Pagi yang cerah namun tak secerah wajah Starla. Ia dibuat kelimpungan oleh Aga yang sejak tadi tak mau lepas dari Naka. Dengan kedua tangan mungilnya, Aga memeluk leher Naka erat seolah benar-benar menunjukkan pada Starla kalau ia tak mau jauh dari Papi nya.
Naka sih santai-santai aja. Toh kantor itu milik Papa nya sendiri, Naka bolos sehari juga gak bakal bikin bangkrut kan? Malahan dia seneng banget kalau Aga bener-bener gak mau jauh darinya. Jarang-jarang kumat manja nya.
Starla bergerak mendekat sambil merentangkan kedua tangannya. Ia berdiri dibelakang tubuh Naka yang langsung berhadapan dengan wajah Aga yang sengaja disembunyikan di leher bapaknya.
"Aga, sama Nte dulu yuk. Papi nya mau kerja lho itu.." ucap Starla sambil mencoba melepaskan rangkulan Aga dari leher Naka.
Aga mengangkat kepalanya, menunjukkan raut wajahnya yang merengut pada Starla. Sedetik kemudian, ia kembali menenggelamkan wajahnya di sela leher Naka.
"Ngambek dia," kekeh Naka. Lelaki itu lalu mendudukkan dirinya disofa. Mencoba melepaskan diri dari pelukan anaknya yang terlalu erat.
"Eh, kok dipukul Papi nya?" Naka terkaget saat tangan mungil Aga memukul wajahnya. Agaknya bayi itu marah karena pelukannya dilepas.
Aga menatap Naka dengan mata memerah. Ia mengartikan hal yang dilakukan Naka tadi sebagai penolakan. Lalu tak lama, rumah besar itu kembali bising akibat suara tangis Aga.
Melihat anaknya menangis bukannya panik, Naka malah tertawa gemas. Ia kemudian menggendong Aga, membiarkan kepala bayi itu bersandar di dada nya.
"Eh anak Papi kok malah nangis, cup cup cup.." Naka menimang Aga yang suara tangisnya semakin besar.
Sedari tadi, Starla terus memperhatikan interaksi ayah dan anak itu. Ia bisa merasakan jiwa kebapakan Naka muncul, dilihat dari caranya yang terus berusaha membuat tangis Aga mereda.
"Sstt.. Papi nakal? Iya? Maaf ya, udah buat Aga nangis."
Tak lama berselang, Starla mengintip Aga yang tampak nyaman bersandar di dada Naka. Aih, padahal baru sebentar bocah itu bersandar disana. Namun tangisnya langsung mereda, bahkan mata Aga sudah mulai terpejam.
Senyaman itukah?
"Saya bawa Aga keatas duluan, kamu tolong buatkan susu nya ya."
Starla mengangguk-anggukkan kepalanya. "Siap Pak." Dan dengan segera ia meluncur ke dapur membuatkan susu untuk majikan kecilnya.
***
Niel membuka pintu ruangan Naka sambil bersiul. Lelaki berjas hitam itu lalu duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya.
"Apa?" tanya Naka saat merasa diperhatikan oleh sekretaris sekaligus sahabatnya itu.
"Tumben baru dateng." kata Niel.
"Aga lagi rewel." sahut Naka tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
Niel membulatkan mulutnya. "Temenin gue yok, sarapan bubur kebawah." ajaknya.
Naka mengibaskan tangannya. "Gak dulu, gue dibawain bekal sama Starla." sombong lelaki itu.
Ah Niel baru menyadari jika ada sekotak tupperware diatas meja kebesaran Naka.
"Halah, palingan juga lo yang minta." sangkal Niel.
"Enak aja!" Naka melirik Niel tak terima. "Dia yang inisiatif sendiri itu."
Boong deng
Nak sendiri yang minta..
"Yayaya." Balasan Niel barusan terdengar menyebalkan sekali ditelinga Naka. "Coba gue liat isinya apaan."
Naka buru-buru mengambil alih kotak tupperware itu sebelum Niel sempat menggapainya. "Gak. Udah sana lo nyabu aja dibawah." titah nya.
Niel merengut. "Pelit! Gue cepuin ke Starla juga nih kalo lu demen dia dari jaman SMA tapi ketikung si Nasar."
Kedua mata Naka langsung menyorotnya datar. "Gak ada gaji bulan ini." ucap Naka sarat akan ancaman.
Yang diajak bicara kontan langsung melangkah mendekati atasannya. "Becanda, ah elah. Jangan bawa-bawa gaji gitu lah bro, ngeri gue."
"Gak peduli,"
Niel mengumpat dalam hati, anjing.
"Siapkan mobil. Saya akan berangkat sebentar lagi." Naka mode bos on.
"Mau kemana?"
"Restoran D'Souza." sahut Naka. "Saya berangkat bersama Januar."
"Lah harusnya kan sama gue?" protes Niel tak terima.
"Bosan. Biar saja Januar yang menggantikan."
Yah oke, untung lo atasan gue.
***
Kala itu, hujan terus mengguyur wilayah ibu kota. Dari dalam mobil yang dikendarai supir nya, manik hitam Naka menangkap seorang gadis yang tengah bernaung dibawah halte bus yang tak jauh dari sekolah. Gadis itu tampak kedinginan, sebagian bajunya pun telah basah karena terkena cipratan hujan.
Naka tak mengenal siapa gadis itu. Karena posisinya, dia berjongkok dan menelungkupkan kepalanya dalam lipatan tangan. Seperti sedang menangis?
Lama Naka mengamati, akhirnya ia meminta Pak supir untuk berhenti. Naka mengambil payung dan jaketnya, lalu keluar dan menghampiri gadis asing tersebut.
Semakin dekat, semakin dekat. Naka bisa melihat bahu itu bergetar. Benar saja ia sedang menangis.
"Hai," Naka menyapa seraya menepuk pundak gadis itu dua kali.
Tubuhnya tampak berjengkit, mungkin terkejut karena kehadiran Naka yang tiba-tiba. Kepalanya perlahan mendongak, dan sekarang Naka dapat melihat wajah nya yang sembab.
Melihatnya, Naka iba. Dia ikut berjongkok dan memberikan senyum. "Jangan takut, aku bukan orang jahat." ucap Naka saat melihat gadis itu bergeser beberapa senti darinya.
"Nih pakai, biar gak terlalu dingin." Naka memakaikan jaketnya ke tubuh kecil itu.
"Udah hampir gelap. Kok kamu masih disini?" tanya Naka.
"A-aku n-nunggu abang, t-tapi dia gak dateng-dateng.." balasnya sambil mewek.
Naka malah tersenyum. Dimata nya, gadis itu sangatlah imut dengan seragam SMP nya.
"Rumahmu dimana?"
"Hngg d-di perumahan Laguna 2." jawab gadis SMP itu disisa tangisnya.
"Mau bareng sama aku? Kebetulan rumahku juga daerah sana, Laguna 1." tawar Naka.
"Enggak." Gadis itu menggeleng. "K-kata abang gak boleh iyain ajakan orang yang gak dikenal." cicitnya.
Naka, lelaki kelas 11 SMA itu tertawa mendengarnya. "Kan udah dibilang, aku bukan orang jahat, La."
"Namamu Ala, kan?" tanya Naka sembari melirik badge name disisi kanan gadis itu.
"Bukan. Aku Starla."
Naka manggut-manggut. "Oke, tapi khusus aku manggilnya Ala." putus lelaki itu sepihak. "Ayo pulang. Dari pada disini sendirian, aku yakin abang mu pasti akan lama sampai sini nya."
"Emang iya?" Starla bertanya dengan polosnya.
"Iya. Soalnya tadi aku lihat diberita, akses jalan buat kesini tuh gak bisa dilewati karena ada pohon tumbang." ngarang Naka yang berusaha meyakinkan. "Jadi, lebih baik kamu ikut sama aku aja.."
Dan dari peristiwa itulah yang membuat keduanya semakin dekat hingga salah satunya memendam rasa sampai sekarang.
TBC
bonus part flashback jaman mas naka dan si bontot sekolah 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello! Mas (Duda)
De TodoMenjadi orang tua tunggal bukanlah hal mudah untuk seorang Naka Alghafar Viandra. Apalagi ditengah kesibukannya sebagai pemimpin perusahaan, Naka lumayan sulit membagi waktu untuk pekerjaan dan putranya. Maka dari itu ia memutuskan untuk mencari bab...