19 🐰

9 1 0
                                    

- JUNARA -

Happy Reading

🐰🐰🐰

“Civa, besok kalo udah gede, harus jadi strong girl ya. jangan mau di anggap lemah sama cowok. Jangan mau di permainkan sama cowok” saat ini Nara tengah bermain di atas kasur bersama Civa. Baru saja jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi, Nara sudah berada di rumah Juna untuk bermain dengan Civa. Ia dan Civa akan pergi ke taman komplek, untuk menemani Juna olahraga pagi.

“Dia baru tiga bulan Nar, udah kamu ajak aja ngobrol masalah itu” Jeje terkekeh melihat interaksi Nara dan Civa. Jeje tengah memakaikan pakaian hangat untuk bayi itu.

“Justru penting asupan dari dini teh, biar Civa terlatih jadi wanita kuat, seperti Ona nya”

“Ajaran lo kan ajaran sesat” Nara menatap tajam Jian yang keluar dari kamar mandi.

“Ajaran lo kali yang sesat. Civa besok kalo Papip ngajarin yang aneh aneh, gampar aja ya”

“Heh, sembarangan lo kalo ngomong. Kalo beneran di lakuin Civa gimana” Jian melempar handuknya ke kepala Nara. Yang membuat sang empu berteriak kesal karena kuciran rambutnya berantakan.

“Ish, rambut gue anjir”

“Nara, ngomongnya baik baik ih, ntar di denger Civa” Jeje memperingati.

“Hehe maap Teh, habisnya suami Teteh ngeselin sih”

“Udah ah, kalian jadi pergi kan?”’

“Jadi dong. Anaknya Ona udah siap ya, ayok kita ke kamarnya Oju” Nara menggendong Civa dan berlalu keluar dari kamar Jian, menuju kamar di sampingnya. Lebih tepatnya kamar junya.

“Oju, kami udah siap” Nara langsung nyelonong masuk kamar Juna tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Udah siap?” Nara mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Juna keluar kamar, mengambil troli Civa yang ada di ruang tamu. Nara meletakkan Civa di dalam troli. Juna mendorongnya menuju taman.

“Buk” sapa Nara ketika mereka melewati Ibuk Ibuk komplek yang tengah menggerubungi gerobak sayur keliling.

“Nak Nara sama Nak Juna mau kemana nih?”

“Mau ke taman komplek Buk, olahraga biar sehat, hehe” jawab Nara di selingi kekehen kecil.

“Itu teh anak saha Neng?” Ibuk yang satunya ikut bertanya.

“Anaknya Bang Jian Buk” hanya Nara yang menjawab pertanyaan Ibuk Ibuk tersebut. Sedangkan juna masih sibuk mendorong troli milik Civa.

"Oalah anak Jian toh”

“Kalian berdua cocok pisan euy, vibes nya kayak pasangan suami istri muda gitu, bener kan Jeng?” semua mengangguk setuju dengan ucapan seorang Ibuk Ibuk yang menggunakan daster ungu. Nara hanya tersenyum canggung.

“Ibuk bisa aja, kalo gitu kami lanjut dulu ya Buk, takutnya keburu panas” Nara dan Juna pun kembali melanjutkan jalannya.

“Cocok katanya? Dih ga tau aja orang kalo perang gimana” Juna hanya menggelengkan kepalanya heran dengan gerutuan Nara.

°°°

“Duduk sini, gue mau keliling dulu” nara pun mengangguk dan menduduki dirinya di kursi taman bawah pohon. Ia menggendong Civa sambil sesekali mengajak bayi itu berbicara.

“Hai Nar” Nara mengalihkan tatapannya kepada tiga perempuan yang berdiri di hadapannya. Dia kenal siapa mereka. Angel, Ria, dan Cia. Tiga gadis yang di kenal sebagai ratu bullying di Bhinneka. Nara menghela napas pelan. ia begitu malas bertemu dengan ketika teman angkatannya ini. bener bener ngerusak mood.

JunaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang