Part 19

4.6K 675 174
                                    

Malam itu Tyaga meminta sang istri untuk menyiapkan pakaian yang akan digunakan selama berada di luar Negeri. Ada pekerjaan di Singapura katanya dan pria itu mengatakan akan pergi selama satu minggu sendirian.

Raddine baru tahu jika Zinia sekretaris pria itu dipecat dikarenakan lalai dalam pekerjaan. Raddine tahu jika suaminya memang tak suka dengan pekerja teledor, jadi hanya tinggal Astrid yang membantu pekerjaan suaminya namun tak bisa diajak karena ada yang harus menjaga ruangan Tyaga selama bepergian, sementara belum ada pengganti Zinia hingga kini.

"Perginya harus besok, ya?"

Raddine sedikit kecewa, mengingat lima hari lagi adalah hari jadi Tyaga. Ia sudah mempersiapkan kado istimewa untuk pria itu namun Tyaga malah pergi. Ingin ia ungkap sekarang kenyataan diri yang berbadan dua, tapi takut sang suami urung pergi karena lebih mementingkan dirinya.

Raddine juga tak mau Tyaga lalai dengan pekerjaan.

Jadi mungkin ia harus menunda sampai Tyaga pulang.

"Iya sayang." Mematikan laptop yang ada di pangkuan, Tyaga lalu meletakkan benda itu di atas nakas dan ia berjalan setelah turun ranjang ke arah sang istri yang hendak mengangkat koper ke posisi berdiri.

Pria itu datang untuk membantu dan ia bawa ke dekat pintu. "Ayo tidur." Membungkuk, ia gendong sang istri yang langsung merangkul lehernya dengan mesra.

"Aku kangen banget sama kamu," bisik Tyaga yang selama hampir satu minggu ini tak dapat menyentuh istrinya lebih dari sekadar cium dan peluk.

Alasannya selalu tak enak badan atau capek.

Padahal begitu besar keinginan Tyaga untuk bercinta dengan istrinya.

"Kamu mau itu?" Raddine bertanya ragu-ragu.

Terakhir bercinta dengan sang suami ia langsung mengalami flek. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyarankan agar dirinya tak berhubungan badan terlebih dahulu setidaknya sampai melewati tri semester pertama.

Ini berat, karena Raddine pun menginginkan suaminya. Tapi dia juga memikirkan kandungannya.

Menurunkan Raddine ke ranjang, Tyaga langsung merangkak naik ke atas tubuh sang istri namun wanita itu meletakkan tangan di atas perut untuk menahan tubuh pria itu. "Kenapa?" tanya Tyaga agak kesal.

Raddine terus menolak dirinya membuat ia seolah tak diinginkan.

Diam sejenak menatap sang istri tajam, pria itu lalu mendesah sebelum memutuskan untuk duduk di sisi ranjang.

Tiga hari yang lalu Rissa mengetahui kenyataan tentang hubungan Tyaga dan Zinia dari nomor tak dikenal. Hingga kini pria itu masih penasaran siapa yang mengetahui hubungan gelapnya dengan Zinia, lalu merasakan penolakan dari sang istri selama beberapa hari ini, ia jadi menduga apakah Raddine pun telah tau.

Saliva ia telan dengan susah payah.

"Sayaang."

Tyaga rasakan panggilan manis sang istri yang memeluk lehernya dari belakang. Wanita itu mengecup bahunya lalu bersandar di sana. "Perut aku lagi sakit. Servis pakai yang lain, ya?"

Langsung menatap istrinya, mencoba mencari apakah ada sesuatu yang sedang Raddine sembunyikan darinya, Tyaga lalu tersenyum. Terlihat lebih lega karena dugaan sang istri tahu tentang hubungannya dengan Zinia tampaknya tak terjadi.

Penolakan Raddine saat ini jelas karena memang wanita ini sedang tak mau karena alasan tertentu. Bukan karena membenci Tyaga yang belum ketahuan belangnya.

Ah ... Tapi sesungguhnya pria ini pun takut jika sampai Raddine tahu. Takut dan bingung harus bagaimana menjelaskan nantinya.

Mencium puncak bangir hidung sang istri, Tyaga lalu menjawab. "Pakai ini." Lalu ia usap bibir Raddine dengan ibu jarinya. "Dan...."

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang