11 - INSIDEN PAGI HARI

8.5K 539 5
                                    

Kedua sudut bibir Starla melengkung indah saat menu sarapan pagi ini telah siap. Ia membasuh tangannya di air yang mengalir lalu melepas apron yang melekat ditubuhnya.

Kaki Starla melangkah menaiki tiap undakan tangga. Tujuannya adalah kamar sang majikan. Sedikit heran karena sudah hampir pukul setengah delapan namun Naka tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Pak Naka.." seru Starla sambil mengetuk pintu kamar Naka yang masih tertutup rapat.

"Haloo? Bapak nggak kerja kah?"

Tak ingin membuat suara gaduh dan membuat Aga terbangun. Ia berpikir singkat, lalu membuka pintu kamar Naka yang sialnya tidak terkunci.

Bersamaan dengan itu, Naka baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada, sedangkan bawahan nya hanya tertutup oleh selembar handuk putih.

Mata Naka melotot kecil saat mendapati Starla berdiri kaku didekat pintu. Ia berdehem sejenak, "Kedipkan matamu Starla."

Kedua pipi Starla merona tanpa bisa dicegah. Ia berbalik badan saat matanya semakin nakal menelusuri pahatan tubuh Naka yang nyaris sempurna. Oh god malu nyaaaa, tenggelamkan Starla sekarang juga!

Tangan Starla meraih handle pintu, ingin segera keluar namun malah tertahan karena cekalan yang berasal dari belakang tubuhnya.

"Mau kemana hm?"

Tubuh Starla otomatis menegang sekaligus merinding saat mendengar bisikan seksi itu. Ia meneguk ludahnya susah payah. "M-mau keluar.."

Tak mendapat sahutan, tapi Naka malah memutar tubuh Starla agar berhadapan dengan nya. "Kalau bicara itu tatap orangnya."

Starla mengangkat kepalanya sedikit. Percayalah, mungkin sekarang wajahnya sudah sangat memerah. Naka yang bertelanjang dada, namun Starla yang dirundung rasa malu.

"Pak.." Bibir Starla melengkung kebawah, ia ingin segera keluar dari kamar mas duda ini. Namun kedua tangan Naka malah melingkar di pinggang nya, hal itu membuat Starla kesusahan untuk melarikan diri.

Naka menaikkan alisnya. "Kenapa?" tanya nya sambil mengulum senyum. Sebuah hiburan di pagi hari, melihat wajah Starla yang menggemaskan seperti sekarang ini.

"Lepasin.." Starla merengek sambil memperlihatkan wajahnya yang melas.

Naka tak mengindahkan. Ia menarik sebelah pipi Starla gemas."Nakal! Main masuk kamar orang tanpa izin, untung saya udah pakai handuk, coba kalau enggak." omel lelaki itu.

Starla mencebikan bibirnya. "Maaf, gak sengaja." cicit nya. "S-saya udah ketuk tadi, tapi gak ada balasan. Kirain Bapak belum bangun," imbuh Starla lagi.

"Saya udah bangun,"

Starla kesulitan menelan saliva nya sendiri saat suara Naka terdengar begitu rendah dan serak.

"Y-yaudah lepas." pinta Starla sekali lagi. "Maaf udah lancang,"

Kedua mata Starla otomatis melotot saat ia tak sengaja menunduk dan melihat bagian perut Naka yang terbentuk sempurna. Matanya langsung terpejam erat karena takut khilaf.

Meanwhille Naka yang melihat itu terkekeh geli. "Mau pegang?" tanya Naka bermaksud candaan.

Perempuan itu mengangkat kepalanya dengan cepat. "Boleh?"

***

"Kalau begitu, saya permisi Pak."

Febby menunduk hormat lalu melangkah keluar dari ruang sang atasan, tak lupa ia kembali menutup pintu ruangan dengan rapat.

"Muka lo gitu amat," Januar meraup wajah Febby kasar yang langsung ditepis oleh si empunya wajah.

"Kenapa sih?"

Febby menarik tangan Januar menjauh dari ruangan bos mereka. "Kayaknya ada yang nggak beres,"

Kening Januar mengerut tak paham. "Apanya yang nggak beres?" tanya Januar.

"Pak Naka," bisik Febby pelan. "Gue telat ngasih laporan yang kemarin itu, tapi dia nggak marah. Malahan senyum-senyum kayak abis menang lotre,"

"Trus masalahnya di elo apa?" tanya Januar jengah. Yang habis menang lotre Pak Naka, kenapa malah Febby yang repot?

Febby berdecak geram. "Ya gue rada aneh aja." sahut perempuan berambut sebahu itu. "Biasanya kan dia apa-apa telat dikit marah, senggol dikit bacok. Lah barusan malah senyum-senyum. Ya gue juga tau Pak Naka tuh kalo senyum cakep pake banget, tapi kalo kondisinya kayak tadi terkaget lah gue anjir!" cerocos Febby dalam satu tarikan napas.

Januar berdehem saat semua pasang mata menatap kearah mereka, bukan, lebih tepatnya kearah Febby yang terus nyerocos tanpa tahu tempat.

"Berarti lebih dari menang lotre. Mungkin habis dapet jatah?" balas Januar sambil berbisik.

"Jatah apa?"

"Jatah makan dari emaknya,"

***

"Cengar-cengir terooss! Tiati gigi lo kering." Niel berseru keras-keras saat memasuki ruangan bosnya yang langsung disuguhi pemandangan yang sangat langka.

Naka tersenyum dengan lebar, namun matanya tak lepas menatap layar ponsel. Niel yang kepo, bergerak mendekat untuk mengintip.

"Oh lagi stalking Starla." Lelaki berkemeja maroon itu manggut-manggut paham. "Lo baru nemu akun nya kah?"

"Iya, kenapa?" tanya balik Naka.

Niel mengulas senyum mengejek. "Yah telat. Lihat dong, akun gue udah follow dia duluan." bangga nya.

Naka menatapnya tak percaya, namun detik setelahnya ia mencari username Niel di akun yang mengikuti Starla.

Dan ya, memang benar adanya.

"Udah di follback malahan." kompornya lagi.

Naka meliriknya sebal, ia yang tak mau kalah justru langsung menekan follow di semua media sosial yang dimiliki Starla. Entah itu instagram, twitter, dan lainnya.

Niel tertawa puas melihat wajah Naka yang tertekuk. Dia rebahan disofa ruangan itu seraya bersidekap dada.

"Tumben gak bawa bekal lagi," ucap Niel.

"Buru-buru." jawab singkat Naka.

Niel mengangguk. "Jadi pengen ngerasain masakan Starla juga." Lelaki itu mengelus dagunya. "Balik kantor gue mampir ke rumah lo deh."

"Ngapain?!" Naka melirik tajam.

"Numpang makan," cengirnya. "Sekalian mau liat Starla," sambung Niel dengan senyum jahil.

Dengan tegas Naka menggeleng. "Rumah gue gak nerima tamu. Apalagi yang modelan nya kek lo!"

"Emang gue kenapa?" Niel bertanya pura-pura bodoh. "Terlalu ganteng kah? Sampe-sampe lo takut Starla berpaling ke gue?"

"Gak! Lo jelek! Starla gak akan suka!"

"Masa? Nizar yang dekil aja dia terima jadi pacar, gimana gue yang jelek-jelek gini jadi asisten CEO." Niel tersenyum kemenangan saat melihat wajah Naka yang berubah kemerahan. Panas cuy.

"Apa langsung gue--,"

Brak!

Tubuh Niel kontan langsung berjangkit kaget saat Naka tiba-tiba menggebrak meja. Sialan, jantungnya hampir melompat!

"Apa sih! Gue lagi ngomong juga maen gebrak-gebrak aja." misuh Niel.

Naka menyorot Niel dengan tatapan tajamnya. "Keluar!" titahnya tegas.

Belum sempat Niel menjawab, ponsel Naka berdenting singkat. "Tuh diliat dulu. Kali aja di follback ayang."

"Kalo nggak, ya, berarti dia sukanya sama gue. Bukan lo."

"KELUAR DARI SINI LO SIALAN!"

Akhirnya Niel mengalah dan keluar dari ruangan itu dengan tawa yang tak dapat terelakkan. "BHUAHAHAHAHAH.."

Dasar sumbu pendek!

Dikomporin dikit langsung meledak..

TBC

Haduh-haduh, Mas Naka🤦🏻‍♀️

Hello! Mas (Duda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang