-04. Setara

1.9K 257 243
                                    

=04. Klarifikasi=

Hari akad pernikahan yang semakin dekat membuat Khanza cukup sibuk dengan segala persiapannya. Terlebih, Gus Shaka tidak bisa terlalu banyak ikut andil sebab satu dan lain hal. Beruntung Bunda Mima dan Umma Khadijah dengan setia membantunya mengurus ini dan itu.

"Gus Shaka sama Buya sampe sini jam berapa, Bunda?" tanya Khanza sesaat setelah mereka baru saja tiba di ndalem ponpes Al-Insyirah, seharian ini tiga wanita yang kali ini kompak mengenakan abaya hitam tersebut baru saja usai merampungkan segala persiapan pernikahan Khanza dan Gus Shaka.

"Udah di jalan sih, katanya," jawab Bunda Mima sambil menggulir layar ponselnya, mungkin sedang berusaha menghubungi Buya Sulaeman atau Gus Shaka yang tengah dalam perjalanan kemari.

Baru saja Bunda Mima tampak menempelkan ponsel di telinga, suara ramai dari arah luar membuat wanita itu segera mematikan sambungan telponnya pada sang suami.

"Itu kayaknya mereka udah sampai," ujar Umma Khadijah, berhasil membuat Khanza dan Bunda Mima beranjak seketika. Ketiganya langsung berjalan beriringan menyambut kedatangan dua laki-laki yang mereka sebut-sebut sejak tadi.

Bunda Mima lekas menghampiri suami dan anaknya. Sedangkan, Khanza sendiri hanya memerhatikan dari jauh seraya menangkupkan tangan dan tersenyum.

Setelah saling bertukar sapa dan bertanya kabar, keluarga Khanza dan Gus Shaka tersebut berkumpul di ruang tengah, duduk lesehan dengan hanya beralaskan karpet. Kyai Rahman melarang menyimpan sofa di ruangan ini, katanya lebih hangat kalau duduk santai beralaskan karpet seperti ini.

Topik perbincangan mereka tidak jauh-jauh dari persiapan pernikahan Khanza dan Gus Shaka. Hingga azan magrib berkumandang, kemudian mereka beranjak untuk menunaikan kewajiban.

Para laki-laki tidak lekas pulang usai shalat magrib, mereka menetap di masjid pesantren hingga masuk waktu isya. Sedangkan, para perempuan sibuk menyiapkan hidangan untuk makan malam.

"Sayang, anterin ini dulu ke depan, gih!" Umma Khadijah memerintahkan putrinya untuk mengantarkan deretan gelas berisi teh hangat yang sudah tertata di nampan.

"Nggih, Umma." tanpa menunda, Khanza segera melaksakan perintah dari Umma Khadijah.

Di ruang tengah, ia menemukan Gus Shaka, Buya Sulaeman, Kyai Rahman, dan Gus Furqon yang tampaknya tengah terlibat perbincangan serius.

"Abi, maaf, ini minumannya." Khanza berbisik pada Gus Furqon seraya menggeser minuman yang ia bawa pada abi-nya tersebut.

"Ning, duduk sebentar, kita mau minta pendapat kamu!" titah yang keluar dari lisan Kyai Rahman itu dilaksanakn Khanza tanpa bantahan.

"Ngapunten, Abah, pendapat apa, ya?" tanyanya bingung.

Kyai Rahman menjelaskan permasalahan yang tengah dihadapi oleh pondok pesantren Al-maerifa. Rupanya, tidak jauh-jauh dari dampak kabar miring tentang Gus Shaka yang tengah ramai di sosial media saat ini.

"Buya Sulaeman butuh masukan agar permasalahan ini tidak berlarut. Dampaknya ternyata besar sekali untuk pesantren. Banyak calon santri baru yang batal mendaftar di Almaerifa karena banyak fitnah yang tersebar di luar sana." Khanza tahu beberapa contoh fitnah yang mengarah pada keluarga besar pondok pesantren Almaerifa tersebut. Salah satunya, ada akun gosip yang sembarangan menuduh bahwa pesantren Almaerifa adalah aliran sesat. Bahkan, fitnah kejam juga dilayangkan pada Buya Sulaeman. Kritik yang lebih mengarah pada hujatan banyak diterima oleh pimpinan pesantren Almaerifa tersebut.

Pelengkap ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang