Anam memeluk tubuh Anye dengan erat saat gadis itu membukakan pintu untuknya.
"Anam, ada apa?" tanya Anye kebingungan.
"Kamu cinta gak sama aku, Nye?" tanya Anam membuat Anye tambah bingung.
"Kamu kenapa sih? Aneh banget tauk gak. Kalo aku gak cinta mana mungkin aku mau sama kamu, Anamm." greget Anye mengusap-usap rambut Anam untuk merapikannya.
"Kalau aku buat kesalahan kamu bakal maafin aku gak?"
"Pasti aku maafin! Tapi..."
"Tapi apa?"
"Tapi mana mungkin pacar bucin aku ini buat kesalahan sih." ucap Anye membuat Anam semakin merasa bersalah.
"Nye...aku gak tau harus ngomong ini mulai darimana."
"Kenapa sih, Nam? ngomong aja jangan buat aku mikir yang nggak-nggak."
"Anye, aku minta maaf...aku..aku.. sudah berkhianat. Tapi, ini semua bukan atas dasar kemauan aku! Aku mabuk dan tidak sengaja meniduri Ayyara! sungguh itu diluar kembali aku, sayang..." jelas Anam berlutut di hadapan Anye dengan wajah memelas.
"Apa kamu bilang? Ayyara?"
"Iya.."
Plak!
"Brengsek! kenapa kamu lakukan itu kepada Ayyara, Anam?! KENAPA?! Ayyara udah cukup menderita karena aku dan sekarang kamu hancurin masa depannya! bajingan!" Anye benar-benar kecewa kepada Anam, gadis itu masuk kedalam rumahnya dan membanting pintu dengan keras.
Anam terpaku ditempatnya, kenapa Anye membela Ayyara? bukankah Ayyara orang yang membully nya? dan tadi apa? Anye membuat hidup Ayyara menderita? bukannya sebaliknya ya?
Anam melangkah dengan lunglai meninggalkan kediaman rumah Anye. Ia benar-benar kacau.
•••
"Bund...bunda... bunda!" Ayyara sontak terbangun dari tidurnya. Nafas gadis itu tersengal-sengal dan keringat membanjiri pelipisnya.
Mimpi itu lagi?
Ayyara memutuskan untuk keluar dari kamar, mencari angin. Ia butuh udara segar saat otaknya sedang mumet seperti ini. Memikirkan pernikahannya dengan Anam benar-benar menguras energi.
Saat ia menuruni tangga, tanpa sengaja berpapasan dengan Anam yang baru kembali.
Ayyara hendak mengabaikannya saja, tapi Anam menahan pergelangan tangannya saat gadis itu hendak melewatinya.
"Batalin pernikahannya." pinta Anam membuat Ayyara mendengus sebal.
"Gue udah coba, tapi nyokap bokap lo maksa. Kalo lo mau batalin, bilang sendiri sana."
"Gak bisa. Papa pasti gak bakal mau denger gue, lo aja bilang kalau itu bukan pertama kalinya buat lo. Jadi, lo gak masalah saat gue nidurin lo." ucap Anam membuat Ayyara benar-benar muak dengan cowok itu.
Ayyara menghempaskan tangan Anam dari tangannya.
"Lo tau apa yang ada di otak gue saat ini? gue cuma mau mati, Nam. Gue ngerasa udah gak berharga cuma karena cowok anjing kayak lo!" sarkas Ayyara lalu pergi begitu saja keluar dari rumah. Ia benar-benar merasa sesak, butuh udara segar.
Anam mendengus, cowok itu mengikuti perginya Ayyara. Tidak tahu mengapa, tapi mendengar gadis itu bilang ingin mati, Anam jadi takut Ayyara melakukan hal yang tidak-tidak.
Tapi, ternyata Ayyara hanya duduk di ayunan depan rumahnya sambil menangis sesenggukan. Gadis itu menengadahkan kepalanya ke atas menatap bintang-bintang.
"Bunda, Ayyara capek.."
Anam masuk kembali ke dalam rumah dan menaiki tangga menuju kamarnya. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan sejuta pikiran di otaknya.
Kenapa semua sangat rumit?
Antara dirinya, Ayyara dan Anye.
Keesokan paginya, Anam sudah dipaksa bangun oleh sang Mama padahal ia baru tidur 3 jam.
"Kenapa Anam pake baju rapi banget kayak gini sih, Ma? kita ada acara kondangan?" tanya Anam saat Sekar memakaikan dasi di lehernya.
"Kita mau ke rumah Ayyara." ucap Sekar membuat Anam mengerutkan keningnya.
"Ngapain?"
"Ngelamar Ayyara lah. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Mama sangat amat marah sama kamu, Anam. Jadi, tolong kali ini jangan buat Mama pusing dengan kamu yang menolak atau kabur!" ancam Sekar.
Anam pasrah, benar-benar pasrah. Tidak ada terlintas di benaknya untuk kabur atau semacamnya lagi.
Mungkin ia akan membicarakan ini dengan Ayyara, tentang pernikahan mereka yang akan hanya berlangsung selama 1 tahun. Setelah lulus SMA, Anam akan pergi ke luar negeri untuk mengejar impiannya bersama Anye.
Ia akan membicarakan ini dengan baik-baik agar Ayyara mengerti dan mau untuk bekerja sama.
Tiba di rumah Ayyara, keluarga gadis tersebut menyambut kedatangan keluarga Anam dengan sedikit tidak ramah. Terlihat dari wajah Dimas, Ayah Ayyara yang memasang wajah sinis dan Arya yang malah sibuk sendiri dengan ponselnya.
"Kalau kalian mau membawanya, bawa saja. Saya sudah tidak menganggapnya bagian dari Arjunantara. Dan jika kamu sudah bosan dengannya, jangan pernah bawa gadis tidak tahu malu itu kembali kesini." ujar Dimas tegas dan cukup lugas hingga membuat hati kecil Ayyara teriris-iris.
"Kenapa om benci banget sama Ayyara?" tanya Anam refleks.
"Dia. Pembawa. Sial."
Ayyara sudah tidak tahan duduk disana, gadis itu berdiri dan pergi ke kamarnya.
"Maaf pak Dimas saya gak bermaksud ikut campur dalam urusan anda, tapi tidak baik mengatakan hal seperti itu didepan putri anda sendiri." ucap Sekar prihatin melihat tadi bagaimana wajah sedih Ayyara.
"Dia bukan lagi putri saya."
Sekar hanya bisa menghela nafas panjang, sepertinya percuma ia memberikan nasihat. Dimas memiliki watak yang keras.
"Ayo Anam, kamu jemput Ayyara sana!" titah Sekar.
Anam menghela nafas, cowok itu hendak berdiri, tapi tiba-tiba saja Arya lebih dulu berdiri dari duduknya.
"Biar gue aja." ucap Arya kepada Anam lalu pergi menaiki tangga menuju kamar Ayyara.
Arya yang hendak mengetuk kamar Ayyara langsung terhenti saat mendengar suara isak tangis pilu sang adik. Diam-diam Arya membuka pintu kamar Ayyara yang seperti nya lupa gadis itu kunci.
Disana Anam melihat bagaimana princess kecilnya menangis meluapkan rasa sesak di dadanya. Bahkan Ayyara memukul-mukul dadanya sendiri.
Ayyara menyadari keberadaan Arya, ia menatap sang kakak dengan tatapan yang sulit diartikan. Arya hanya bisa berdiri di ambang pintu dan melihat adiknya yang menyedihkan tanpa bisa merengkuhnya seperti dulu.
Rasa sakitnya kepada Ayyara lebih besar dibandingkan rasa sayangnya kepada gadis itu.
"Cepetan turun, keluarga Anam udah nunggu." ucap Arya datar lalu membalikkan badannya dan berlalu pergi meninggalkan Ayyara.
"Bang peluk Ayyara sekaliii aja, please..." Ingin, ingin sekali Ayyara berucap seperti itu kepada Arya. Tapi, ia masih cukup tahu diri untuk memintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayyara
Mystery / ThrillerAnam dan Ayyara menikah dengan terpaksa. Anam tidak menyukai Ayyara, ia sangat membenci gadis jahat itu. Bagi Anam, Ayyara hanya gadis pembully, pembuat onar dan angkuh. Begitu pula Ayyara, gadis itu sangat membenci Anam yang selalu menilainya sebel...