08

136 18 0
                                    

"Berikan masukan dong, apa aku harus mengajak Yeosang jalan² saat dia tidak bekerja?"—Seonghwa.
"Nanti dia tahu kau berniat mendekatinya karena kau suka. Bahkan Yunho sendiri tidak pernah melakukan hal seperti itu"—Hongjoong.

Mereka berlima berkumpul ditempat biasa, di halaman belakang sekolah di jam istirahat terakhir.

"Apa Yeosang tipe yang menyukai hal² berbau perlakuan manis? atau yang dingin? aku punya banyak pertanyaan"—Seonghwa.
"Isi kepalamu hanya Yeosang Yeosang dan Yeosang. Dia belum tentu mau dengan mu"—Mingi.

"Cinta tak harus memiliki"—Seonghwa.
"Cinta sialan mu salah. Ada banyak perempuan malah memilih laki-laki"—Mingi.

Yah..... itu benar. Tapi suasana hati Seonghwa tiba-tiba jadi tidak baik, efek tadi pagi sempat mengalami kecelakaan kecil dengan mobil orang yang menyerempet motornya.

"Tidak masalah kau tidak menyukainya. Aku bisa menjauh kalau kalian tidak nyaman dengan ku lagi"—Seonghwa.
Ini sisi Seonghwa yang lainnya. Mudah berubah suasana hati hanya karena beberapa kalimat. Tapi kalau kalimatnya tidak sampai kelewatan dia bisa menahannya.

"Eh eh! kau mau kemana?!"—San.
"Halah. Biarkan saja, paling hanya sebentar terus kumpul lagi dengan kita"—Mingi.

Seonghwa pergi ke lapangan sepak bola yang sepi, duduk sendirian di tangga sambil memegangi lengannya yang masih terasa sakit akibat membentur aspal jalanan.

"Sshh, sial"—Seonghwa.

"Oh?! Seonghwa! apa yang kau lakukan disini?"—Yeosang.
"Oh hey, hanya duduk. Kau mau kemana? biasanya ke perpustakaan"—Seonghwa.

"Aku hanya berjalan-jalan sebentar. Aku sedang bosan saja, bisa aku ikut duduk?"—Yeosang.
"Tentu saja"—Seonghwa.

Hanya ada dua orang itu di area sana. Sisanya sibuk mondar-mandir dengan urusannya sendiri.

"Seonghwa tidak bersama teman-teman?"—Yeosang.
"Tidak. Aku juga bisa bersenang-senang tanpa mereka"—Seonghwa.

"Ah begitu. Apa Seonghwa mau bermain sepak bola? kurasa aku tidak buruk"—Yeosang.
"Kau bisa? okey tunggu sebentar aku akan mengambil bola"—Seonghwa.

"Itu bagus. Kenapa tidak pernah ikut bermain?"—Seonghwa. Setelah acara main 1 dengan 1 selesai.

"Aku tidak merasa bagus. Kalian bermain berkelompok, aku tidak memiliki teman dekat"—Yeosang.
"Okey², kau juga tidak bisa terlalu lelah. Kau kan punya pekerjaan yang menunggu, berbeda dengan ku yang hanya menambah beban keluarga"—Seonghwa.

"Bukan beban keluarga. Ayah dan ibu Seonghwa kan memang punya tugas menghidupi Seonghwa hingga Seonghwa bisa mandiri suatu saat nanti. Jadi Seonghwa harus belajar dengan rajin dan kuliah agar bisa dapat pekerjaan yang bagus"—Yeosang.

"Aduh jangan panggil Seonghwa juga dong, seperti biasa saja"—Seonghwa.
"Ehehehe. Maaf"—Yeosang.

"Yeosang"—Seonghwa.
"Eum?"—Yeosang.

"Apa mencintai seseorang itu tidak boleh? walaupun persentase keberuntungan untuk mendapatkannya rendah?"—Seonghwa.
"Tidak ada yang salah. Kalau kau menyukainya memangnya ada apa? orang lain tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan"—Yeosang.

"Andaikan aku menyukaimu. Apa kau akan membalas perasaan ku?"—Seonghwa.
"Eum..... tentu. Semua bisa berhasil jika mau mencobanya dulu. Kalau aku nyaman dan cocok kenapa tidak"—Yeosang.

"Terimakasih"—Seonghwa.
"Kenapa bertanya seperti itu?"—Yeosang.

"Ya kalau suatu hari aku menyukaimu aku bisa tahu terlebih dahulu"—Seonghwa.
"Ah mana mungkin. Kau kan tampan, bagaimana mau dengan ku. Ada banyak perempuan cantik kenapa memilih ku"—Yeosang.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang