Chapter 3

9.6K 1.1K 33
                                    

Paginya, tepat 2 menit sebelum pukul 6.15,  Dokja dengan cepat masuk lewat jendela, mengganti pakaian dan berbaring di kasurnya. Dan pas sekali, Madam langsung membuka pintu kamar, mendekat menuju kasur Dokja untuk membangunkan

Dokja dengan kehebatan aktingnya terbangun dengan mata lesu dan berair. Berpura pura terlihat ngantuk, aslinya masih segar bugar karena habis berlari tergesa gesa. Sedikit merasa ngos ngosan, namun dia berhasil mengontrol nafas dengan baik

"Dokja-yaa,, kamu sudah bangun.. tunggu! mengapa kamu berkeringat?" Mata madam memang sangat jeli hingga bisa melihat keringat yang bertetes tetesan di sekitar leher. Padahal itu cukup tertutup oleh kerah baju

"Ahh itu... Mmm--"

Apa boleh buat, terpaksa berbohong

"A-aku mendapat nightmare jadi... Sepertinya tidak bisa tidur tenang hehehe" cengir Dokja menggarut belakang kepala.

Madam tampak sendu menatap Dokja, dia mendekat dan menepuk pundak Dokja pelan. "Kalau ada masalah, katakan pada Madam yah.. jangan dipendam sendiri"

Aduh.. jadi tidak enak

Dokja sangat tidak menyukai Madam yang seperti ini. Rasa bersalah bermunculan di benak. Padahal dia tidak bermaksud apa apa, tapi karenanya orang lain menjadi cemas dan sedih.

"Tenang saja Madan. Dan lagi itu juga sudah berhenti" Dokja tersenyum, mencoba terlihat seperti  baik baik saja. "Huff,, baiklah. Segera mandi, kemudian turun untuk membantu menyiapkan sarapan pagi kita."

"Hehe baik Madam"

Fiuhh~~ selamat.

Namun saat Dokja ingin mengganti baju, tiba tiba ia merasa kehilangan sesuatu.. benda itu tidak ada dimanapun. Gawat!! Arlojinya tidak ada dimana pun, sepertinya terjatuh saat berlari tadi...

Ahh,,, padahal itu kesayanganku. Mungkin nanti aku akan mencarinya

.
.

Namun sampai saat ini, jam itu tidak pernah ketemu.

___________________________________________

2 minggu telah berlalu. Tepat pada malam bulan purnama, raja mengundang seluruh bangsawan dan beberapa rakyat untuk mengikuti perayaan hari peringatan kelahiran sang raja. Dan sesuai dicerita, Madam dipanggil ke istana untuk bekerja menjadi pelayan untuk perayaan itu

Seorang utusan memberi sebuah amplop berisikan izin untuk memasuki istana. Bisa dibilang sebagai tanda pengenal. Namun orang yang menerima surat itu bukan Madam, melainkan Dokja. Hal itu karena Madam tengah pergi ke pasar.

Dokja menerima amplop dan berkata akan menyampaikan hal itu ke Madam, dengan senyum lebar yang membuat siapa saja akan tersipu saat melihatnya, tanpa sadar akan kelicikan dan tipu daya yang menghasut siapa saja.

'Fufu~~ beruntung madam sedang pergi' benak Dokja senyum licik melirik ke amplop yang dipegang nya

"Madam pulang~" pas sekali madam pulang saat utusan itu telah meninggalkan rumah.

"Selamat datang, bagaimana di pasar?"

"Pasar sangat ramai. Semua orang tengah bersemangat karena perayaan hari ulang tahun Yang Mulia Raja. Kau tau, hari ini banyak sekali diskon di pasar. Madam sangat menyukai sistem koin ini. Sepertinya madam mulai mengidolakan tuan. OD karena sudah membuat pasar menjadi lebih menyenangkan" senandung Madam senang tanpa menyadari orang yang di sebutnya ada didepan mata. Dokja hanya senyum dan mengangguk kecil, sedikit merasa bangga

"Oh ya, tadi aku melihat ada utusan dari istana di sekitar rumah. Apa dia mampir kesini?"

Dokja tersenyum dan menjawab dengan ringan. "Tidak.. tidak ada yang datang selama madam masih di pasar"

3 Cara Bertahan Hidup di Kediaman DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang