Part 31

329 56 2
                                    

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Rara dijemput Gian. Saat ini mereka dalam perjalanan menuju ke makam Bundanya Gian.

"Ra, mampir ke toko bunga dulu ya" ucap Gian

"Oke, oh ya Gi Bunda lo suka bunga apa?" tanya Rara

"Bunda suka semua bunga sih setau gue, tapi kalo Ayah biasanya kasih bunga mawar putih. Tapi kalo gue biasanya sering kasih bunga matahari" jawab Gian

"Kenapa lo milih bunga matahari? Gak disamain aja sama Ayah lo?" tanya Rara lagi

"Kalo kata Ayah mawar putih itu melambangkan ketulusan kayak cinta nya Ayah ke Bunda. Tapi, kalo bunga matahari itu melambangkan keceriaan. Bunda pernah bilang ke gue dulu, kalo gue harus jadi anak yang selalu ceria apapun keadaannya. Dan gue sadar, Bunda bilang kayak gitu karna gue harus tetap ceria walau gak selamanya Bunda ada di sisi gue" ucap Gian

"Lo pasti sayang banget ya Gi sama Bunda lo" kata Rara

"Tapi gue pernah nyesel Ra, dulu waktu Bunda masih ada. Gue malah asyik main sendiri. Kadang gue gak mau ditemenin sama Bunda. Dari situ gue sadar kalo waktu berharga gue sama Bunda selama ini udah gue sia siain" ujar Gian

"Gi, gue yakin deh sekarang Bunda lo pasti bangga sama lo. Lo udah laluin semua ini dan lo udah jadi orang baik Gi" kata Rara menenangkan Gian

"Makasih ya Ra" jawab Gian

Sehabis membeli bunga dan melanjutkan perjalanan, mereka sekarang sudah ada di depan pusara makam Bunda Gian. Gian dan Rara diam sejenak untuk memanjatkan doa untuk Bunda Gian. Setelah berdoa, biasanya Gian akan berdialog tanpa jawaban ke sang Bunda.

"Bun, hari ini Gian kesini gak sama Ayah"
"Kenalin Bun, namanya Cantika tapi sering dipanggil Rara" ucap Gian menatap nisan seakan sedang mengajak berbicara pada sang Bunda

Rara melihat Gian merasa terenyuh.
"Ekhm.. halo tante, saya Rara temannya Gian. Maaf ya tante, harusnya udah dari kemaren Gian ngajakin ke sini tapi saya yang gak bisa hehe" imbuh Rara mengikuti pembicaraan Gian pada Bundanya

"Oh iya Bun, maafin Gian ya, akhir akhir ini Gian jarang ke sini pasti Bunda udah kangen ya sama Gian"
"Waktu itu Ayah ke sini sendirian, soalnya Gian lagi manggung Bun hehe maafin Gian ya Bun" kata Gian

Rara tiba tiba meniru apa yang dilakukan Gian yang seperti mengajak bicara Bunda Gian.

"Tante, makasih sudah menjadi ibu dari anak yang hebat dan baik. Walaupun saya belum pernah bertemu dan kenal sama Tante, tapi dari cerita Gian sepertinya Tante sosok yang tulus dan penuh kasih sayang. Saya yakin Gian pasti bangga punya Bunda seperti Tante. Gian juga pasti sayang banget sama Tante. Jadi, tante tenang aja ya, Gian yang sekarang sudah lebih kuat daripada yang dulu lagi heheh" ucap Rara

Gian diam diam tersenyum melihat Rara mengucapkan kata kata itu pada Bunda nya yang sudah tiada. Rara seakan mengajak ngobrol dengan nisan Bundanya seperti layaknya mengobrol langsung dengan Bundanya.

"Bunda, seperti nama nya yang Cantik. Rara ini juga cantik lo Bun. Pasti kali ini Bunda setuju deh sama pendapat Gian" ucap Gian tiba tiba

"Apaan sih lo Gi" jawab Rara tersipu malu

Selepas dari makam Bunda, Gian mengajak Rara untuk mampir sebentar ke rumah nya. Kebetulan hari ini Ayah Jordy pulang lebih awal dari kantor. Rara menerima ajakan Gian, Rara juga ingin berkenalan dengan Ayah Jordy. Kini mereka masih dalam perjalanan menuju ke rumah Gian

"Gi, mampir ke toko kue bentar ya" pinta Rara

"Ngapain?" tanya Gian

"Ya beli kue dong, Gi .Gak enak kalo bertamu tapi gak bawa apa apa" ucap Rara

OUR LAST SCENE [HAERYU FANFIC] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang