29

406 40 4
                                    

Keana pov

Gue terbangun pada pukul 11 malam tanpa dibangunkan oleh kak bian yang tadinya janji mau bangunin gue pas mau makan malam, duh kan gue makin ga enak. Gue keluar dari kamar kak bian dan jalan menuju dapur, gue laper banget soalnya terakhir makan yah pas dikereta tadi. Gue tau ini kurang sopan cuman rumahnya kak bian sekarang lagi mode silent dan ga ada orang, kemungkinan besar mereka udah pada istirahat. Gue menjatuhkan pilihan pada roti dan susu yang gue dapet dari dalem kulkasnya kak bian, ga papah lah yang penting perut gue ga kosong

"loh? Udah bangun?" itu suara kak bian

"kok lo ga bangunin gue sih kak? Gue kan jadinya ga enak sama nyokap bokap lo. Btw, sorry gue asal ngambil soalnya perut gue udah bunyi"

"mamih ngelarang gue bangunin, katanya kasian kalau dibangunin" ucap kak bian yang kini sibuk membuka-buka laci di dapurnya "lo kenyang makan roti doang? Mau gue masakin mie instan?"

"boleh?" tanya gue dengan mata berbinar

"ya boleh, kan gue nawarin, bentar ya" setelah itu kak bian yang malam ini mengenakan kaus putih polos dan celana pendek berwarna hitam itu mulai memasak mie instan

"makasih, gue jadi makin ga enak" ucap gue begitu kak bian meletakan semangkuk mie goreng didepan gue

"yaelah"

"kak"

"ya?" gue selalu suka dengan respon kak bian, di selalu natap gue setiap gue manggil namanya atau ngobrol sama dia, nggak tau kenapa gue jadi merasa dihargai

"gue kadang mikir, apa nantinya ada yah laki-laki yang mau nikah sama gue suatu hari nanti?"

"it's midnight talks?"

"emang kan midnight tuh rawan sama hal-hal yang harusnya ga dipikirin tapi bakalan dipikirin, eh lo ngerti? Maaf kalau aneh"

"kenapa minta maaf? Gue ngerti kok"

"yaudah berarti jawab dulu ituu" ucap gue yang kemudian menyuapkan mie goreng buatan kak bian kemulut gue

"of course there is" jawaban kak bian membuat gue menatapnya yang kini sudah menghadap kearah gue sambil menompang sisi wajah kirinya menggunakan tangan kirinya

"if there is, gue bakalan merasa bersalah sama dia kayak kenapa dia harus nikah sama gue di saat dia bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari gue?" gue menatap wajah kak bian yang ekspresinya masih sama

"lo nih anaknya insecure parah ya? padahal yah menurut gue tuh lo cewek terkeren yang pernah gue tau, kayak lo tuh bakalan jadi the best women for him that will be your future husband, malah menurut gue tuh cowok bakalan jadi cowok paling beruntung. Dia beruntung bisa tau cewek kayak lo dan bisa hidup bersama selamanya sama lo" jujur gue speechless setelah mendengar kata-kata kak bian apalagi dengan dia yang senyum gitu, gue bisa merasakan degupan jantung gue yang mendadak jadi lebih cepat, pipi gue yang memanas dan perut gue yang sekana digelitik

"and I hope that man is me" sambungnya membuat hati gue semakin berantakan

"gue pernah baca kalimat ini, if the universe didn't need you, you wouldn't be here. Jadi jangan pernah insecure dan berpikir lo tuh adalah pemeran pendukung atau yang ga penting di dunia ini, lo tuh pemeran utama di hidup lo, katanya mau love yourself kok masih aja insecure gini?"

gue udah pernah bilang ga kalau kak abian tuh keren? Jujur gue tuh anaknya bukan tipe word of affirmation justru dalam love language gue tuh word of affirmation ada diurutan terbawah. Tapi, entah kenapa gue merasa comfort sama kata-kata yang sering dibilang kak bian ke gue. Makanya gue selalu nyaman untuk ngobrol sama dia, he is a good listener and a good advicer.

Limerence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang