22. HANSAPLAST

234 13 2
                                    

"Ini semua salah kamu, Ayyara."

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepala Ayyara. Semalam ia mimpi bertemu dengan Anye dan gadis itu datang menyalahkan nya.

Apa itu hanya karena ia merasa bersalah? atau memang dirinya lah yang salah?

Tiba-tiba saja seorang sipir memberikannya map saat dirinya sedang menyiram tanaman.

"Dari siapa?" tanya Ayyara.

"Saya tidak tahu." ujar sipir itu lalu pergi.

Ayyara membuka map tersebut dan betapa terkejutnya ia saat didalam map tersebut terdapat foto beberapa jasad. Termasuk ada foto Arya, sang kakak.

Ia membalik foto Arya dan terdapat tulisan disana, sepertinya tulisan itu ditulis dari darah.

Kamu tidak menyukainya kan?
Setelah semuanya selesai, aku akan membebaskan kamu.

Ayyara menengguk salivanya dengan susah payah. Ternyata didalam map tersebut ada ponsel juga.

Ia menghidupkan ponsel tersebut dan sebuah pesan masuk.

Nomor tidak diketahui: jangan coba-coba untuk memberitahukan nya ke siapapun

Nomor tidak diketahui: ini rahasia kita, sayang

Nomor tidak diketahui: kamu cantik sekali

Nomor tersebut mengirimkan foto dimana Ayyara sedang memegang ponsel di kebun, di tempat nya berdiri sekarang. Ayyara sontak menatap sekitarnya.

Orang itu ada disini? tapi dimana?

Ayyara: kamu siapa?

Nomor tidak diketahui: tidak perlu ketakutan seperti itu

Nomor tidak diketahui: wajah kamu sangat lucu

Ayyara kembali menatap sekitarnya. Tidak ada yang mencurigakan.

Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundaknya. Ia terkejut bukan main membuat Vanya juga ikut kaget.

"Ya ampun Ayyara! Lo kenapa sih?"

Ayyara menggelengkan kepalanya. Ia menyembunyikan handphone tersebut kedalam saku celananya.

"Map apa itu?" Vanya hendak mengambilnya, namun Ayyara langsung menyembunyikannya.

"Bukan apa-apa, cuma hasil USG doang. Ini udah jam makan siang kan? ayo makan!" Ayyara mengubah topik pembicaraan dan menarik Vanya untuk pergi dari perkebunan.

Ayyara mencoba untuk menghubungi Anam, namun lelaki itu tidak mengangkatnya. Akhirnya Ayyara memutuskan untuk menghubungi Brawijaya karena diluar sana sudah begitu banyak orang yang juga mengantre untuk menghubungi keluarga mereka diluar sana.

"Halo."

"Kenapa, Ay?"

"Bisa kesini sebentar? ada yang pingin gue bicarain." Ayyara menatap sekelilingnya takut-takut orang itu sedang mengawasinya. Beberapa orang mulai menyuruhnya untuk buru-buru karena meraka juga hendak menghubungi keluarga mereka.

"Iya aku kesana."

Ayyara memutuskan sambungan dan pergi kembali ke sel nya. Menunggu Brawijaya.

Seorang sipir datang dan memanggil Ayyara karena ada tamu yang ingin menemuinya. Ia bergegas berdiri, itu pasti Brawijaya.

"Jay!" Ayyara menghampiri Brawijaya.

"Maaf ya aku jarang kesini. Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Brawijaya.

"Gue baik-baik aja. Pembunuh itu.... hubungin gue." ujar Ayyara.

Ayyara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang