16. Received

5 0 0
                                    

Hujan mulai mengguyur kota ini, dan cuaca mulai tidak bersahabat. Bahkan di beberapa kota lain ada yang terkena dampak tsunami karena cuaca yang memburuk. Almeera terdiam. Memandang keluar, dari arah pintu yang mengarah ke balkon apartemen, memandangi setiap tetes hujan yang mengguyur kota ini. Pikirannya melambung jauh, ia menyesali mengapa dulu dia tidak menikmati saat-saat bersama Erik, dan menjaga keintiman mereka berdua, jika Almeera tahu akhirnya akan seperti ini, saat Erik bercanda ingin kawin lari, harusnya dia iya kan saja.

Almeera masih larut dalam ingatan-ingatan masa lalunya ketika ia mendengar bunyi pass di pencet oleh seseorang dan pintu terbuka.

"Aku tahu kau disini" ucap Almert tersenyum, berjalan menghampiri Almeera yang tak bergeming bahkan hanya untuk sekedar mengucapkan kata selamat datang.

"Tiga hari kau lenyap, dan aku harus menjelaskan ke orang-orang kalau kau sedang liburan ke luar negeri" cerita Almert, Almeera hanya terdiam. "tahu apa yang mereka pikirkan?" Almert menatap Almeera yang terus memandang keluar pintu balkon, terdiam. Tidak merespon. Setelah pertemuan terakhir mereka, Almeera memang memutuskan untuk pergi, dan sekali lagi dia menggunakan previllage terbaiknya sebagai calon istri seorang ceo, dia pergi tanpa pamit, tanpa mengatakan apapun kepada siapapun, tidak jauh sebenarnya, hanya ke sudut kota yang agak sepi dan masih di kelilingi oleh suasana pedesaan yang menenangkan karena jujur saja, almeera mulai sumpek, dia bahkan merasa nyaris gila, maka dari itu dia memutuskan untuk pergi dan menonaktifkan ponselnya, almeera tidak peduli lagi, mungkin dia egois karena tahu bahwa erik akan melindunginya dan akan membuatkan alasan ketiadaannya selama tiga hari itu, dan see? Dia benar.

"Apa kau sudah memikirkan semuanya?" Almeera menatap Almert, senyum dan tawa di wajah pria itu seketika memudar lagi, entahlah, mungkin Almeera lebih suka melihatnya gugup atau cemas, tapi tiap kali Almert berusaha ceria dan menghidupkan suasana, tanggapan Almeera selalu jauh dari kata positif, meskipun dia tetap mencoba untuk membalas juga, walau hati kecilnya masih tidak bisa berbohong, dia masih sedikit membenci almert.

Almert menundukkan kepalanya, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya, dan ikut memandang keluar, melalui pintu balkon yang tertutup rapat, memandang ke titik-titik hujan yang kian deras membasahi kota.

"Karena kau sudah mengungkapkan semuanya padaku, kurasa tidak adil jika aku tidak melakukan hal yang sama" Almeera terdiam, menunggu apa yang akan di katakan oleh Almert selanjutnya. Hanya ada kesunyian diantara mereka, selain suara tetesan air dan angin yang bersamaan menerpa pintu kaca di hadapan mereka.

"Aku dulu masih terlalu muda dan munafik untuk menyadarinya. Aku berlindung di bawah kenakalan teman-temanku dan berlindung di bawah naungan harta kedua orang tuaku hanya untuk mengingkari bahwa sebenarnya aku mencintaimu" Almeera tak lagi diam, dia menatap Almert dan wajahnya menyiratkan keterkejutannya, mungkin dia sedang bermimpi, tapi rasanya begitu nyata, Almeera tak percaya apa yang baru saja di dengarnya. Almert bilang mencintainya? Dari dulu?

"Aku menghinamu, agar menyadarkanku bahwa kita tak mungkin bersatu, dunia kita berbeda, tapi itu tidak cukup bagiku, bukannya menjauhkanmu dariku, perasaanku padamu justru semakin dalam" lanjut Almert "aku tak bisa menerima kenyataan bahwa aku telah benar-benar jatuh cinta pada seorang Almeera, anak seorang supir, jadi aku memutuskan untuk pergi, mungkin dengan jarak yang jauh perlahan aku bisa melupakanmu, dan mendapatkan wanita yang lebih layak disisiku" Almert terus memandang ke depan, seolah-olah menerawang ke masa tersulit ketika dia berjuang sendiri untuk menghapus perasaan bergejolak yang mengisi ruang di hatinya untuk seorang Almeera.

"Tapi lagi-lagi aku salah, terpisah jarak, ruang dan waktu, bahkan dengan adanya wanita lain di sisiku pun, tak serta merta membuatku lupa padamu, tiap saat aku selalu mengingatmu" Almert akhirnya memutar tubuhnya, pria itu kini sepenuhnya berhadapan dengan Almeera.

FadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang