Jaemin sudah sampai disekolah dengan selamat. Dan untuk tanda yang dilehernya belum hilang, jangankan hilang pudar sedikit pun tidak. Alhasil Winwin membelikan foundation untuk Jaemin, dengan cairan kental itu tanda dileher sampai tulang selangka Jaemin tertutupi.
"Ekhem," Haechan berpura-pura batuk ketika melihat Jaemin masuk ke kelas. Wajah tengilnya ia tunjukan membuat Jaemin mendengus kesal.
"Wah cepat banget lu bisa jalan normal." Kagum Haechan.
"Ck, emang gue ngapain? Kaki gue gak patah, gak keseleo, masih baik-baik aja. Ngapain gue ampe gak bisa jalan normal? Gak jelas."
"Yaa kan siapa tau lu sama Jeno praktek IPA."
Jaemin mencerna sebentar maksud perkataan Haechan, selang sedetik Haechan dipukul dengan buku oleh Jaemin. "Ngadi-ngadi lu!" Haechan hanya tertawa.
"Renjun mana? Tasnya ada, orangnya gak ada." Tanya Jaemin.
"Elah, kayak lu gak tau tuh bocil. Sarapan bareng sama Guanlin di kantin." Jaemin mengangguk.
"Lu sendiri gak bucin?" Tanya Jaemin lagi.
Haechan menggeleng, "Mark belum dateng, jadi gue bisa selingkuh dulu sama lu." Haechan mengedipkan sebelah matanya, Jaemin memasang ekspresi jijik karena itu.
"Jaemin!"
Yang punya nama menoleh ke sumber suara. Dapat dilihat gadis dengan potongan rambut pendek sedang menghampirinya. Jaemin mengangkat sebelah alisnya sebagai isyarat bertanya maksud kedatangan Winter.
"Gue mau bilang makasih atas kerja samanya kemarin, dan one more." Winter menundukkan tubuhnya sampai wajahnya sejajar dengan telinga Jaemin.
"Dijaga baik-baik Jenonya, yang mau rebut Jeno itu bukan Karina. Pacar gue cuma dijadiin pengalihan doang. Orangnya ada disekitar lu, jadi jangan cuek-cuek ke Jenonya." Setelah itu Winter tersenyum ke Haechan yang memasang wajah keponya. Winter pergi dari kelas Jaemin setelah memberikan senyumannya ke Haechan.
" Winter bisikin apa??" Tanya Haechan penasaran.
"Bukan urusan penting." Jawab Jaemin tanpa mengalihkan perhatian dari handphonenya. Haechan hanya berdecak sebal karena tak mendapati apa yang ia mau.
Bohong jika tak penting, buktinya Jaemin tengah menebak siapa pelaku yang dimaksud Winter jika bukan Karina. Jaemin terlalu larut dalam pikirannya sampai tak tahu jika Haechan telah pamit pergi.
"Ngapain gue pikirin?" Tanya Jaemin sendiri yang kesal harus menebak pelaku sebenarnya.
~Mine~
Seperti biasanya Jaemin dkk sedang menghabiskan waktu istirahatnya di kantin dengan pacar mereka. 2 pasangan di meja Jaemin tempati sedang asik bucin, sedangkan Jaemin sendiri asik memakan bakso sambil bermain handphone, menghiraukan Jeno yang sedang caper disampingnya.
"Ck, makan Jen. Gak usah gangguin gue." Omel Jaemin yang kesal karena Jeno terus mengganggu nya.
"Jaem jangan tsundere dong, kasian itu Jenonya dicuekin kalau di sekolah." Ucap Haechan membela Jeno.
"Apaan? Gue cuma nyuruh Jeno makan doang tanpa ganggu gue. Kok dibilang tsundere."
Sebelum terjadi percekcokan yang lebih lama, Jeno langsung melerai keduanya. "Udah-udah, gue yang salah ganggu Jaemin makan." Jeno lebih memilih mengalah agar tak ada adu mulut di meja ini.
"Tap-" jari telunjuk Mark langsung mendarat di depan bibir Haechan. Mark memberi isyarat untuk tak ikut campur.
Jeno memakan makanan nya dengan setengah hati, dalam benaknya ingin menunjukkan keromantisan Jaemin kepadanya saat di sekolah. Apalah daya jika si manis lebih suka private dibandingkan public.
~Mine~
Jaemin sepertinya benar-benar tsundere seperti yang dikatakan Haechan. Jika tadi Jaemin sangat cuek pada Jeno maka sekarang terbalik, Jaemin meladeni Jeno.
Lihatlah sekarang, Jaemin menaruh kepalanya di bahu Jeno. Matanya fokus bermain game di handphonenya. Jaemin memilih manja ke Jeno pada saat tak ada orang atau sepi dibandingkan di khalayak banyak. Tatapan dan jeritan sebagai respon keromantisan ia dan Jeno membuat Jaemin risih.
Jaemin dapat merasakan pinggang nya di elus pelan oleh Jeno, rasa nyaman menerpa tubuhnya. Tak betah dengan rasa tidak enaknya, Jaemin mematikan handphonenya lalu memperbaiki duduknya.
Jeno menatap Jaemin bingung, perasaan tadi si manis sudah jinak kenapa sekarang malah menatap Jeno dengan tatapannya yang cukup tajam.
"Jaem ada apa?"
Cup
"Maaf untuk yang dikantin."
Jeno membeku dan terkejut dengan kelakuan Jaemin yang diluar dugaannya. Ia kira si manis akan mengomel dari tatapan yang tadi, ternyata malah mengecup bibir nya lalu meminta maaf. Walau raut muka Jaemin masih datar.
Jaemin mengganti kursinya, ia memilih kursi dengan dua kaki. Ya, pangkuan si tampan. Seperti kucing, Jaemin menduselkan kepalanya pada ceruk leher Jeno. Menghirup bau tubuh Jeno yang menerutnya sangat enak. Tangannya sudah melingkar sempurna pada leher Jeno.
"Jeno, Nana ngantuk." Lirih Jaemin dengan manja.
Badan Jeno sedikit meremang karena ucapan Jaemin di lehernya. Tangan Jeno perlahan terangkat untuk mengelus punggung kecil kelinci di pangkuannya. Rasa deja vu menyerang Jeno.
"Boleh manggil Nana?" Tanya Jeno pelan. Jeno harus bertanya kepada pemilik nama untuk dipanggil Nana agar tak terkena amukan.
Jaemin mengangguk, "pas sepi doang."
Jeno tersenyum tipis, ia mengecup pipi gembil Jaemin gemas. Tak ada penolakan dari si manis membuat Jeno senang. "Nana lebih suka private ya?" Jaemin mengangguk pelan karena mengerti arah pembicaraan Jeno.
"Sorry Jen." Jaemin menatap Jeno intens, mata Jaemin tidak sinis lagi, melainkan seperti kucing yang menginginkan sesuatu.
"Gak papa. Tidur, katanya ngantuk." Perintah Jeno.
Nyatanya Jeno tidak setuju, dia ingin membantah. Tapi melihat Jaemin yang belum sepenuhnya jinak kepadanya, lebih baik dipendam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine | Nomin [End]
Novela JuvenilSetelah berbulan-bulan caper ke Jaemin akhirnya Jeno menjadi kekasihnya Jaemin. "Mau ya jadi pacar aku?" Tanya Jeno sekian kalinya. "Ck, yaudah iya. Gue bosen dengerin lu ngomong gitu mulu!" Jawab Jaemin yang berhasil membuat Jeno mematung.