-06. Baru Terasa

1.7K 239 251
                                    

=06. Baru Terasa=

Menurut kesepakatan yang dibuat di acara penentuan tanggal pernikahan beberapa waktu yang lalu, baik keluarga Khanza mau pun Gus Shaka sepakat untuk mengadakan dua acara, di Malang dan Surabaya.

Khanza tidak terlalu memusingkan tentang resepsi yang akan diadakan di pihak Gus Shaka sebab ia telah menyerahkan seluruhnya pada Bunda Mima dan Shafiyah. Ia yakin kalau selera ibu dan anak tersebut tidak akan mengecewakan. Sedikit yang Khanza tahu, acara di Malang akan jauh lebih mewah dengan yang digelar di Surabaya. Wajar saja sebab keluarga Buya Sulaeman merupakan ulama-ulama terkemuka yang mengorientasikan hidup mereka pada agama tapi dikaruniai kekayaan yang melimpah.

"Ning, barang-barang yang mau dibawa ke Malang udah dipacking?" Khanza menoleh ke arah laki-laki ber-koko putih yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Sudah, Mas. Dibawa sebagian dulu, nanti sisanya."

Gus Shaka mangut-mangut sambil memerhatikan perempuan yang kini telah sah menjadi istrinya tersebut tampak sibuk dengan lilitan jilbab bekas resepsi yang masih melekat di kepalanya.

"Masih belum selesai juga?" tanyanya sembari menghampiri Khanza, kemudian memandang wajah perempuan itu lewat cermin di depannya.

"Susah, Mas. Jarumnya banyak banget."

Menghela napas pelan, Gus Shaka memutuskan untuk membantu Khanza yang nampaknya sudah jengah dengan segala riasan yang menempel di tubuhnya.

Jilbab berwarna ke-emasan itu sudah berhasil terlepas dari kepala Khanza, menyisakan ciput ninja berwarna creame yang membingkai wajah cantiknya.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Khanza lanjut membersihkan make up di wajah bersama Gus Shaka yang masih setia berdiri di belakangnya.

"Itu cuma diusap-usap gitu?" pertanyaan random Gus Shaka dibalas Khanza dengan gumaman pelan, jujur saja energinya terkuras seharian ini. "Ya udah, sini Mas bantu." laki-laki itu kemudian mengambil kapas dan make up remover milik sang istri, membawanya menuju tempat tidur.

Khanza menatap Gus Shaka, bingung. Pasalnya, saat ini dia masih duduk di depan meja rias, tapi suaminya itu malah beranjak menuju kasur.

"Kok bengong? Sini, Mas bersihin sambil kamu tiduran. Punggungnya pasti pegel 'kan, dari tadi?"

Ah, Khanza baru faham. Bibirnya lantas mengulas senyum kecil kemudian turut beranjak ke tempat tidur. Bodoh amat dengan gaun resepsi yang masih melekat di tubuh, Khanza langsung merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur dengan helaan napas lega.

Gus Shaka yang memerhatikan itu lantas terkekeh pelan. Kemudian, dengan telaten dibersihkannya wajah sang istri penuh kelembutan. Sesekali ia menyenandungkan sholawat hingga tanpa sadar membuat Khanza terlelap.

Setelah make up di wajah istrinya selesai dibersihkan, Gus Shaka segera membangunkan Khanza, menyuruh gadis itu untuk membersihkan tubuh dulu dan mengganti pakaian.

Malas-malasan, Khanza beranjak dari tempat tidurnya dengan mengangkat sedikit gaun pesta bermodel sederhana yang dipakainya, menuju kamar mandi.

Sebelum benar-benar menutup pintu, Khanza kembali melongokan kepalanya hingga membuat dahi Gus Shaka mengernyit penuh tanda tanya.

Pelengkap ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang