18. Pesan Instagram Junho

18.2K 1.6K 63
                                    

Pagi memberingsutkan malam. Bentala Manyaran cukup basah, hasil hujan deras dari subuh, menyisakan gerimis yang sebentar lagi pergi.

Waktu tak jemu bergulir, usai salat dhuha, Almira menyempatkan muraja'ah hafalannya. Pun sama dengan Ayna. Kamar penginapan mereka berdua penuh akan lantunan kalam-kalamNya oleh suara merdu mereka berdua.

Di sela khidmat membaca al-Quran, terdengar ketukan pintu.

Almira pun berhenti muroja'ah, beringsut membuka pintu. Tampaklah Bu Wati yang berada di balik pintu kayu tersebut. Beliau mengatakan pada Almira untuk mereka berdua bersiap-siap sarapan, lantas berangkat ke ruangan lomba bersama.

"Siap, Bu Wati. Niki langsung siap-siap," sahut Almira begitu Bu Wati mengintruksi.

Sesaat ke depan, Bu Wati kembali ke kamarnya usai menganggukan kepala, menyahut singkat, "Iya, Nduk."

Almira mendapat urutan maju lomba pagi ini. Begitu Bu Wati kembali ke kamarnya, dia pun mengatakan hal tersebut pada Ayna sesuai amanat Bu Wati. Sekalipun Ayna mendapatkan urutan maju lomba nanti malam, tetapi dia jugalah berkewajiban mendukung yang lain saat bertempur di medan perang kompetisi. Pun begitu dengan Hanum yang memiliki jadwal urutan maju yang sama, juga dengan yang lainnya--para peserta putra.

Begitu selesai sarapan dengan aneka menu prasmanan, Almira mengenakan seragam kafilah Cilacap; yaitu baju batik bunga kombinasi warna hijau dan kuning.

Tuntas membalut kepalanya mengenakan hijab kuning, Almira memeriksa notifikasi masuk di ponselnya yang ada di nakas. Wajahnya langsung semringah begitu notifikasi yang masuk barusan adalah ulah Emil. Mempercepat mengenakan bros bentuk bunga, barulah membuka pesan dengan perasaan riang.

Kamu maju lombanya pagi ini 'kan, Al?

Jangan khawatirkan apa pun. Mas sama Ummi doain kamu dari sini. Kamu pasti bisa. Hamasah!

Rekahan senyum singgah di bibir Almira. Melihat Emil masih online, dia pun langsung membuat panggilan video.

Di ndalem, Emil sedang berada di ruang gym pribadinya. Selain hobi membaca, dia jugalah hobi berolahraga--seperti Abah Rosyid. Maka dari itu, ndalem memiliki ruang gym berisi beberapa alat fitness seperti treadmill, sepeda statis, dumbell, kettle bell, hingga gym ball. Tipe tubuh Emil adalah mesomorph yang memiliki otot dan rangka yang kuat, cukup berotot dengan dada berserta bahunya yang lebar.

Emil baru saja selesai treadmill, dia sedang beristirahat di sofa rehat, meluangkan mengontak Almira dengan pesan teks. Berujung mendapatkan panggilan video yang seketika membuatnya mesem, menyempatkan meneguk air mineral dari kemasan botol sebelum mengangkatnya.

"Mas, aku deg-degan banget nih," curhat Almira begitu Emil menerima panggilan video, setelah berbalas uluk salam dengan Emil.

"Ini kan bukan kali pertamanya kamu ikut lomba tingkat provinsi, mental kamu pasti udah bukan mental krupuk lagi, Al," sahut Emil seraya sebelah tangannya mengelap peluh di jidatnya dengan handuk kecil yang melingkari leher. Istrinya itu memang bukan kali pertamanya mengikuti lomba tingkat provinsi; dulu sebelum menikah, Almira pernah mengikuti lomba MTQ cabang Tahfidz Putri 10 juz yang diselenggarakan di Asmara Haji Donohudan, Boyolali, Almira berhasil menyabet juara 3.

"Sekalipun bukan kali pertama, tapi tetep aja deg-degan, Mas. Apalagi pas nanti udah di ruangan lomba, hmm ... serasa lagi di pengadilan," timpal Almira, kedua pipinya menggembung.

Kening Emil mengerut samar. "Lah kok serasa kayak di pengadilan?"

"Itu karena juri-jurinya nanti bukan lagi pakai baju koko, tapi pake baju kebesaran kayak baju-baju hakim," jelas Almira. Di tingkat Provinsi--terkhusus di Jateng yang sejauh Almira tahu--para juri mengenakan pakaian mirip pakaian kebesaran para hakim di pengadilan, tidak lagi sesederhana memakai baju koko layaknya para juri di tingkat kabupaten.

Halal untuk AlmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang