Part 14

4.5K 680 40
                                    

Selama beberapa hari ini pikiran pria itu berkecamuk akan banyak hal namun satu yang paling dominan, yaitu wanita yang begitu dirinya yakini tengah mengandung bayinya. Tidak, bukan dirinya mulai bersimpati. Namun Zinia tak sama sekali mendengarkan sarannya untuk pindah dari kontrakan wanita itu ke tempat tinggal yang telah ia pilihkan.

Tyaga khawatir keinginan Zinia untuk melenyapkan janin di perut wanita itu kian bergejolak jika tak berada di bawah pengawasannya. Katakan jika dirinya egois, namun Tyaga tak tega jika ia harus merelakan darah dagingnya mati begitu saja, meski bagaimana janin itu tercipta bermula dari sebuah kesalahan.

Tapi bayi itu tak salah, kan?

Lalu belum selesai ia mengkhawatirkan kondisi tempat tinggal Zinia yang tak layak juga sulit untuk dirinya jangkau, wanita yang tak Tyaga duga ternyata begitu keras kepala, kembali bekerja di saat kondisi belum pulih seutuhnya.

Zinia terlihat pucat. Sudah beberapa teman wanita itu yang memintanya untuk pulang, namun Zinia tetap pada pendiriannya untuk kembali bekerja dengan dalih tak enak jika terlalu lama libur.

Sampai kemudian, puncaknya adalah Zinia yang hampir jatuh saat memasuki ruang meeting.

Kian membuat Tyaga was-was, takut terjadi sesuatu oleh janin wanita itu. Tyaga melalui Astrid lantas memerintahkan Zinia untuk pulang jika tak ingin dipecat.

Alasan pria itu cukup masuk akal.

Jika terjadi hal fatal karena Zinia memaksa untuk bekerja di saat tubuh tak sehat, maka nama perusahaan akan menjadi korbannya.

Seberat itu konsekuensi untuk menakut-nakuti Zinia yang langsung berpamitan pulang. Sementara Tyaga yang mulai tak fokus, mempercepat pekerjaannya sebelum kemudian meminta Astrid mengatur ulang jadwal kerjanya, karena Tyaga akan pergi meninggalkan pekerjaannya dan tak tahu kapan kembali ke kantor.

Setelah perasaan gelisah dan tak nyamannya berimbas buruk pada Astrid yang harus mengatur ulang jadwal kerja pria itu, di sinilah kini Tyaga berada. Di tempat wanita yang menjadi sumber rasa tak tenangnya.

Tak tenang lantaran takut jika ada yang mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dan Zinia, tak tenang karena takut jika Raddine mengetahui Zinia mengandung darah dagingnya, tak tenang jika saat dirinya lengah, Zinia menggugurkan kandungan wanita itu.

Hidup Tyaga yang sempurna, dalam sekejap hancur hanya karena keculasan Laura dan bodohnya lagi Tyaga sempat terkecoh akan kehadiran wanita itu.

Laura tak akan pernah berubah. Menggunakan berbagai cara untuk mendapatkannya, namun sial! Ulah si rubah licik itu berimbas pada Zinia.

Sekarang Laura lenyap entah ke mana. Tyaga terus mencari, ingin ia hancurkan Laura seperti dirinya kini yang menjadi begitu kacau. Tapi seperti tertelan bumi, sosok Laura tak terlihat lagi.

"Bapak?"

Pintu kayu yang berdecit kala dibuka menampilkan sosok pucat Zinia yang harus mendongak untuk melihat kehadiran Tyaga. Pria itu sudah mengetuk sejak lima menit yang lalu dan Zinia baru membukakan pintu untuk dirinya.

"Bapak ngapain?" Tampak terkejut dan tak senang melihat kehadiran Tyaga yang melalui Astrid mengusir dirinya dari kantor, Zinia menahan pintu agar tak terbuka lebar, berjaga-jaga jika Tyaga ingin menerobos masuk.

Melihat sosok mungil Zinia di hadapannya, Tyaga yang berdiri tegap dalam balutan setekan formal itu berucap penuh nada peritah. "Ikut saya sekarang."

Sepasang alis wanita dengan rambut sebatas bahu itu bertaut. "Untuk apa ya, pak? Saya mau istirahat." Begitu membatasi diri dari Tyaga, Zinia lalu mendorong pintu agar kembali tertutup, namun dalam satu hentakan, Tyaga berhasil menghalangi niat sekretarisnya itu. Malah hentakan kuat dari tangannya membuat satu engsel pintu terlepas dan langsung melengos tanpa rasa bersalah, Tyaga berdeham. "Ayo cepat."

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang