Pria itu sedang menemani kekasih hati berbelanja. Katanya ingin mencari tas baru, padahal Tyaga tahu jika Raddine memiliki banyak tas yang bahkan beberapanya belum sempat digunakan. Tapi tahu jika kebahagiaan sang istri adalah mengkoleksi barang branded, salah satunya adalah tas. Tyaga tak pernah menghalangi. Lagi pula ia senang melihat senyum sang istri ketika berhasil mendapatkan barang yang diincar.
"Sudah?" Berdiri dari duduknya di sofa bulat berwarna putih, Tyaga melihat raut cerah Raddine yang menenteng satu tas sambil mengelilingi ruangan yang memiliki dominan warna outih bercampur emas.
"Cantik, ngga?"
Tyaga mengangguk melihat tas berwarna abu-abu yang berukuran tak lebih dari dua jengkal tangannya itu. Dia tak tahu perihal tas wanita. Menurutnya semua yang Raddine gunakan cantik sama seperti paras istrinya.
"Mau ambil ini?" tanya pria itu yang Raddine jawab dengan anggukan.
"Aku ada pesen satu tas lagi." Lalu ia menunjukkan gambar tas berwarna coklat di layar ponselnya. "Satu koma tiga."
Meneliti apa mewahnya tas yang sang istri tunjukkan--baru berupa potret. Kening Tyaga mengernyit tak paham. "Satu koma tiga? Juta?"
Raddine melotot mendengar terkaan harga sang suami"Ini Hermes, sayang." Lalu terkekeh pelan sebelum kemudian berbisik di telinga suaminya. "M."
Membuat bibir Tyaga terbuka dengan suara. "Aaaa." Tanda jika ia tahu seberapa mahal tas yang ingin sang istri beli. "Oke."
Semudah itu memberi izin, Raddine langsung melangkah ke kasir dengan ceria. Sementara Tyaga kembali duduk, menikmati hembusan udara dingin dari Air Conditioner yang terletak di tiap sisi dinding.
Berbeda dengan Raddine yang begitu menyukai tas, Tyaga sebenarnya lebih suka membeli properti. Entah itu nantinya disewakan atau dijual kembali, namun keuntungan yang ia dapat pasti akan berkalilipat. Perhitungannya memang berbeda dari Raddine, namun mendengar cerita wanita itu. Dari tas, sang istri juga telah mendapatkan banyak keuntungan. Terlebih jika barang yang Raddine miliki terbilang langka. Pengkoleksi yang lebih gila dari wanita itu sudi membeli bahkan tiga kali lipat dari harga asli andai memang begitu menginginkannya.
"Sayang sudah."
Hampir tertidur di tempatnya menunggu, karena ternyata Raddine kembali berkeliling mencari tas lainnya. Tyaga mendongak dan wajahnya tentu sang istri tertawakan.
"Selama itu aku, ya?" tanyanya yang Tyaga jawab dengan dengkusan namun kemudian ia apit lengan sang istri mesra.
"Aku lapar, sayang."
"Yok. Cari sushi."
Sepasang mata tajam Tyaga berbinar. "Beneran?" Pasalnya ia begitu suka makanan yang berasal dari negara Jepang itu.
Tapi ... Baru beberapa hari yang lalu ia menikmati makanan yang identik dengan rumput laut dan ikan itu ketika menyambut tamunya dari Jepang. Tapi dia sih tak terlalu menikmati karena kehadiran Zinia yang ... Mengapa jadi memikirkan wanita itu?
"Yang lain aja deh." Antusiasnya kantas merosot. "Gimana kalau kambing muda? Mau makan yang ngenyangin."
Tersenyum karena Tyaga membukakan pintu untuknya, Raddine menggenggam jemari sang suami sambil mengangguk. "Oke."
Bagaimana tak selalu kembali jatuh cinta, jika Tyaga memperlakukan ia bak seorang ratu.
Berjalan bergandengan tanpa henti bercerita, sahut menyahut membicarakan apapun yang dapat mereka bicarakan tanpa harus memantik topik yang mampu merusak suasana karena Raddine juga bukan wanita yang suka membahas hal tak penting, wanita itu menurut ke mana sang suami membawanya. Makan siang bermenukan makanan Arab di salah satu rumah makan, lantas pergi ke pusat perbelanjaan, hanya berkeliling dan menikmati beberapa jajanan ringan. Baru keduanya memutuskan pulang saat nyaris malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/302409691-288-k231875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
RomanceOrang ketiga masuk ke dalam kehidupan rumah tangganya yang harmonis. Merusak kebahagiaan yang ia punya, menggantikan dengan duka bertubi-tubi. Dengan hati yang tak baik-baik saja, Raddine memutuskan untuk bercerai. Namun menanti semua kembali sepert...