Mereka sarapan pagi bersama, Anam mencuri-curi pandang pada Ayyara. Kejadian semalam masih melekat di otaknya dengan sangat baik dan tidak terlupakan sedikitpun.
"Ra."
"Nam."
Mereka memanggil secara bersamaan membuat keduanya kembali diam. Tidak, Anam seorang laki-laki jadi ia tidak boleh seperti ini.
"Ekhem. Soal kejadian semalam lupain aja." ucap Anam memalingkan wajahnya kesamping.
Ayyara mengerutkan keningnya, apa ia tidak salah dengar? lupain? Setelah Anam menyentuh tubuhnya sana sini ia disuruh lupain?
"What the hell?!" seru Ayyara. "Setelah lo pegang gue sana sini terus lo bilang dengan tampang ngeselin lo itu lupain?! Lo pikir gue lonte, mending kalo lonte dibayar!" cerocos Ayyara menggebu-gebu.
"Yaudah. Mau berapa?"
Bukan menenangkan Ayyara, Anam justru semakin memancing emosi gadis itu.
"Anak anjing lo!" Ayyara bangkit berdiri lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar.
Anam ikut berdiri dan mengejar gadis itu, ia tidak tahu kenapa kakinya bergerak ingin mengejar Ayyara.
Meraih tangan gadis itu untuk menghentikannya. "Ayyara tunggu!"
"Apa lagi sih?!"
"Gue salah ngomong?" Tanya Anam dengan wajah polos minta di gaplok.
Ayyara tertawa hambar mendengar pertanyaan Anam. "Lepasin tangan gue!" ketus Ayyara.
"Gue minta maaf. Gue pikir kalo kita ingat terus kejadian semalam bakal buat lo merasa canggung dan lo bilang mending lonte dibayar, ya gue pikir lo ngasih kode minta bayaran." Jelas Anam menundukkan kepalanya sambil memegang tangan Ayyara dengan kedua tangannya.
"Tetep aja gue kesel!"
"Terus lo mau gue ngapain biar keselnya hilang?" Tanya Anam dengan lembut.
"Yakin lo?"
"Hm."
Ayyara tampak berpikir. "Tetep sama gue selamanya dan jangan pernah ada pikirin buat ninggalin gue." Ujar Ayyara.
Anam melepaskan genggamannya pada tangan Ayyara.
"Kenapa? gak bisa?"
"Iya gak bisa. Gue punya Anye."
Ayyara memejamkan matanya menahan emosi. Anye lagi, Anye lagi! gadis itu selalu merebut dan merusak kehidupannya.
"Yaudah." Ayyara hendak melangkah pergi, namun lagi-lagi Anam mencegahnya.
"Tapi, gue bisa janji bakal selalu buat lo bahagia selama pernikahan kita."
"Buat apa bahagia selama enam bulan lalu setelahnya ditinggalin?"
***
Meskipun Ayyara menolak, Anam tetap memaksa agar gadis itu ikut untuk berbelanja kebutuhan rumah.
"Lo kan istri, jadi pasti lebih ngerti apa yang dibutuhkan." Ujar Anam.
"Ya elah beli lauk matang aja sih di warteg depan." Ayyara masih mencoba untuk menolak ajakan Anam.
"Gak sehat, Ra."
"Gue bilangin lu sama ibunya! Masakannya dibilang gak sehat." ancam Ayyara membuat Anam tertawa.
"Ayyara, Ayyara. Lo lucu banget sih." Anam mengacak-acak rambut Ayyara gemas.
"Aaaaaaa~ Anam gue tetep mager! Lo gak liat penampilan gue? gue males ganti bajunya!"
Anam meneliti penampilan Ayyara, hanya menggunakan kaos oblong selutut dan hotpants didalamnya. Wajah gadis itu yang tidak terpoles make up sedikitpun, tapi tetap saja cantik.
"Gak usah rapih-rapih, Ra. Kita mau ke supermarket depan aja kok."
Ayyara cemberut, tidak tahu mengapa tapi bawaannya ia begitu malas. Namun, karena Anam akhirnya Ayyara mau ikut juga. Untung saja supermaket nya tidak begitu jauh dari rumah.
Tiba di supermarket yang tadinya malas-malasan seketika Ayyara menjadi orang paling aktif dan bersemangat. Ia memasukkan beberapa mie pedas ke keranjang.
Sedangkan Anam memisahkan diri entah kemana. Cowok itu masuk ke toko perlengkapan bayi.
Anam melihat-lihat kaos kaki dan sarung tangan bayi, sangat kecil dan itu membuat Anam tersenyum senang. Ia memasukannya ke keranjang berserta pakaian bayi juga.
"Kok makanan instan semua, Ra?" tanya Anam melihat keranjang yang dibawa Ayyara.
"Ini yang kita butuhkan, Nam. Makanan instan, biar gak telat ke sekolah." Jawab Ayyara santai.
"Ini gak sehat juga, Ayyara! taro beberapa di rak nya lagi." titah Anam lalu berjalan ke bagian sayur-sayuran dan buah-buahan.
Ayyara hanya bisa menurut, ia menaruh mie-mie yang ingin ia makan kembali ke rak nya lalu menyusul Anam.
"Lo suka buah apa?" tanya Anam.
"Strawberry!"
Anam melangkah mengambil strawberry dan memasukannya ke keranjang.
"Lo ngapain beli baju bayi, Nam?" Tanya Ayyara bingung.
"Buat sepupu gue yang baru lahir." jawab Anam asal karena ia sendiri tidak tahu alasannya apa.
Setelah berbelanja mereka pergi ke toko es krim. Semua barang Anam yang bawa sedangkan Ayyara menyuapkan es krim kedalam mulut cowok itu.
"Ra, kalau punya anak mau cowok apa cewek?" tanya Anam random.
"Gak mau punya anak."
"Loh kenapa gitu?"
"Takut dia gak bahagia, takut dia punya Ayah yang sama kayak gue, takut nanti gue pergi ninggalin dia dan dia tumbuh jadi orang yang kesepian kayak gue. Gak banget ya gue menuangkan kesengsaraan ke keturunan gue. Mending gak usah punya!" jelas Ayyara.
"Kalo lo sendiri mau cewek apa cowok?" tanya Ayyara sekedar basa-basi saja.
"Gak bisa."
"Hah?"
"Gue gak bisa dapet cewek apa cowok, wong ibunya menolak melahirkan." ujar Anam membuat Ayyara seketika membeku.
"Anye juga menolak punya anak." lanjut Anam.
Oh Anye.
Ayyara menertawakan pikirannya, ia bodoh karena berpikir Anam ingin memiliki anak bersamanya!
6 bulan lagi saja ia akan digugat cerai mana mungkin Anam mau punya anak!
Memang Ayyara bodoh.
"Gue yakin, Ra. Lo bakal jadi ibu paling baik kalau suatu saat nanti lo punya anak." Ucap Anam tulus.
"Ngapa bahas anak sih?! proses nya aja belum!"
"Loh, gak inget kemarin malam?" goda Anam membuat kedua pipi Ayyara memerah.
"ANAMMMMMM!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayyara
Mystery / ThrillerAnam dan Ayyara menikah dengan terpaksa. Anam tidak menyukai Ayyara, ia sangat membenci gadis jahat itu. Bagi Anam, Ayyara hanya gadis pembully, pembuat onar dan angkuh. Begitu pula Ayyara, gadis itu sangat membenci Anam yang selalu menilainya sebel...