Chapter 17

6.7K 895 93
                                    

"kau-"

Habislah!!

"Mengapa kau berpikir untuk menulis itu?"

"Eugh??"

Dokja kaget mendengar pertanyaan Jonghyuk yang diluar ekspetasinya segera membuka mata dan menaikkan pandangannya. Saat ingin menaikkan kepala, kening Dokja mengenai mulut Jonghyuk hingga tanpa sengaja Jonghyuk mencium kecil, membuat pria itu tersentak dan sedikit mundur dengan wajah datarnya. Dokja tidak sadar dan hanya menganggap sekedar kecelakaan kecil menatap bingung

"Maksudnya?"

"Ehm.. mengapa kau berpikir untuk menulis itu" ucap Jonghyuk sambil mendehem kecil. Bisa terlihat ujung telinga yang memerah kecil. Sangat kecil hingga Dokja tidak menyadari itu

"..... Karena yang ada disana sangat membosankan. Bukankah akan lebih baik jika memakai cara yang lebih menarik dan  menyenangkan?" Tanya Dokja dengan gerakan alami sedikit memiringkan kepalanya

Jonghyuk tertegun di tempat.

"Satu kalimat darinya bisa menghacurkan sebuah negara "

Perkataan Sooyoung mungkin ada benarnya. Pria itu tanpa sadar sudah menciptakan sebuah proyek yang bisa mengubah peradaban di Kerajaan.

Jonghyuk tampak diam memikirkan sesuatu. Dokja hanya bingung, setidaknya dia bersyukur karena tidak dihukum atau segala macam.

"..... Kau, besok ikut aku" ucap Jonghyuk setelah selesai dengan pemikirannya

"Kemana?"

".... Istana"

Deg

Dokja seketika membeku gelap di tempat. Dokja menatap horor kearah Jonghyuk dengan mata gemetar. Mengapa dirinya diajak ke istana? Apa dia ada salah atau bagaimana?

Mati......?

Tidak!! Dia tidak ingin ke istana! Tidak untuk sekarang!

Dokja tenggelam dalam berbagai macam pikiran negatif akan kematian dan beberapa adegan yang tidak ada di dalam novel. Karena menurut novel, Protagonist hanya memiliki satu alasan untuk ke istana.

Eksekusi

Jonghyuk menatap dalam kearah Dokja yang melamun dengan mata kosong dan gelap. Dirinya terus menggerakkan bibir namun tidak bersuara. Apa dia sebegitu tidak ingin memasuki istana?

"Kim Dokja?" Panggil Jonghyuk sambil menggoyangkan bahu Dokja. Kaget, Dokja kembali sadar dari pikirannya dan menatap Jonghyuk dengan keringat dingin yang menetes di pipi

"O-owhh ada apa?" Dokja berusaha bersikap tenang meski jari tangannya bergetar hebat. Semenjak dia tidak menggunakan mana dengan baik, emosinya menjadi kacau. Dirinya tidak bisa mengontrol ketakutan ataupun kepanikan yang kadang ia rasakan secara tiba tiba. Dokja selalu mendapat panic attack di saat saat tertentu, namun ia berhasil menetralkannya dengan menggunakan mana. Namun kini dia tidak bisa, membuat dirinya mudah terbawa emosi

"Apa yang kau pikirkan? Kau terlihat kacau" ucap Jonghyuk menatap wajah dan bibir Dokja yang agak memucat dari biasanya.

"Tidak ada... Hanya,, untuk apa kau membawaku ke istana?" Tanya Dokja setenang mungkin dengan senyum canggung

"Lebih tepatnya ke gedung pertemuan." Dokja sedikiy bernafas lega. Syukurlah dirinya tidak di bawa karena melakukan apapun

"Namun mengapa kau membawaku kesana? Seharusnya aku dilarang memasuki gedung itu"

Jonghyuk tidak menjawab. Melainkan mengangkat kertas yang dicoret Dokja dan mengarahkannya ke Dokja

"Jelaskan yang kau coret ini semuanya"

3 Cara Bertahan Hidup di Kediaman DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang