Seolah tak terjadi apa-apa, Jaemin berjalan melewati para siswa yang terus melihat kearahnya. Risih memang, tapi Jaemin bisa apa? Ia sedang mode malas untuk ngomel.Sampai di kelas ia langsung di kerubungngi oleh Haechan, Renjun dan Ryunjin. Dimulailah sesi wawancara mendadak di antara mereka.
Jaemin mendengus kesal, "gak usah cosplay jadi wartawan kalian." Jaemin berjalan ke mejanya dan duduk disana.
"Jaemin ihh lu beneran gak papa? Bayi gue beneran gak papa?" Tanya Ryunjin khawatir.
"Gimana na hati lu?" Tanya Haechan.
"Jaem jawab dong, kalau lu kenapa-kenapa gue hajar yang bikin lu sakit." Omel Renjun.
"Yang ada kalian yang gue hajar. Gue gak papa, lihat kan badan gue gak sakit! Gue sehat! Jadi gak usah nanya nanya lagi." Jawab Jaemin dengan nada kesal.
"Ck, sipaling gak kenapa-kenapa." Cibir Haechan.
"Terus lu gak marah ke Jeno?" Tanya Ryunjin.
"Gak tau. Jeno belum ngomong apa-apa dari kemarin. Terakhir kita chatan cuma masalah martabak." Jawab Jaemin cuek.
"Gak usah dimaafin tuh anak mah. Cari yang baru aja Na, yang kayak sugar dady hahahaha..." Canda Renjun.
Jaemin hanya menatap jengah sahabatnya itu. Tak lama bel berbunyi, Haechan, Renjun dan Ryunjin segera duduk di tempat masing-masing.
"Jen, gue tunggu penjelasan lu." Lirih Jaemin pelan.
~Mine~
Guanlin dan Mark datang ke kelas Jaemin dkk, tentu saja untuk menjemput pacar mereka masing-masing karena ini sudah jam istirahat.
Jaemin menatap bingung dua orang yang baru datang itu. Dimana Jeno? Batinnya.
Padahal Jaemin sudah menyiapkan hati untuk mengobrol dengan Jeno, dan mendengarkan penjelasan Jeno. Tapi apa yang ia dapatkan?
Cih. Jaemin tersenyum kecut.
"Jaem, ayo." Ajak Haechan karena melihat Jaemin yang lelet membereskan buku-bukunya.
"Bentar."
Jaemin menjadi nyamuk di tengah-tengah kedua pasangan yang lumayan populer disekolah Neo ini. Kanannya Haechan dan Mark, lalu kirinya Guanlin dan Renjun.
Karma? Apa ini balasan untuk Jaemin karena sifatnya yang cuek ke Jeno?
Kok sedih gini sih?! Gak gak bodo amat.
Jaemin benar benar terlihat biasa saja seperti berita tentang model kemarin tak ada. Dia memakan makanannya sambil menonton film dengan Airpods nya. Mengalihkan fokusnya dari dua pasangan yang ada di depannya ke layar handphone.
"Masa gini doang? Gak seru ih! Gak papa sih, makin cepat juga gue dapetin Jeno. Hahahaha..."
~Mine~
Pengecut!
Yah itu untuk Jeno! JUNG JENO PENGECUT!!
Lihatlah sekarang ia malah tak berani untuk masuk sekolah dengan alasan lelah dan badannya kurang enak.
"Kenapa lu? Mommy bilang, lu kecapekan. Lemah amat."
"Diem lu bang. Mending berangkat aja sana." Usir Jeno.
"Perasaan gue gak punya adek yang pengecut deh." Ejek Mark.
"CK, BERANGKAT AJA SONO!" Jeno melempar bantal ke arah Mark.
"Iya iya nih berangkat. Gue udah bilang tolak aja tapi ku mau terima. Padahal mommy gak maksa, lu bisa aja nolak Jen. Buru gih kasih Jaemin penjelasan biar Jaemin nya gak salah paham. Secuek cueknya dia, dia cinta sama lu. Gue tau dari matanya, cuma yang emang dia caranya berbeda buat ngutarain rasa cintanya. Ah gue kok jadi ceramah sih, dah dah gue mau berangkat. Bye beban." Mark meninggalkan kamar Jeno.
Jeno duduk di pinggiran kasurnya sambil menunduk. Dia menarik rambut nya kasar, menggeram marah akan tindakan nya kemarin.
~Mine~
Jaemin mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Dia tak peduli dengan nyawanya, ya karena dia sudah handal mengendarai motor.
Butuh cukup lama untuk sampai di tempat tujuannya. Jaemin memarkirkan motornya sembarang di halaman. Melepaskan helm nya dengan terburu-buru lalu berjalan cepat untuk masuk ke dalam mansion megah.
Para pelayan yang berada di sekitar pintu masuk segera membungkuk hormat. Jaemin melambaikan tangannya untuk memberi kode ke para pelayan agar tak membungkuk.
Tak membuang waktu, Jaemin pergi ke taman yang terdapat di belakang mansion. Dia yakin orang yang ia cari ada disana.
"BUNDA!"
Jaemin berlari dengan riang ke arah Winwin yang sedang membaca sebuah buku di bangku taman.
"Astaga anak kesayangan bunda pulang ke mansion." Winwin menyambut pelukan Jaemin dengan senang.
Winwin mencium pipi Jaemin gemas, dia begitu merindukan anak bungsunya itu. Jaemin sangat jarang datang ke mansion sejak kelas 10. Dengan alasan ingin mandiri.
"Ada apa kemari? Baju sekolah kamu belum diganti, pasti ada maunya." Seru Winwin menebak.
"Gak tau, Nana cuma rindu bunda." Ujar Jaemin yang setia memeluk Winwin dari samping.
"Kalau gitu menginap saja di mansion, bagaimana?" Tawar Winwin.
"Eum, boleh. Nana nginep beberapa hari disini." Jawab Jaemin.
"Bagus, bunda jadi ada temennya." Ucap Winwin senang.
"Sayang kamu di ma-" Yuta terkejut melihat Jaemin bersama Winwin di taman.
"Aaa, ada apa anak ayah ini kesini hm?" Tanya Yuta sambil berjalan kearah Jaemin dan Winwin.
Jaemin tersenyum senang, dia berlari ke dalam pelukan Yuta. "Nana rindu ayah."
"Ayah juga rindu kelinci manis ini." Yuta mencubit salah satu pipi bapau Jaemin.
"Ayah sakit! Bunda lihat ayah, cubit-cubit Nana." Adu Jaemin bak anak kecil. Kepribadian nya berbeda ketika ia berada di luar.
Yuta tertawa kecil melihat itu. Anak nya masih sama seperti dulu. "Bagus kamu disini, ayah ada acara makan malam bersama teman ayah sama bunda. Karena ada kamu, kamu ikut ya?"
Jaemin berpikir sejenak. "Lama?"
"Ayah gak tau juga. Tapi ini di restoran ayah, jadi Nana gak akan bosan. Ikut ya?"
"Okey Nana ikut!"
Family time dulu 😁Pengennya nanti aja di up pas jam sepuluh biar pas sama ultah Jaemin, tapi takut lupa hshshshsh...
Spoiler Jaemin bakal kayak Jeno juga dengan cara yang sama!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine | Nomin [End]
Teen FictionSetelah berbulan-bulan caper ke Jaemin akhirnya Jeno menjadi kekasihnya Jaemin. "Mau ya jadi pacar aku?" Tanya Jeno sekian kalinya. "Ck, yaudah iya. Gue bosen dengerin lu ngomong gitu mulu!" Jawab Jaemin yang berhasil membuat Jeno mematung.