Naka keluar dari kamar sembari mengusak rambutnya yang masih basah. Sepulang dari kantor tadi, ia langsung membersihkan tubuhnya yang lengket atas perintah Starla. Karena jika tak langsung mandi, ia tak akan diperbolehkan mendekati Aga.
Lelaki dengan balutan kaos oblongnya itu mengerutkan dahinya saat pintu kamar Starla terbuka lebar namun tak ada siapapun didalamnya. Ia kemudian melangkah menuruni anak tangga dan mendapati Starla yang baru saja menutup pintu utama.
"Loh Zee pulang?" Naka bertanya saat keduanya telah berhadapan.
Starla mengangguk.
"Tadi katanya mau nginep aja.." cibir Naka.
"Di iming-imingi barbie sama Abang. Mana mungkin anaknya nolak." Perempuan itu lalu duduk disofa dan menaruh plastik bawaan nya diatas meja.
Naka ikutan duduk. Matanya melirik kearah plastik tersebut. "Apa tuh?"
"Martabak." sahut Starla seraya mendudukkan Aga disebelahnya. Namun bocah itu menolak, malah merangkak melangkahi Starla sampai ke pangkuan Papi nya.
Starla membiarkan, ia membuka kotak martabaknya dengan semangat. Karena selama ia pulang dari Aussie, ia belum sempat merasakan kembali cita rasa martabak itu.
"Mau?" Starla menawarkan ketika Ayah dan anak itu kompak menatapnya yang tengah melahap martabak.
Naka mengangguk. "Kayaknya enak.."
"Emang enak!" Starla berseru sambil mengambilkan satu potong lagi untuk Naka. "Bapak pasti belum pernah beli ditempat ini.."
"A.."
Kontan lelaki itu membuka mulutnya dan mengunyah martabak itu perlahan. Memang sih, rasanya enak.
"Enak kan?"
Naka mengangguk. "Lagi,"
"Au.." Aga menepuk pipi Naka saat keberadaannya tak dihiraukan sampai-sampai ia ngiler karena tergugah dengan lezatnya martabak yang dimakan Papi nya.
Naka menunduk dan tertawa kecil. Ikutan ngiler rupanya si jagoan. "Coba buka mulutnya, A.." Ia mengambil potongan kecil dari martabak itu, lalu menyuapkan nya pada Aga.
"Langsung nyengir. Enak sayang?" tanya Naka saat jagoannya itu tersenyum menampakkan gigi susu nya.
"Kayaknya gigi jagoan Papi ni nambah lagi ya?" Lelaki itu tak henti-hentinya mengukir senyum melihat tumbuh kembang anaknya.
"Iya dong Papi.." sahut Starla yang suaranya ia buat seperti anak kecil. Saat Naka menatap kearahnya, ia malah nyengir, salting.
Agarish yang mendengar suara Starla langsung memutar tubuhnya, bergerak merangkak mendekati pengasuhnya itu.
"Aduduh, makin berat aja anak bujang." Starla terkikik lalu mendudukkan Aga dipangkuan nya, berhadapan dengan Naka.
"Hihi pihh.."
"Tunjuk Papi nya dimana.." sahut Starla. Aga yang paham kemudian menunjuk Naka dengan telunjuk kecilnya.
"Coba kalo Agarish yang mana?"
"I yis.." Lalu Aga memegang dadanya sendiri. Gue Agarish, mau apa lo?
"Pintarnya anak Papi," Naka mendekat lalu memeluk perut Aga yang mana itu membuat si empu menggeliat geli. "Besok Papi beliin hadiah sekalian jalan-jalan mau nggak?"
"Mau dong!" Starla menyahuti dengan semangat. "Ayo bilang mau Ga!"
Tawa Naka tak dapat dicegah saat itu juga. Nyatanya rasa lelah yang dirasa setelah pulang bekerja kini meluap seiring dengan senyum dan celotehan Aga yang ingin terus ia lihat dan dengar sepanjang harinya.
***
"Pak Naka! Makan dulu!"
Hening, tak ada jawaban apapun. Starla membuka celemek yang ia pakai seraya melongok kearah ruang tengah dimana Naka berada.
Kalau ada yang bertanya dimana Aga, jagoan Naka itu sudah terlelap sejak setengah jam lalu. Dan kini sudah nyaman berada dikamar nya.
"Pak Naka!"
Starla berkacak pinggang saat Naka dengan asiknya bermain play station tanpa menghiraukan panggilan nya. "Pak Naka, saya manggil loh dari tadi." decak perempuan itu.
Ia menarik kaos yang dipakai Naka dengan wajah yang sudah tertekuk kesal. Naka akhirnya menoleh, dan tertawa melihat ekspresi Starla yang masam.
"Coba benerin dulu panggilan nya. Udah dibilang aku bukan Bapak kamu, masih aja." gemas Naka seraya menarik tangan Starla agar duduk di sofa, sedangkan ia lesehan dibawah.
"Yaudah, aku panggil Naka aja."
Kedua alis Naka mengerut tanda tak suka dengan panggilan itu. "Aku lebih tua dari kamu loh?" protes nya.
Starla mengulum bibirnya, menahan tawa. Ekspresi Naka saat ini benar-benar menggelitik perutnya. Dengan alis yang saling bertaut dan bibir cemberut, membuat lelaki itu tak terlihat seperti bapak satu anak.
"Terus mau dipanggil apa Bapak Naka yang terhormat?"
Makin manyunlah bibir Naka saat Starla melontarkan pertanyaan tersebut. "Aku mau dipanggil Mas kalau lagi berdua." ucap Naka.
"Oh jadi ini lagi mode Rafka?" Starla terkekeh geli. "Ya ya oke, kali ini aku nurut sama majikan. Sekarang, Mas Rafka makan dulu ya, sebelum aku marah dan gak mau masakin kamu lagi.."
Walaupun Naka bukan anak SMA lagi, tak dapat dipungkiri rasa itu masih sama. Selalu berdebar jika bersama Ala-nya.
"Gitu dong." Akhirnya si empu nyengir malu-malu seraya mendongak menatap perempuan yang duduk diatas sofa. "Ayo temenin aku makan.."
Starla memutar bola matanya malas. Namun tak urung ia bangkit dan diikuti Naka dibelakangnya.
"Nanti setelah makan, kita ngobrol lagi ya?"
T B C
eyyoww, apa kabar semua???
masih ada yg nunggu cerita ini kah?maap ya, aku menghilang setelah sekian purnama eak🤭 doain semoga setelah ini aku bisa rajin update aamiin🙏🏻🙏🏻
segitu dulu ya, c u next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello! Mas (Duda)
RandomMenjadi orang tua tunggal bukanlah hal mudah untuk seorang Naka Alghafar Viandra. Apalagi ditengah kesibukannya sebagai pemimpin perusahaan, Naka lumayan sulit membagi waktu untuk pekerjaan dan putranya. Maka dari itu ia memutuskan untuk mencari bab...