Jaemin merasakan penuh di bagian perutnya, dahinya juga penuh keringat. Dia benar-benar senang dengan kegiatan ini.Makan.
Ya, Jaemin habis makan berbagai makanan yang dijual di pasar kuliner tadi. Rasa kenyang dan puas mendampinginya. Apalagi ia sempat memakan makanan yang pedas. Makanya sejak tadi keringat bercucuran di dahinya.
Dan sekarang Jaemin sedang berada di mobil bersama Jeno. Tapi anehnya jalan yang dilewati mobil ini tak ke arah apartemen nya.
"Jen? Mau kemana lagi? Anterin aku pulang! Udah cape nih."
"Jangan lupa permintaanku yang ke dua."
"Ha?" Jaemin terdiam sejenak, setelah konek matanya membulat sempurna.
"SEKARANG?"
"Iya, dua hari." Jawab Jeno santai.
Jaemin hendak mengeluarkan kata-kata mutiara tapi Jeno sudah menyela terlebih dahulu.
"Ingat! Jangan nolak."
"Aaaaaaa!! ngeselin!!"
Mobil terparkir sempurna di basement apartment Jeno. Jeno keluar dari mobilnya dengan wajah cerah. Berbeda dengan si manis yang keluar dengan wajah ditekuk.
"Ke kamar aja duluan. Aku mau naruh sekalian nata belanjaan. Kamarnya di pojok kanan. Yang lainnya kamar tamu."
"Wait. Tidur berdua?"
Dengan santai Jeno mengangguk.
"JENO!!"
"Ssstt, gak boleh nolak."
Jaemin mengerucutkan bibirnya, menatap wajah Jeno sebal. Karena badannya sangat lelah dan pegal akhirnya Jaemin pergi ke kamar yang dimaksud Jeno tadi.
Saat baru membuka pintu kegelapan menyapa Indra penglihatan Jaemin. Dengan instingnya Jaemin meraba-raba tembok sebelah kiri nya. Biasanya ada saklar lampu disana soalnya kamar Jaemin saklar nya juga disitu.
Dan ketemu!
Klek.
"YAKK JUNG JENO! KAMAR MU SEPERTI KAPAL PECAHHH!"
"Astaga lupa belum dirapihin." Lirih Jeno sambil menutup telinga yang berdengung karena teriakan Jaemin.
Untungnya apartemennya ini kedap suara.
~Mine~
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine | Nomin [End]
Teen FictionSetelah berbulan-bulan caper ke Jaemin akhirnya Jeno menjadi kekasihnya Jaemin. "Mau ya jadi pacar aku?" Tanya Jeno sekian kalinya. "Ck, yaudah iya. Gue bosen dengerin lu ngomong gitu mulu!" Jawab Jaemin yang berhasil membuat Jeno mematung.