DISASTROUSLY [17]

8 2 0
                                    

"Beruntung semalem ada Chelya, coba kalo ngga ada dia? yang ada kita mati sebelum perang." Jerry yang wajahnya sayu karna kurang tidur berkeluh kesah, mengingat tegangnya rapat semalam.

Yang lain hanya diam, menyetujui ucapan playboy nya Calgary itu.

"Niat hati minta tolong, malah dikeroyok massa."

"Dih, kalo bukan elo, kita juga ngga bakal gini," sinis Jerry melirik nyalang Raffi.

Rangga yang jengah lantas berdecak, "dibilang jangan main salah-salahan lagi."

"Gue kira mereka ngga ngikut berita." Wajah Panji pias, mengingat pertanyaan Chelya semalam. "Ngga tahunya."

"Kalo mereka ngga ngikut berita, ngga mungkin Axel bawa antek-anteknya."

"Kan, mau kerja kelompok," sela Jerry polos.

Panji memutar bola mata malas, "goblok, mereka ngibul, anjing!"

"Tapi, kan mereka tetep bantu."

"Iya, bantu. Tapi sebelum bantu, kita di cekokin racun biar sesek nafas, terus ngga fokus mereka ngomongin apa."

"Chelya, tuh, cuma awalnya aja gitu. Ramah, friendly, humoris. Taunya sama aja, titisan iblis. Bikin sesek nafas, jantungan, usus buntu-"

"Heh, lo lagi absenin penyakit?" gertak Rangga emosi. Raffi malah nyengir salah tingkah.

●•●•●

"Jadi ada apa lo semua minta gue datang kesini?"

Axel mengulang pertanyaan yang belum sempat terjawab, membuat semua adik kelasnya serempak menahan nafas.

"Sebenernya, kita-" Rangga tampak ragu.

"Ngga pa-pa, ngomong aja." tapi Chelya yang paham lantas menyakinkan. "Sebenernya kalian mau apa? kita ngga makan orang, kok, tenang aja."

"Ekhm. Kita mau minta tolong buat cek CCTV kantin. Buat cari pentunjuk."

Lantas mengundang tawa rendah Axel. "Harusnya yang lo ajakin diskusi bukan gue, tapi miss Rosa. Harusnya lo ajak dia buat rapat malam ini."

"Tapi lo punya akses CCTV, kan?" Rangga bertanya hati-hati.

"Enggak."

Ekspresi mereka mencelos kaget.

"Gue enggak punya akses. Kalaupun punya, harus dengan izin langsung dari beliau. Karna keseluruhan CCTV cuma di pegang sama waka kesiswaan dan nggabisa di akses sembarang orang."

Mampus! sudah berakhir riwayat mereka.

Chelya mengetuk konstan pinggiran meja. Mengundang atsensi sekaligus memicu debar jantung berkerja cepat.

"Bukannya syarat jadi anggota EST harus bersih scandal?" retosisnya sungguh mencekam. Tidak ada lagi binar ramah yang melingkupi Chelya.

"Whatever raffi mau ciuman sama siapa. Terserah juga kalau siap mau kelahi sama siapa. Tapi kenapa sampe kesebar diakun sekolah?"

Tidak ada yang menjawab. Karna semuanya tahu gadis cantik itu tengah meluapkan emosinya. Melipat kedua tangan di atas meja, menatap satu persatu anggota EST kelas 10 yang menunduk dalam.

"Kalian ngapain sampe Elina yang ambil tindakan?"

Hening. Bagaimana bisa Chelya tahu perihal itu? padahal ide Elina tadi benar-benar dadakan.

"Itu bukan tanggung jawab dia. Udah diingatkan jangan menimbulkan kekacauan. Elina pihak yang harus dijaga, dilindungi, dipastikan keselamatannya. Tapi malah kalian biarin ambil keputusan dan bodohnya kalian ikuti."

DISASTROUSLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang