05. CRUSH

274 20 2
                                    

Ayyara dan Anam, dua orang yang saling bermusuhan itu kini sudah resmi menjadi pasangan suami-istri. Anam duduk di sofa dan Ayyara berdiri menatap ke luar jendela hotel. Malam pertama mereka yang di isi dengan keheningan.

"Yar." panggil Anam mencoba untuk membuka pembicaraan dengan Ayyara.

"Hm?"

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Soal pernikahan kita, gue mau buat kesepakatan. Kita menikah sampai kita lulus nanti, setelah lulus kita pisah. Gue udah ada rencana sama Anye buat ke luar negeri bareng dan ngejar impian kami disana. Jadi, —"

"Terserah, gue gak peduli. Lo mau cerein gue detik ini juga gue gak peduli. Gue menganggap kita bukan suami-istri atau atau apapun itu, kita cuma dua orang asing yang tinggal di satu atap." Ayyara berjalan memasuki kamar mandi dan menutup pintu tersebut dengan lumayan kencang.

Anam menghela nafas, cowok itu memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di sofa.

Sementara Ayyara menatap dirinya di cermin kamar mandi, air matanya mengalir begitu saja tanpa diminta. Ia benar-benar kasihan kepada Ayyara yang ada didepannya saat ini.

Masa depan? Ayyara bahkan tidak berharap hidup lebih lama lagi. Ia tidak pernah memikirkan impiannya lagi, tidak ada niat untuk mengejarnya lagi dan takut untuk bermimpi lagi.

Tapi, Anam? Anye? kenapa mereka orang-orang yang menghancurkan hidupnya begitu mudah untuk mengejar impian mereka?

Salahkah jika Ayyara bersikap egois? salahkah jika Ayyara ingin menghentikan langkah Anam dan Anye menuju impian mereka?

"Nggak, gue gak salah." monolog Ayyara lalu tersenyum licik, gadis itu membasuh wajahnya lalu mengganti pakaian.

Saat keluar dari kamar mandi, ia melihat Anam yang sudah tertidur pulas di sofa. Ayyara menatap datar kearah Anam lalu pergi ke tempat tidur dan menjatuhkan tubuhnya dengan nyaman di kasur yang empuk dan luas itu.

Anam membuka matanya, memiringkan tubuhnya menghadap ke arah tempat tidur Ayyara.

Gadis itu tertidur dengan cepat, baru beberapa menit Ayyara sudah mengorok.

Sebenernya Ayyara cantik, sangat cantik saat gadis itu diam. Kalau saja Ayyara bukan orang jahat mungkin Anam bisa mempertimbangkan untuk mempertahankan pernikahan ini.

Tapi, Ayyara. Gadis itu membuat Anye harus bolak-balik psikolog karena gangguan mental akibat tekanan dari Ayyara yang sering membully Anye.

Anam sendiri bingung kenapa Ayyara begitu membenci Anye. Saat Anam coba tanya Anye, pacarnya itu malah menangis dan menyalahkan diri sendiri bahkan memukuli dirinya sendiri hingga Anam memutuskan untuk tidak peduli dan tidak mempertanyakannya lagi.

Ingin dengar langsung dari Ayyara, tapi ia tidak mau percaya perkataan gadis itu. Bisa saja Ayyara berbohong dan menjelek-jelekkan Anye.

Gadis seperti Ayyara sangat licik dan terlalu sering playing victim.

Anam tidak akan pernah mau mempercayainya.

•••

Keesokan harinya, Anam membawa Ayyara untuk tinggal di rumahnya. Anam tidak mau pisah rumah dari orang tuanya karena ia tidak ingin hanya berduaan dengan Ayyara di satu rumah.


"Eh eh lo mau ngapain?" tanya Anam saat Ayyara hendak membuka lemari pakaiannya.

"Mau naro baju-baju gue lah."

"Nggak! disana udah penuh semua baju gue. Lo simpen aja nih koper plus baju lo itu di pojok sano noh!" ketus Anam menunjuk sudut ruangan dekat sofa.

"Makanya mending kita tinggal di rumah yang dikasih bokap lo aja! biar gue punya kamar sendiri, lemari sendiri, pokonya yang gak ada hubungannya sama lo!" balas Ayyara ngotot.

Ayyara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang