27. APA LEBIH BAIK MATI?

303 13 1
                                    

"Sebenar saya tidak terlalu suka es krim, tapi karena kamu sudah beli jadi mau gak mau." Ujar Alleia begitu lahap memakan es krim pemberian Anam.

Anam tertawa kecil, ia membersihkan mulut Alleia yang belepotan.

"Makannya pelan-pelan aja, Al."

Alleia terkesima dan langsung membersihkan mulutnya sendiri dengan tangannya.

"Jadi, kamu ngapain di depan restoran tempat saya kerja? kamu ngikutin saya?" tuduh Alleia.

"Enak aja! gue juga gak tau ngapain kesini. Mungkin kita jodoh kali ya, makanya Tuhan nuntun gue lari kesini, ketemu lo." jelas Anam membuat Alleia memutar kedua bola matanya jengah.

"Ya sudah saya pulang kalau begitu." Alleia bangkit berdiri hendak pergi karena ini sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia sudah janji pada kakak-kakaknya untuk pulang tepat waktu. Sebenarnya tidak ada yang tahu kalau Alleia part time, mereka tahunya Alleia izin mengikuti kelas tambahan di sekolah.

"Al tunggu!" Anam meraih pergelangan tangan Alleia.

"Lo gak penasaran kenapa gue nangis?" tanya Anam membuat Alleia terdiam ditempatnya.

"Saya gak ada hak penasaran sama kamu."

"Tapi, gue penasaran. Kenapa lo kerja?"

"Ya karena saya miskin. Saya butuh uang untuk biaya kuliah saya nanti." Ucap Alleia membuat Anam terdiam beberapa saat.

"Tapi, lo masih terlalu kecil buat kerja."

Alleia menghela nafas. "Saya bukan kamu, Anam yang ingin apapun bisa langsung didapatkan. Saya harus berusaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang saya inginkan. Saya gak suka mengandalkannya orang lain atau membebankan orang lain untuk keinginan saya." jelas Alleia berharap Anam paham kondisinya seperti apa.

Anam menatap Alleia dengan penuh kekaguman. Lelaki itu mengusap kepala Alleia dengan lembut.

"Istirahat ya, tidur yang nyenyak." ucap Anam lalu berbalik dan berjalan pergi.

"Anam!" panggil Alleia yang membuat langkah lelaki yang sebentar lagi menginjak usia 16 tahun itu berhenti.

"KALAU DI JAHATIN ORANG JANGAN NANGIS! PUKUL ORANGNYA!" seru Alleia lalu berbalik dan berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Anam.

Anam tertawa melihat tingkah gadis itu.

***

Pagi-pagi Anam memutuskan untuk pulang setelah tidur di hotel milik salah satu kerabatnya.

"Darimana kamu?" tanya Keyla pada putra tunggalnya itu.

"Bukan urusan Mama." Anam hendak pergi ke kamarnya, namun terkejut saat Keyla berteriak seperti orang gila.

"Ma, Mama kenapa sih?" Anam memegang kedua bahu Keyla berharap perempuan itu sadar.

"Mama rasanya mau gila kalau kamu terus-menerus seperti ini, Nam. Papa kamu bilang dia mergokin kamu minum-minum! kamu kenapa seperti ini, Nam?! kenapa?!"

"Iya! Julian—"

"Ma stop sebut dia Papa aku! Aku gak punya Papa dan gak akan pernah punya! Aku juga gak minum-minum! Aku pergi karena dia—" ucapan Anam tergantung saat tiba-tiba saja Julian datang dan memeluknya.

Ayyara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang