DISASTROUSLY [16]

19 1 0
                                    

Begitu melihat sosok yang dicarinya ada di ruang tamu, Riko buru-buru menghampiri lantas menghempas badanya ke sofa yang tersedia. Menatap sang kakak yang kelihatan sibuk dengan buku setebal jengkal.

"Sebulan yang lalu gue kerumah kakek."

Konfirmasinya membuat sang kakak mengangkat wajah, menatapnya dengan raut heran. "kakek?"

"Mr. Wijaya." Ralat Riko, sedikit kikuk.

"Terus?"

"Gue liat dia kedatangan tamu."

"To the point. Gue sibuk, mau belajar."

Tak urung Riko mendengus lantas mendekat. Mengikis jarak, membuat Rika jelas menatapnya selidik. "Apaan, sih? jauhan ngga!"

"Ck. diem! gue ngga mau ada yang denger."

"Ya, tapi ngga sampe deket banget gini!"

Menurut. Sang adik kembali ke posisi awal. Jelas membuat kakaknya menatap tajam bocah aneh itu.

"Mr. Wijaya kedatangan tamu, yang gue tahu mereka petinggi Calgary. Tapi ada satu orang yang ngga familiar."

Alis Rika terangkat tinggi, memiringkan kepala dan mendengus kasar. "Emang lo kenal semua petinggi Calgary?" nadanya terkesan meremehkan ucapan Riko sebelumnya.

"Ngga semua, tapi-"

"Kenapa lo tiba-tiba bahas tamunya Mr. Wijaya? jangan macem-macem! karna gue mau ujian sekolah."

Menghiraukan peringatan Rika, Riko lanjut menyuarakn maksudnya menghampiri sang kakak.

"Mr. Wijaya pernah kasih tahu siapa-siapa aja orang yang jadi bagian dari petinggi Calgary. Gue inget semua jumblahnya 15 orang. Tapi sebulan yang lalu ada tamu yang lumayan eksklusif. Dikawal beberapa pengawal keamanan bokapnya Riga dan gue simpulin dia bukan bagian dari mereka."

Kernyit bingung Rika terpatri. Mencoba memahami sosok yang sedang adiknya maksud.

"Tapi gue ketemu lagi sama tamunya kakek kemarin di sekolah."

"Yang lo bilang eksklusif?" tebak Rika diangguki cepat oleh sang adik.

"Dia nganterin Elina sekolah. Bahkan dia tahu nama gue pas dia minta bantu supaya nganterin Elina kekelasnya. Nyuruh gue buat anterin Elina ganti perban juga."

"Jadi intinya?"

"Gue ketemu dia lagi tadi sore jemput Elina dan Elina manggil dia pake sebutan Ayah."

Tampak ragu Rika lekas menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, yang jelas mengundang keryitan didahi sang adik.

"Owh, jangan bilang kalau itu-"

Kalimat Rika mengantung, membuat Riko mau tak mau di landa penasaran.

"-kalau itu Ardian Oktarus?"

"Fuck! are you kidding me?!"

Rika menggeleng tegas. "Kalau sampe itu beneran Ardian Oktarus, gue rasa kali ini Ayah bener-bener mau lo jera."

Di takut-takuti seperti itu jelas membuat Riko sedikit panik. "Gue saranin lo hati-hati, dek. Karna dia bukan orang sembarangan."

"Sialan!"

Kafe Ontario jadi pilihan terakhir anggota EST berkumpul malam ini. Mengadakan rapat dadakan, membahas misi yang akan dijalankan, serta mengundang tamu kehormatan. Axel Yudistira Dian. Yang beruntungnya second leader EST itu dengan baik hati menyanggupi untuk menghadiri undangan dadakan mereka, ditengah kacau indeks nilai raportnya.

DISASTROUSLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang