Part 28

342 57 1
                                    

Flashback On

Tak terfikirkan sama sekali oleh Gian jika pesta kembang api di akhir tahun yang ia saksikan bersama kedua orang tua nya adalah awal dari kesedihannya karena kehilangan sosok Bunda yang begitu ia sayangi. Jika anak lainnya akan senang dan gembira menyambut hari baru di awal tahun, tidak bagi Gian. Gian akan menangis mengingat kasih sayang Bundanya yang begitu ia rindukan.

Sudah dua tahun yang lalu, tapi Gian masih terlihat murung dan sedih. Bahkan di hari ulang tahunnya saja Gian sudah tidak bersemangat karena sudah tidak ada yang menemaninya tiup lilin dan memotong kue ulang tahun seperti dulu lagi.Hingga Ayah Jordy berinisiatif membuat pesta kecil kecilan di rumah untuk merayakan ulang tahun Gian ke 12 tahun. Ayah Jordy mengundang beberapa kerabat, teman teman Gian serta tetangga sekitar rumahnya.

"Ayo tiup lilinnya dong Jagoan, udah ditungguin sama temen temennya tuh" ucap Ayah Jordy membujuk Gian yang masih terlihat murung

Gian yang akhirnya luluh dengan upaya Ayah Jordy untuk membujuknya lalu meniup lilin yang sudah tertancap di kue ulang tahunnya. Suara tepuk tangan pun terdengar meriah. Tapi, tidak untuk Gian, ia malah meninggalkan begitu saja kue ulang tahun dan teman temannya lalu berlari keluar rumah.

Disini lah Gian, duduk sendiri di bangku taman dekat rumahnya sembari menekuk kaki dan menyembunyikan wajahnya. Gian menangis ia teringat moment ulang tahunnya bersama Bundanya.

Tanpa Gian sadari, ada seseorang anak perempuan  berambut panjang yang menghampirinya. Anak perempuan itu langsung duduk di samping Gian. Gian yang sedang menangis terkejut dengan kehadiran anak itu.

"Ih laki laki kok cengeng sih" celetuk anak itu mengejek Gian

"Kenapa? Hiks.. emang cowok gak boleh nangis..? ketus Gian masih terisak

"Kata Papi aku jadi anak laki laki itu harus kuat gak boleh lemah" balas anak itu

"Itu kan kata Papi kamu, kata Bunda aku anak cowok boleh nangis kok..hiks" ucap Gian sesegukan meredakan tangis nya

"tapi tadi kamu nangisnya kenceng banget sampe kedengaran sampe sana tuh, jadi terganggu tau" ujar anak itu sedikit kesal

Gian yang merasa terganggu dengan celotehan anak gadis itu memutuskan untuk tak menghiraukannya dan pergi.

"Eh, mau kemana?" tanya anak gadis itu sambil menahan tangan Gian

"Kata nya ganggu, yaudah aku pergi aja" kata Gian

"Kok kamu juga ngambekan sih, jadi cowok itu jangan ngambekan tauu" cibir anak gadis itu
"Mending kenalan aja , nama aku Evelyn, nama kamu siapa?"

"Hagian" jawab singkat Gian yang masih sedikit kesal

"Terus aku manggilnya Hagi apa Gian apa Haagiaaannnn" ujar Evelyn dengan nada bercanda

"Ck.. Gian aja" jawab Gian yang mulai terkekeh atas tingkah aneh Evelyn

"Nah gitu dong, senyum aja. Jangan nangis lagi"
"Jadi, aku boleh temenan kan sama kamu" tanya Evelyn

"I-iya" jawab Gian kikuk

"Oke, kita salaman dulu aku Evelyn dan kamu Gian telah resmi berteman.. yeayyy" ucap Evelyn dengan tingkat lucu nya sambil mengulurkan tangan pada Gian

"Hehe, oke Ev" kata Gian menyambut uluran tangan Evelyn

—//—
5 tahun kemudian

Menjalin persahabatan selama hampir 5 tahun membuat Gian dan Evelyn menjadi lebih dekat. Rumah mereka yang ternyata masih satu komplek membuat Evelyn maupun Gian sering main bersama. Apalagi waktu sekolah menengah pertama Gian meminta Ayah Jordy menyekolahkannya di sekolah yang sama dengan Evelyn. Mereka sudah layaknya sahabat sejati yang kemana kemana selalu bersama. Kedua keluarga Gian dan Evelyn pun sudah tau satu sama lain dan sudah menganggap Gian atau Evelyn sebagai anaknya sendiri. Bahkan, Evelyn pun sudah tau tentang kondisi kesehatan Gian.

OUR LAST SCENE [HAERYU FANFIC] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang