Rantai...
Rantai..
pikirkan seperti apa bentuk rantai.
Dokja membayangkan seperti apa bentuk rantai tersusun. Itu sangat mudah baginya, karena ia sangat mengenal sebuah cerita dimana sang protagonist yang selalu di rantai dan dibius oleh teman temannya sendiri karena terlalu sering mengorbankan diri. Bukankah itu lucu? Siapa juga yang ingin membuang nyawa berkali-kali.. aku memang tidak mengerti jalan pikir author-nim itu.
Dokja dengan cepat membalikkan badan dan sebuah cahaya emas mulai muncul dari telapak tangannya. Sebuah rantai panjang mulai keluar dan melilit tubuh Selena yang tengah terkejut dan agak panik. Rantai itu terus melilit, bergerak seperti ular yang sedang mengunci mangsanya agar tidak kabur
Selena langsung berlutut terpaksa karena rentai itu. Kemudian ia menatap ke arah Dokja dengan tenang
"Apa maksudnya ini! Beraninya pelayan rendahan seperti kau!" Masih mempertahankan gaya bicaranya layak seorang bangsawan
"Hmm... Kau masih berlagak seperti itu? Apa kau khawatir? Telat untuk memberi aba aba.." Dokja menatap kebawah, layaknya menatap dengan rendah. Kali ini aura Dokja lebih mendomain, Dokja benar benar terlihat seperti bangsawan terhormat.
Selena mendengar itu melebarkan matanya, badannya sedikit gemetar. Namun ia masih mengelak dan berpura pura dengan tenang. "Hah? Apa maksud-"
Dokja memotong perkataan Selena dengan jari telunjukkan. Dokja menatap tajam kearah Selena dan membuka mulutnya
"Sstt.. berhenti mengatakan omong kosong. Sekarang to the point saja, aku ingin kau membantuku membereskan assasin yang lain." Dokja berkata sambil jongkok di depan Selena, dia mulai menarik kembali jari telunjuk yang ditahan di bibir Selena
"Mengapa aku harus melakukan itu" Selena tidak lagi berpura pura. Ia langsung mengakui identitasnya secara tidak langsung.
"Aku tau,, kau diancam oleh organisasi bukan? Nyawa keluargamu berada ditangan mereka.." Kata kata Dokja membuat Selena menaikkan pandangannya dan bergetar hebat. Wajahnya perlahan menjadi agak pucat
"B-bagaimana kau??"
"Tenang.. aku pasti akan menjamin keselamatan keluarga dan nyawamu. Namun sebagai gantinya, bantu aku menyingkirkan assasin yang lain, karena aku tau, kalian pasti akan mengincar kepala Raja malam ini dan menumpahkan segala kesalahan itu ke Duke Muda"
Sekali lagi Selena tertegun dan melebarkan mata. Bagaimana pelayan didepannya ini mengetahui segalanya. Siapa pelayan ini?
Awalnya Selena tampak ragu ragu, kemudian menatap mata Dokja dengan penuh harap
"Bisakah kau?"
Dokja kemudian tersenyum sambil mengulurkan sebuah tangan. Sebuah angin berhembus hingga membuat rambut palsu itu terhembus hembus dengan sangat cantik dan elegan
"Tentu saja" Melihat senyum itu, Selena tertegun. Entah mengapa terdapat sedikit serabut merah kecil di pipi. Rantai yang melikat di tubuhnya menghilang dan dengan penuh harap, Selena menerima uluran tangan itu
"Baiklah, kau harus memegang kata katamu" Dokja terkekeh sebagai balasan
"Jadi? Apa yang harus ku lakukan?"
"Itu mudah, kau tetap melakukan aksimu seperti biasa. Hanya saja beri aba aba itu lebih cepat sebelum Raja keluar dari tirai"
Selena melongo. "Kau yakin? Hanya itu? Apa benar tidak apa?"
"Tentu saja. Karena aku sudah punya rencana tentang itu. Lagian kau masih tidak boleh ketahuan tentang pemberontakanmu. Jika tidak keluargamu akan terancam. Oh ya, bilang ke mereka untuk masuk melalui pintu belakang. Jangan menyerang dari jendela. Pas sekali di belakang kosong, jadi aku bisa dengan mudah melakukannya"
![](https://img.wattpad.com/cover/315667189-288-k789478.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cara Bertahan Hidup di Kediaman Duke
Fanfictionyang benar saja, setelah sekian lama bekerja dibawah tekanan kerasnya kehidupan masyarakat,, akhirnya aku mendapat waktu dimana aku terbebas dari dokumen dokumen sialan itu. namun kini!! mengapa aku malah memasuki novel yang kubaca tadi malam?!! dan...