Sekarang sudah malam, tapi Rangga tentu tidak mempermasalahkan hal itu. Bahkan ini bukan lagi tengah malam. Nyaris jam 4 pagi cowok itu tetap terjaga setengah khawatir di depan pintu ruang UGD.
Acara kumpul di Soft Blue yang di rencanakan olehnya mendadak batal begitu melihat sosok Yolanda yang ambruk di depan Audy, di dalam Cafe dengan kondisi darah yang mengalir di sela rambut panjangnya.
Cowok itu bahkan tidak memikirkan apapun selain membawa Yolanda cepat-cepat ke rumah sakit. Bahkan sekedar memaki pelaku yang membuat gadis kesayangannya nyaris kehilangan nyawa perkaran lemparan vas bunga yang mengenai kepala Yolanda.
Rangga bukan pahlawan kesiangan. Dia juga bukan teman dekat Yolanda. Atau bahkan saudara gadis cantik itu. Dia hanya rekan Yolanda di OSIS, hanya itu. Jadi sampai menjelang pagi begini, tidak ada yang bisa cowok itu lakukan selain berdiri dengan perasaan was was di depan pintu ruang UGD sendirian.
Mau menghubungi orang tua Yolanda saja cowok itu tidak kepikiran. Dan kenapa juga tim kesehatan begitu lama membuka pintu ruang UGD sekedar memberinya info seputar kondisi Yolanda sekarang?
"Rangga?"
Suara itu cukup familiar, membuat yang di panggil menoleh kaget.
Oww. Rangga tidak pernah berekspetasi bertemu Rika di depan ruangan gawat darurat sepagi buta ini.
"Rangga, kan?"
Rika memanggil untuk memastikan lagi. Buru-buru di angguki Rangga setengah kaku.
"Ngapain? Keluarga lo ada yang sakit?"
Ini tidak seperti yang orang-orang katakan kalau Rika sosok gadis cuek yang menakutkan. Cewek itu bahkan kelihatan lebih ramah dari rumor yang beredar kalau kakak kelasnya yang terkeanal badas ini ternayata tidak semengerikan itu.
"Nggak." Jawab Rangga canggung. "Bukan keluaraga gue."
"Temen lo temen Riko juga, kan?"
Lagi, Rangga mengangguk. "Tapi ini bukan temennya Riko."
Itu jelas jawaban paling bodoh yang pernah Rangga lontarkan.
Ada kerutan samar yang terlihat di dahi Rika saat ini. Tapi gadis itu enggan bertanya lebih jauh.
Alhasil Rangga merutuki kebodohannya dalam hati.
Goblok banget lu Rangga!!
"Kapan hari ada Riko bilang kalau lo nanyain gue. Bener?"
Yang di tanya menelan ludah kesusahan.
Kapan Riko anjing?!
"It's okay kalo mau nanya. Selagi gue bisa jawab."
Rangga mengulum bibirnya sebelum mengajukan pertanyaan yang kedengeran lancang.
"Lo tau siapa yang pegang akun instagram sekolah nggak, kak?"
Was was Rangga menatap Rika yang tiba-tiba diam. Fix dirinya lancang.
Dasar goblok! maki Rangga pada dirinya sendiri untuk yang ketiga kali.
"Gue nggak bisa bilang. Ini udah kesepakatan bersama buat nggak publish siapa yang pegang akun Instagram sekolah setelah gue." Rika menarik sudut bibirnya menjadi senyum tipis begitu melihat gurat kecewa di mata Rangga. "Tapi yang pasti, siapa yang pegang akun sekolah nggak ada sangkut pautnya sama scandal yang sempat ke Up di akun sekolah kemarin. Gue pastiin dan jamin kalo bukan dia pelakunya."
Tentu kalimat terakhir yang Rika katakan tidak cukup membuat Rangga bisa percaya begitu saja.
"Kenapa lo bisa se yakin itu? Atau lo udah tau pelakunya siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTROUSLY
Ficção AdolescenteArinda Rengganis. Satu-satunya murid Calgary tahun lalu yang bersih dari buku kasus. Meninggal secara tragis dengan rekam jejak yang pilu. Kematian murid berprestasi itu jelas mengundang tanya. Apalagi, kini kematiannya seolah menjadi awal dari asum...