24

115 13 0
                                    

"Oh astaga! apa yang ku lakukan?!"—Yeosang. Bangun dan menyadari posisinya yang memeluk Yunho.

"Yunho-ah, maafkan aku. Aku akan menyiapkan sarapan dulu"—Yeosang. Dikiranya Yunho mendengar ucapannya.

Namun orang yang masih menutup mata tersenyum setelah Yeosang pergi keluar kamar. Karena sebenarnya Yunho sudah bangun terlebih dahulu tapi masih mau memandangi wajah Yeosang dari dekat.

"Imutnya"—Yunho. Menunggu sebentar lagi agar pura-pura tidurnya terlihat natural baru nanti menghampiri Yeosang.

Yeosang di dapur membuat sarapan yang mudah dan cepat. Seingatnya kemarin membeli beras yang bisa dimasak cepat entah apa namanya dia lupa.

"Hanya ada telur, apa Yunho mau?"—Yeosang. Dia lupa membeli bahan makanan yang sudah habis. Ah sudahlah, Yeosang setidaknya membuat sarapan daripada tidak sama sekali.

Dengan cepat makanan sudah jadi tinggal membangunkan Yunho. Tapi tanpa Yeosang sadari Yunho ternyata memperhatikannya dengan kagum.

"Ekhem... maaf ya aku tidak tahu diri. Menumpang tapi bangun terlambat"—Yunho.
"Tidak kok. Kalau kau nyaman aku malah lega. Sekarang kau mau sarapan dulu? maaf aku hanya membuat ini"—Yeosang.

"Tidak apa-apa. Terimakasih"—Yunho. Duduk dan memakan sarapan yang sudah dibuat oleh seseorang yang dia sayang.

Yeosang cemas Yunho menyukainya atau tidak. "Bagaimana? apa rasanya aneh?".

Yunho masih fokus pada pikirannya yang tiba-tiba jadi sedih. Situasinya sekarang persis seperti pasangan yang sudah tinggal bersama. Ada yang memasak sarapan dipagi hari dan pasangannya menunggu dan tak jarang memeluknya dari belakang. Rasa bersalah Yunho kembali saat mengingat ternyata Yeosang melewati banyak waktu sulit.

"Yunho? apa ada yang salah? matamu seperti mau menangis"—Yeosang.
"A-ah apa? maaf kau tadi tanya apa?"—Yunho. Gugup langsung menghapus air matanya.

"Apa ada yang salah?"—Yeosang.
"Tidak, tidak ada. Maksudku pertanyaan sebelumya"—Yunho.

"Apa rasanya aneh? aku biasanya memasak hanya untukku sendiri"—Yeosang.
"Tidak aneh. Enak kok, nanti juga kau akan terbiasa memasak untukku"—Yunho. Kalimat terakhir dengan suara pelan.

"E-eh? apa?"—Yeosang. Pendengaran Yeosang masih bisa menangkapnya heyy, akhh jantung Yeosang tidak bisa menahannya.
"Syukurlah rasanya tidak aneh"—Yeosang.

"Kerja paruh waktumu hari ini malam atau dari pagi?"—Yunho.
"Pagi. Ada karyawan yang punya urusan jadi aku mengurusi bagian pembayaran sendiri"—Yeosang.

"Semangat ya"—Yunho.
"Iya. Terimakasih"—Yeosang.
"Terimakasih juga masih bersikap baik walaupun aku pernah melakukan hal buruk padamu"—Yunho.
"Jangan dipikirkan"—Yeosang.

Yunho pulang setelah mandi, pakaian gantinya punya Yeosang pasti. Mereka berpisah dan Yunho pulang menggunakan taxi online.

"Tuan muda dari mana?".
"Dari rumah teman, bi. Maaf ya tidak bilang, aku sudah sarapan disana"—Yunho.

"Lagipula saya belum membuat sarapan hanya untuk jaga-jaga. Tuan muda tampaknya sangat bahagia, pasti seseorang yang disukainya ya?".
"Ehehehe. Benar"—Yunho.

"Haduhh, anak muda sekarang".
"Aku masuk dulu ya bi"—Yunho.

.
.
.

"Nona Han yakin mau di dapur?"—Yeosang.
"Aku bisa mengurusnya. Tidak perlu khawatir dan jaga bagian depan. Okey?"—Nona Han.

"Siap"—Yeosang.
"Okey manis.... aku akan kebelakang"—Nona Han.

Sekarang Yeosang harus sendiri, restoran lumayan ramai dan pasti kebanyakan pengunjung adalah sepasang kekasih. Melihat-lihat pengunjung fokusnya jadi ke salah satu pasangan yang duduk diujung.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang