=11. Tertikam Fakta=
Pengajian selesai di pukul setengah sepuluh malam. Khanza turut membubarkan diri seraya membawa Nafisah di gendongannya, gadis cantik itu tertidur pulas sejak satu jam yang lalu. Sama seperti tadi, ia dibimbing panitia acara menuju ruangan khusus yang ditempati oleh para pengisi kajian.
Saat membuka pintu, rupanya ruangan lebih ramai dari yang Khanza kira. Dan di sana, ia juga mendapati suaminya, duduk di sofa seraya mengobrol dengan dua orang di depannya, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari kedatangannya karena terlalu asyik dengan topik perbincangan yang dibahas.
Setelah memerhatikan dengan seksama siapa gerangan yang sedang berbincang hangat dengan Gus Shaka, sebuah senyum sumir terbit di wajah cantik salah satu penulis novel best seller tersebut. Kini, ia tahu alasan kenapa suaminya tampak gusar sejak keberangkatan mereka ke Jakarta pagi tadi.
Khanza masih diam di depan pintu yang sudah ditutup oleh panitia beberapa saat lalu. Ia rasakan dadanya mencelos, mendapati sebuah senyuman dan tatapan yang terpatri di wajah tampan Gus Shaka.
Senyuman dan tatapan ..., yang sangat berbeda dengan yang selama ini Khanza dapatkan.
Selaput bening mengaburkan penglihatan Khanza, setelah sebuah kesimpulan berhasil ia dapatkan.
Khanza pernah bertanya apakah Gus Shaka masih berhubungan atau tidak dengan Alena Shava, tapi ia lupa bertanya apakah suaminya mencintai perempuan itu atau tidak.
Khanza pikir, ia terlalu gegabah menjatuhkan rasa, tanpa memastikan dulu apakah Gus Shaka bersedia membalasnya. Terlena, ia nyaris melupakan dengan cara apa pernikahannya dengan laki-laki itu terjadi. Apa yang menjadi salah satu penyebab perjodohan ini ada.
Khanza menyesal, kenapa baru sekarang ia memikirkan, apakah Gus Shaka terluka dengan perjodohan yang mengikat laki-laki itu dengannya?
Egois. Khanza bahkan lupa untuk sekadar memastikan, adakah perempuan lain yang terluka atas pernikahannya dengan Gus Shaka?
"Ning Khanza!" panggilan dari Ustazah Firda berhasil menarik Khanza dari lamunan. Kedua matanya mengerjap pelan, berusaha menghalau selaput bening tanpa menjadikannya tetesan air mata.
Dengan senyuman yang Khanza paksa terlihat baik-baik saja, ia serahkan Nafisah pada wanita cantik tersebut.
"Duh, maaf ya Ning, kalau Nafisah nyusahin," sesal Ustazah Firda.
Khanza menggeleng pelan. "Nafisah anak baik, Mbak. Dia malah gak rewel sama sekali. Saya yang makasih, karena udah diizinkan membawa Nafisah," katanya seraya mengusap kepala gadis kecil itu yang tertutupi oleh jilbab navy.
Interaksi Khanza dan Ustazah Firda rupanya berhasil menarik atensi semua manusia yang berada satu ruangan dengan mereka, termasuk Gus Shaka. Laki-laki itu tahu-tahu saja sudah berdiri di samping Khanza, menggenggam lembut tangannya.
"Pulang, Ning?" tanyanya yang lekas dibalas anggukkan oleh sang istri.
"Ayo pamit sama yang lain dulu, sekalian Mas kenalin." setelahnya, Gus Shaka menarik Khanza ke arah deretan sofa yang diisi oleh tiga orang perempuan dan dua laki-laki.
"Halo!" sapaan antusias itu berasal dari laki-laki bertubuh agak gempal yang Khanza ketahui bernama Oki---salah satu dari dua MC yang mengisi acara pengajian tadi.
Khanza menangkupkan tangan di depan dada, tersenyum lembut tanpa menatap intens laki-laki itu. "Ketemu lagi nih kita," katanya sebelum terkekeh kemudian.
"Apa kabar, Ning? Bulan depan ada yang kosong gak nih? Kita dari bulan lalu gak dapet slot terus." Oki berujar masih dengan antusiasnya. Beberapa bulan lalu, Khanza juga pernah mengisi kajian di program acara tim Oki, jadi mereka bisa dibilang cukup akrab. Terlebih, akhir-akhir ini Oki sering menghubungi untuk menanyakan jadwalnya yang kosong dengan maksud meminta Khanza hadir lagi di program kajian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelengkap Iman
SpiritualMenerima ekspektasi tinggi penggemar sebagai penilaian atas kepribadiannya membuat Gus Shaka Malik Alfatih menuai banyak hujatan saat aib-nya tersebar di sosial media. Tertunduk menyadari kekhilafannya, Gus Shaka menerima begitu saja permintaan Buya...