"Gue kira lu bolos lagi Jen." Tutur Yeji.
"Udah baikan, makanya masuk dia." Jawab Guanlin sekalian godain Jeno.
Yeji mengangguk setuju. "Baguslah gue gak cape-capean lagi buat ngurusin anak basket. Ada lu sekarang, jadi gampang ngaturnya."
"Sorry bikin lu cape ngurusin anak basket." Ucap Jeno dengan sedikit penyesalan karena membuat Yeji kewalahan menghadapi para junior yang baru masuk eskul basket ini.
Dan yang lebih parahnya lagi Guanlin ikut absen di eskul. Padahal dirinya wakil ketua basket yang harus siap menggantikan kalau ketua basket absen.
"Elah, santai aja sama gue. Pak Suga juga untungnya sabar, jadi gue sama anak anak pada selamat dari omelan nya." Sahut Yeji sambil tertawa ringan.
Bicara-bicara tentang pak Suga si pelatih basket itu membuat Jeno meneguk Saliva nya dengan kasar. Dalam hati Jeno merafalkan doa agar nanti ia tak kena omel karena tidak datang selama 2 hari tanpa alasan.
"Lu berdua gak solid banget, ke lapangan gak ajak-ajak. Minimal kasih tau lah." Sungut Mark yang baru datang.
"Lagian tumben banget lu berangkat agak siangan?" Tanya Guanlin.
"Haechan susah dibangunin tadi." Jawab Mark.
Baru sedetik ia duduk bel masuk berbunyi. Mark menggerutu kesal saat bel berbunyi. Yeji dan Guanlin menertawai Mark karena wajahnya yang suram sedangkan Jeno sudah pergi duluan. Memang tak solid.
Beribu-ribu kalimat kasar beserta antek-anteknya Jeno sebutkan dalam pikirannya. Hari ini ada ulangan harian matematika. Pelajaran yang paling Jeno benci karena ia tak suka dengan angka. Kecuali sedang berurusan dengan uang, itu beda lagi.
Matematika ilmu yang mematikan.
Guanlin lah yang menyanyikan lirik itu dengan pelan yang hanya dapat didengar oleh teman temannya yang berada di bangku belakang.
Dalam hati Jeno sangat setuju lirik lagu itu. Matematika itu mudah, sangat. Tapi beda lagi kalau harus nyari x dan y.
Kalau kata Haechan mah, "mereka yang gamon, kita yang puyeng."
Jeno sedikit prustasi karena tak ada persiapan belajar. Ia tak tahu tentang diadakan ulangan harian ini. Dan Mark juga Guanlin tak memberi tahunya soal ini.
"Inget Jen, demi bibit berkualitas, lu harus pinter." Jeno mengucapkan mottonya agar ia bersemangat mengerjakan ujian.
"Dih ngambek lu? Kayak sub aja." Ejek Guanlin.
"Hahahaha, terus kita dominan nya." Seru Mark yang ikut bergabung mengejek Jeno.
"Bangsat ya anjing. Apa-apaan gue jadi sub kalian. Najis." Jawab Jeno dengan kata kasarnya.
"Elah bro kasar amat tuh mulut." Kekeh Mark.
Jeno menghiraukannya, ia benar-benar kesal dengan dua temannya itu yang tak mengabari jika ada ulangan hari ini. Terlebih lagi ulangan matematika. Untung saja Jeno dilahirkan dengan otak yang cerdas jadi, ia dapat menyelesaikan soal itu dengan lumayan mudah walau tadi sempat belibet dikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine | Nomin [End]
Teen FictionSetelah berbulan-bulan caper ke Jaemin akhirnya Jeno menjadi kekasihnya Jaemin. "Mau ya jadi pacar aku?" Tanya Jeno sekian kalinya. "Ck, yaudah iya. Gue bosen dengerin lu ngomong gitu mulu!" Jawab Jaemin yang berhasil membuat Jeno mematung.