kembali dengan santai duduk seperti tidak ada siapa-siapa disitu.

"Ap-apa? Yang benar saja Almert, aku kesini jauh-jauh hanya karena aku merindukanmu dan apa yang aku terima?" Almert mahfum. Memang seperti ini karakter wanita di depannya ini, dia selalu berkamuflase, selalu playing victim, selalu merasa menjadi korban saat sebenarnya dia adalah tersangka, selalu merasa yang paling tersakiti, dan Almert dengan bodohnya dulu berkali-kali tertipu.

FadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang