"pantai? Ceilah mau liat sunset? Romantis banget sihh kamuuu" ucap abian begitu keana selesai memarkirkan mobilnya
Keana mengabaikan abian dan beralih turun dari mobil, berjalan meninggalkan abian yang kini tersenyum dengan wajah berseri sambil menatap punggung sempit milik keana. Langkahnya yang dua kali lipat dari langkah keana membuatnya tidak sulit untuk mengimbangi gadis itu, matanya membulat begitu melihat dekorasi yang berada dipinggir pantai. Terlihat dua kursi berhadapan yang di batasi oleh meja yang diatasnya sudah tersedia stick dan red wine, disamping meja tersebut ada seorang pria yang memainkan biola.
"lo mau nembak gue?" tanya abian yang masih memasang wajah speechless
"kalau iya kenapa?" tanya keana dengan nada bercanda
"lo jangan gitu dong ken, gue udah deg-degan inii" ucap abian yang ikut duduk dihadapan keana
Keana POV
Gue menatap kak bian yang masih tersenyum, rambutnya yang mulai memanjang itu tertiup angin. Bahkan hal sesederhana itu bisa membuat hati gue berbunga-bunga dan pipi gue tersipu malu hanya karena senyuman itu ditunjukkan ke gue. Kak bian adalah sosok yang menurut gue sempurna, dia memang sering melontarkan kata-kata flirting khas buaya tapi bukan itu yang membuat hati gue luluh, tatapan dan perlakuan dia yang bikin gue sadar soal tulusnya kak bian. Gue bukan cewek yang suka denial, gue cukup tau kapan gue suka sama orang, dan gue mengakui kalau gue jatuh hati pada cowok berlesung pipi didepan gue ini. dia seperti apa yang selalu gue nantikan dan inginkan, dia yang melihat gue apa adanya tapi seakan gue adalah sosok yang sempurna. Dia lebih sering memuji gue dengan kata keren daripada cantik dan gue ga marah ataupun tersinggung soal itu, gue justru.... Suka mendengar pujian itu. sama kak bian even the smallest moments are overwhelming. Bahkan hanya melihat dia berdiri diam saja seolah pemandangan yang luar biasa buat gue, setiap saat bersama kak bian terasa seperti adegan di film romance yang sering gue nonton. Dalam waktu singkat sosok didepan gue ini berhasil membuat gue jatuh, gue yang risih dengan cowok yang suka megang cewek tanpa consent tapi untuk kak bian gue justru merasa disayang.
"kenapa senyum-senyum gitu?" pertanyaan kak bian membuat lamunan gue buyar
"lo dan pantai itu perpaduan yang indah kak, such a beautiful view"
"ceileh, skill buaya ragunan theo nurun juga ke lo?" canda kak bian
"gue ngajak lo jalan seharian buat gantiin janji buat dinner pas tanggal 14 kemarin"
"hah?"
"gue baru tau kalau ulang tahun kita berdua sama, gue pikir lo cuman mau modusin gue ternyata lo mau ngajak rayain ulang tahun bareng, semoga ini bisa nebus janji gue ya kak?"
"ken"
"iya? Kenapa? Ga sebanding sama kerugian lo booking restoran mahal ya?" gue takut dia kecewa dengan ganti yang ga sebanding sama yang dia siapin waktu itu
"kalau gue nembak lo sekarang, apa lo bakal terima?" ucapan kak bian membuat gue tertegun
Dia...barusan nembak gue?!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."seharusnya gue udah bisa nebak soal mami yang tiba-tiba nyuruh gue nyusul kesini" keluh Kayla begitu dia duduk didepan haikal yang terlihat tidak kaget dan justru nampak santai-santai saja
"lo punya janji lain yah?"
"nggak, cuman gue jadinya ga enak sama lo, maaf ya gue udah coba bicara sama mami tapi mami ga mau denger. Mami gue emang sering banget bertindak sesuka hati"
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [END]
Fanfikcehe's so tall and handsome as hell. he's so bad but he does it so well. -wildest dream, taylor swift