Chapter 33

3.9K 639 106
                                    

Krak

"Hahh.... Ini benar benar yang terakhir" gumam Bihyung menatap lelah kepada Dokja yang sudah di rantai di kasurnya. Pergelangan tangan dan kaki, serta lehernya sudah dirantai agar tidak bisa kemana mana lagi

Jangan ditanya, Dokja sudah berkali kali mencoba untuk lari dari kastil. Meski berujung di tangkap dan diseret oleh Bihyung lagi. Dan untuk yang terakhir kali, Dokja mengambil cara yang cukup ekstrim yaitu menghancurkan dinding kastil dan langsung terbang keluar menggunakan sepasang sayap putih yang muncul di punggungnya.

Hampir berhasil keluar dari jurang batu, Bihyung dengan cepat melebarkan sayap hitam legamnya dan langsung tiba di belakang Dokja dan memukul leher belakangnya hingga pingsan. Dan saat Dokja sadar, dirinya sudah kembali di tempat yang sama dengan segala fasilitas yang lengkap. Rantai dan novel, tak lupa dengan segelas teh dan Bihyung dengan Dokumennya.

Bihyung memutuskan untuk bekerja di kamar Dokja agar bisa sekaligus mengawasi pria itu. Dirinya sudah lelah putar sana sini untuk menangkap pria kecil itu. Jika menyuruh iblis lain, yang ada mereka akan di bodohi dan di labui oleh kelicikan Dokja

Krakk

"Hey...... Aku tidak akan kabur jadi bisakah kau melepas yang dileher? Ini sangat tidak nyaman" protes Dokja mencoba menghancurkan rantai di leher dengan tenagannya. Rantai itu menghambat dan menutup mananya, jadi sekarang dia hanyalah pria biasa yang lemah.

Bihyung tidak mendengar ocehan Dokja dan terus fokus dengan kerjaannya. Dokja mendengus kecil dan memainkan kakinya bosan. Dokja kembali menoleh pada lukisan yang seperti dirinya

"Apa kau yakin? Aku rasa kau salah kira? Aku tidak mungkin sosok yang berwibawa seperti lukisan itu" gumam Dokja menatap lukisan itu. Bentuk yang begitu dewasa dan berwibawa, sangat tidak cocok dengannya

"Aku tidak mungkin salah mengenal tuanku sendiri" gumam Bihyung tanpa menoleh pada Dokja. Dokja diam menatap Bihyung

"Kalau begit-"

KRAKN!

"ughh!" Dokja langsung memegang kalung yang merantai lehernya. Dia lupa kalau lehernya masih dirantai tanpa sadar bergerak dan meninggalkan luka merah.

Bihyung langsung menoleh dan menatap leher Dokja yang memerah karena kalungan rantai. Dirinya kemudian menghela nafas dan bangkit mendekati Dokja

Dokja hanya menatap mengikuti langkah Bihyung. Bihyung meraih rantai pada leher Dokja dan melepasnya. Dokja langaung berseri senang, akhirnya bisa bergerak bebas.

"Aku tidak menyangka kau sebaik ini? Sepertinya tidak semua iblis itu jahat" seru Dokja tersenyum kecil pada Bihyung. Bihyung menatap muka Dokja sebelum dirinya terkekeh kecil

"Berkatmu. Kau yang membuatku seperti ini"

"Memangnya apa yang ku lakukan?" Pertanyaan Dokja berhasil membuat Bihyung terdiam

terlihat gambaran sosok dengan sayap hitam legam yang begitu indah dan menawan, tengah berjalan jalan di taman perkarangan.

"Tuan, mengapa anda membiarkannya hidup?! Dia sudah mencoba membunuh anda!!" Terlihat gambaran Bihyung remaja yang tengah berteriak kepada Sosok Dokja yang bersayap hitam. Namun sosok itu hanya tersenyum membalas protes dari Bihyung

"Bihyung, seseorang yang berbuat kesalahan bukan berarti tidak berhak untuk hidup. Lagi pula dia juga sudah mengakui dan menyesalinya, dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Karena itu kita harus memberinya kesempatan untuk membuktikan itu" ucap sosok itu tersenyum mengelus kepala puncuk Bihyung

Bihyung mendengus kesal dengan wajah tak terima

"Anda begitu baik, karena itu bajingan bajingan sialan itu selalu mencoba untuk menjatuhkan anda. Anda harus tegas!"

3 Cara Bertahan Hidup di Kediaman DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang