Setelah mengalami mimpi buruk yang membuat Jinan trauma, Jinan kini lebih sering memperhatikan segala bentuk dari pergerakan Cindy. Laki laki itu tak pernah lepas sedikitpun memperhatikan Cindy saat beraktivitas. Bahkan Cindy tengah buah air besar Jinan akan selalu di sebelahnya. Benar benar tidak mau lepas.
Seperti hari ini, Jinan tidak mau absen untuk menemani Cindy cek up ke dokter kandungan. Ini akan menjadi cek up terakhir sebelum minggu depan Cindy mungkin saja akan melahirkan anaknya. Ya, sudah sembilan bulan usia kandungan Cindy.
Setelah kejadian mimpi buruk, Jinan bahkan tidak bisa tidur dengan tenang. Setiap malam jika Cindy bangun dia pun akan bangun. Setiap Cindy mengeluh sesuatu Jinan akan selalu sigap membantu. Dan jika Cindy kelelahan dia justru yang memarahi calon anaknya yang tega membuat Cindy kelelahan. Memang aneh.
"Gimana dok ? Semua baik baik saja, kan ?."
Tanya Jinan pada dokter yang menangani Cindy."Good. Bayi sehat, berat badan sesuai, semua bagus. Bahkan dia sudah di posisi jalan lahir. Kita hanya tinggal menghitung hari saja."
"Alhamdulillah."
"Setelah ini ibu dan bapak harus stand by ya ? Siapa tahu anaknya mau lahir malam atau dini hari."
Dokter tengah membereskan alat USG nya."Saya dan istri selalu siap dok."
"Bagus itu. Jika nanti kram perutnya udah semakin sering, lebih baik segera di bawa ke rumah sakit. Mungkin itu tanda bayi sudah mau keluar ya ?."
"Iya, dok."
Setelah selesai Jinan dan Cindy berpamitan pada dokter untuk pulang. Namun keduanya tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke rumah Chika untuk menjenguk Chika dan juga bayinya. Iya, Chika sudah melahirkan seorang putri cantik seminggu yang lalu. Eve bahkan menginap disana sebelum mamanya melahirkan.
"Mau bawa apa ya ? Pasti udah ada semua disana."
Ungkap Cindy dalam perjalanan ke rumah Chika."Emmm. Dia cewe kan ? Kasih aja perhiasan. Misal gelang atau cincin ?."
Saran Jinan."Masa bayi di kasih gituan."
"Katanya bingung mau kasih apa, aku kasih pilihan lain selain kasih baju atau uang."
"Iya juga ya ? Kalau gitu kita ke toko perhiasan punya Kity aja."
"Nice. Aku juga mikir gitu."
Jinan membawa mobilnya menuju toko perhiasan milik sahabat mereka dulu. Lucu ya ? Dulu sahabat mereka yang bernama Christy selalu bercita cita menjadi penjual berlian, emas atau intan permata, dan sekarang bisa terwujud. Jinan juga sama, dia ingin menjadi pengusaha sukses, yang kaya raya. Cindy pun ingin menjadi pemilik cafe dan menjual hasil imajinasinya lewat sepotong kue. Kini ketiganya telah sampai di tempat yang mereka semogakan. Luar biasa kagum dengan usaha keras mereka demi mewujudkan cita cita.
Tiba disana Jinan dan Cindy di sambut hangat oleh sahabat nya.
"Wedidih. Si pengusaha cafe dan boss hotel dateng nieh. Mau borong ya ?."
Gurau Christy."Dih, orang cuma mampir."
Elak Jinan."Ahh, ngga mungkin. Kalau udah Jinan yang dateng itu kalau ngga borong yang mau pesen. Udah tau gue."
Bersahabat selama puluhan tahun membuat mereka mengenal satu sama lain. Meski dulu Cindy dan Jinan juga dekat dengan Chika, tetapi jika kerja kelompok atau pergi hangout pasti selalu bersama si Christy ini. Makanya dekat."Mau pesen apa ? Kalung lagi ? Atau cincin ?. Sepaket atau satuan ? Ayo cepet ngomong. Gue ngga sabar pegang uangnya Jinan."
Ucap Christy tidak sabar. Dia bukan tengah kesepian pelanggan, dia hanya meledek sang sahabat yang kayanya melebihi dia yang bahkan seorang pengusaha berlian terbesar di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Mama Cindy
FantasyLanjutan cerita Babysitter kesayanganku dan Will you be my mother ?. Seri ketiga di buku cerita CiNan family 😊😊