19

136 16 1
                                    

*Lebih panjang dari biasanya dan bagian vulgar dia akhir*

Hari minggu seharusnya bisa Yunho gunakan untuk bermalas-malasan kan? bangun telat dan sarapan sudah tersedia tinggal makan. Tapi hari ini dia bertekad mau pergi ke restoran tempat Yeosang bekerja.

Yunho sarapan dirumah sih, di restoran nanti niatnya hanya pesan dessert dan melihat Yeosang. Mau minta maaf soal yang terakhir, ada rasa mengganjal dihati walaupun melakukannya karena spontan.

"Terimakasih bibi"—Yunho.
Dan untuk sedikit olahraga, Yunho jalan kaki menuju restoran. Tidak terlalu jauh tapi juga tidak dekat, sekalian jalan-jalan mumpung masih pagi.

.
.
.
"Permisi, aku mau pesan ini"—Yunho. Langsung bilang ke Nona Han karena restoran masih sepi.

"Kau temannya Yeosang yang kemarin itu kan? Yeosang belum datang tapi"—Nona Han.
"Tidak apa-apa, aku bisa menunggu. Tolong buat pesanan ku"—Yunho.

"Baiklah, silahkan duduk dulu"—Nona Han.

"Pagi Nona Han"—Yeosang. Sambil merapikan apron miliknya dan belum sadar ada Yunho yang sudah duduk di kursi pelanggan.

"Temanmu sudah duluan tuh"—Nona Han. Dagunya mengarah ke Yunho.

Yeosang hanya bisa senyum kaku, mau apa lagi Yunho kesini memang. Hubungan mereka sudah berakhir, apa Yunho mau mengganggunya?.

"Pesanannya sudah siap, tolong antarkan ya"—Nona Han.
"Siap"—Yeosang.

"Yunho... pesanan mu"—Yeosang. Menaruh pesanan tadi pelan-pelan.
"Selamat menikmati"—Yeosang.

Saat mau melangkah kembali tiba-tiba tangan Yeosang ditahan Yunho. Yang merasa tangannya dipegang otomatis membalikkan badan.

"Selesai aku memakan ini kita berbicara diluar nanti"—Yunho.
"Eum"—Yeosang. Ini Yunho masih betah menahan lengan Yeosang.

Dan akhirnya berakhir dengan kontak mata sebentar.

"Eh maaf"—Yunho. Akhirnya dilepas.

Yunho makan dengan biasa karena porsinya juga tidak banyak. Habis itu dia bawa piring dan gelas kedepan agar sekalian Yeosang tidak bolak-balik.

"Eh kenapa dibawa kesini?"—Nona Han.
"Saya mau mengajak Yeosang berbicara sebentar. Sekalian ini mau bayar"—Yunho.

"Okey"—Nona Han.

"Aku izin sebentar ya Nona Han"—Yeosang.

Yunho dan Yeosang keluar dan duduk di bangku depan restoran, tidak ada meja karena area ini biasanya dijadikan tempat foto saja.

"Mau membicarakan apa?"—Yeosang. Tak ada raut muka kesal atau apa yang Yunho lihat.
"Kau tidak membenciku?"—Yunho.

"Aku? kenapa harus membencimu?"—Yeosang.
"Soal yang terakhir kali"—Yunho.

"Kau membantuku pas telat? terimakasih sekali lagi atas bantuanmu"—Yeosang.
"Tidak. Soal dilapangan sepakbola waktu itu. Aku minta maaf ya. Untuk segalanya. Maaf telah mempermainkanmu"—Yunho.

"Ahh soal itu.... eum tidak masalah. Aku yang tidak tahu diri menganggap orang sepertimu mau dengan ku. Maaf juga sudah membuatmu tidak nyaman selama aku dulu bersamamu"—Yeosang.

"Tidak usah dipikirkan"—Yunho.
"Jaga hubungan kalian ya, kelihatan cocok sekali"—Yeosang. Keputusan terbaik memang tidak boleh saling tatap menatap mata agar tidak ada harapan lain yang muncul.

Yunho merasakan dadanya sesak, hey dia masih sendiri saat ini. Yang terakhir kali ia tolak, bisa-bisanya Yeosang bilang begitu dengan tenang.

"Aku menolaknya. Aku..... tidak mau menerimanya hanya karena kasihan. Aku tidak menyukainya"—Yunho. Nadanya mirip pacar yang tidak mau pacarnya salah paham.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang