13

966 150 24
                                    

Sore itu Jinan akan mengajak Cindy untuk melihat lebih dekat sungai Han. Beberapa hari yang lalu dia sibuk bekerja sehingga tidak sempat mengajak Cindy pergi kesana meski Cindy ingin sekali piknik di dekat sungai Han.

Tak terasa mereka sudah menetap di apartemen itu selama satu bulan. Satu bulan yang terasa lama bagi Cindy yang hanya bisa menikmati suasana Seoul dari kejauhan. Dia sama sekali belum di perbolehkan untuk pergi ke luar seorang diri. Dan dia masih bergantung pada kursi roda sehingga menyusahkannya untuk pergi.

Namun sore ini Jinan memiliki waktu luang sehingga bisa mengajak Cindy pergi jalan jalan dan itupun masih di area terdekat apartemen mereka. Karena sungai Han cukup dekat, maka mereka akan pergi kesana.

Cindy yang bahagia bisa pergi ke luar kini sudah bersiap di ruang tv. Dia tengah menunggu Jinan yang tiba tiba ingin kencing sebelum pergi. Cindy mengusap perut nya yang sedikit buncit itu untuk memberi kabar pada calon buah hatinya bahwa dia akan pergi bersama papa dari anaknya.

"Dek, kita mau jalan jalan. Kamu suka ngga ? Happy ngga ?."
Tanya Cindy.

Tak lama setelah pindah ke apartemen, dia di kejutkan dengan tendangan kecil dari calon buah hatinya. Usia kandungannya yang hampir masuk empat bulan pastinya sudah ada gerakan di dalam sana. Calon buah hatinya sudah bisa di ajak berbicara, dan Cindy sangat bahagia akan hal itu.

"Sehat sehat ya ? Mama tunggu kamu."

Cindy ingin sekali mencium perutnya namun jelas itu mustahil untuk dia lakukan. Makanya dia hanya bisa mengusap usap perutnya.

"Lagi apa calon anakku ?."
Jinan duduk di sebelah Cindy dan lekas menempelkan telinganya pada perut Cindy.

"Wah, lagi main bola ya ? Berisik banget."
Kata Jinan lagi.

Keduanya kompak terkekeh.

"Dia cowo atau cewe ya, Cind ? Aku penasaran deh."
Ujar Jinan yang mengusap perut Cindy.

"Minggu depan dia udah empat bulan. Kita cek aja biar tahu dia cewe atau cowo."

"Iya juga. Ngga kerasa udah empat bulan aja."

"Kamu sibuk kerja sih. Akunya yang merasa lama banget. Apalagi udah hampir tiga bulan disini."
Ungkap Cindy yang sudah merindukan Indonesia.

"Kalau hasil cek up besok bagus, kita minta dokter buat kasih izin terbang aja. Gimana ?."

"Boleh. Tapi aku masih takut, Nan."

Cindy takut akan membahayakan calon anak nya jika dia memaksa untuk terbang ke Indonesia. Lagipula dia sempat flek saat usia kandungannya masih satu bulan, sehingga rasa takut itu pasti ada. Ini calon anak pertamanya, dia ingin bisa melahirkan anaknya tanpa ada halangan suatu apapun. Sehingga dia ingin menjaga kandungannya agar selalu sehat.

"Ya udah. Jangan di paksain. Kita bisa nunggu sampai dia lahir dan besar disini juga ngga papa. Aku sanggup biayain kalian disini selama apapun. Kamu ngga perlu khawatir soal apapun itu. Yang perlu kamu pikiran adalah kebahagiaan kamu dan kesehatan anak kita. Ya ?."

"Iya. Makasih ya ? Kamu sudah sebegitu perhatian sama aku dan calon anak kita."

"Itu yang harusnya aku lakuin. Dah, yuk kita pergi."

"Ayo."

Cindy duduk di kuris rodanya dan Jinan mendorongnya keluar apartemen.

Sembari turun mereka menyempatkan memberi kabar pada keluarga mereka di Indonesia.

"Eve katanya ngambek ngga kamu angkat vidcall nya."
Kata Cindy membaca chat dari Chika.

"Sengaja. Abis dia bawel banget. Minta liburan kesini lagi. Padahal dia aja baru masuk sekolah. Masa iya ambil cuti sekolah lagi."
Ucap Jinan.

Love You, Mama CindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang