"You know him?" tanya Elina tanpa mengalihkan padangannya, menatap anak Paskib yang baru saja menyelesaikan latihan.
"Siapa?" Audy mencondongkan badan, "yang mana yang lo tanya? cowok yang mana?"
"Bandana navy, samping Raden."
"Owhh, itu Bramasta Riko. Anak baru, udah sekitar tiga bulanan, sih. Lo pasti ngga familiar soalnya hari pertama dia masuk sekolah, lo lagi seleksi nasional terus masuk final. Jadi sibuk terus lo ngga kenal dia deh."
Cowok yang ditanyakan Elina tadi-Riko, ada dibarisan yang setahu Elina berada di posisi penting dalam paskibraka.
"Dia komandan pasukan?" Kali ini Elina menghadap ke Audy sepenuhnya.
"Iya. Claudia sempat bilang kak Nando ada cedera di bagian tulang kering, terus juga ngga bisa ikut event, 'kan, jadinya digantin sama Riko."
"Segampang itu?"
"Ya gue ngga tahu ya, Lin. Cuma sekolah pasti udah pertimbangin siapa yang kompeten."
"Dia anak baru kan, ya?"
"Sekalipun anak baru, tapi ada seleksi, Lin, ngga asal milih gitu."
Elina menyipitkan mata, "Bukan karna dia punya orang dalem?"
Seketika tawa hambar Audy keluar, "ya gue kagak tahu kalau soal itu."
Padahal semua orang tahu, terkecuali Elina, kalau Bramasta Riko adalah cucu dari pemilik yayasan.
"Ganteng'kan Lin?" Audy menaikturunkan alisnya.
"Hah?"
Refleks Audy terbahak, "ganteng'kan yang pake bandana navy itu?"
"Biasa aja."
"Busett! sekelas pangeran syurga masih b aja." Audy menggeleng tak habis pikir, "selera lo yang begimana, sih? heran gue sama orang cantik."
"Emang biasa aja'kan?" sinis Elina.
"Lo kenapa deh, Lin? daritadi jawabnya singkat begitu."
"Capek Udyyy," nada suara Elina berubah drastis menjadi manja, "panas. Gerah banget. Lengket juga badan aku," ucapnya sambil hendak membuka jaket.
"Heh, mau ngapain?!" cegah Audy menahan pergerakan tangan Elina, "jangan dibuka lah, tolol! banyak orang! lo mau pamer badan?!"
Karna Audy seribu persen yakin, di balik jaket varsity yang Elina kenakan sekarang hanya ada tank top setipis iman cowok-cowok brengsek yang ada disekolah. Jadi bakal panjang urusannya kalau cewek itu sampai buka-buka jaket.
"Ck. Panas, gue ngga betah!"
"Pulang bareng gue aja. Mama udah didepan." Lantas Audy berdiri tapi Elina menggeleng tak setuju.
"Tapi ayah janji bakal jemput."
"Udah sama gue pokonya. Kelamaan nunggu bapak lo, yang ada lo kebablasan buka jaket." Final Audy tak mau di bantah lantas beranjak dan memimpin jalan. Elina mengekor meski enggan. Dirasa Audy melangkah lebar dan dirinya tertinggal, alhasil Elina sedikir berlari.
Bruk!
"Aww-ssshh."
Shit!
Audy memejam erat. Pasti Elina-
"Awwssh. Udyyy, s-sakit."
Mendengar rintihan seperti itu, buru-buru Audy berbalik lantas membelalak melihat betapa mengenaskannya Elina yang tersungkur di pinggiran lapangan yang lumayan kasar. "Astagaa, Elina. Kok bisa, sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTROUSLY
Teen FictionArinda Rengganis. Satu-satunya murid Calgary tahun lalu yang bersih dari buku kasus. Meninggal secara tragis dengan rekam jejak yang pilu. Kematian murid berprestasi itu jelas mengundang tanya. Apalagi, kini kematiannya seolah menjadi awal dari asum...