11. PINDAH RUMAH

233 18 2
                                    

Anam yang sudah tidak bisa menunggu lagi memutuskan untuk mengambil kunci motor dan jaketnya, tapi saat akan membuka pintu kamar, pintu balkon kamarnya terbuka lebih dulu menampilkan Ayyara dengan wajah babak belur.

"Lo-"

"Shhttt gue males ngomong, besok aja marahnya ashhh..." ringis Ayyara karena sudut bibirnya terluka sehingga saat berbicara terasa sakit.

Ayyara langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Menutup matanya dan mencoba untuk tidur meskipun wajah dan perutnya nyut-nyutan.

"Bangun biar gue obatin dulu." titah Anam melangkah menuju laci dan mengeluarkan kotak P3K dari sana.

Ayyara tidak membalas perkataan Anam, gadis itu masih tetap pada posisi awalnya.

"Luka lo harus diobatin!" ucap Anam agak kesal juga dengan sikap Ayyara yang mencuekinya.

"Gak usah sok peduli lo!" ketus Ayyara lalu membelakangi Anam.

"Terserah lah!" Anam menaruh kotak P3K itu dibawah sofa tempat Ayyara tidur lalu ia melangkah menuju tempat tidurnya.

Setelah beberapa menit hening, Ayyara membuka matanya dan bangun dari posisinya. Gadis itu meringis saat menyentuh lebam di wajahnya.

"Sialan!" umpat Ayyara saat mengingat bagaimana Julian curang saat menghadapinya di ring tadi.

Gadis itu membuka kotak P3K yang dibawakan Anam tadi dan mulai mengobati lukanya sendiri.

"Awhh!"

Setelah luka diwajahnya beres, Ayyara membuka pakaiannya dan hanya menyisakan tengtop hitamnya.

Ia bercermin pada kaca besar yang ada dikamar, melihat lebam yang ada di punggungnya karena dipukul balok dari belakang.

Ayyara mencoba untuk mengompres luka tersebut, namun tangannya tidak sampai.

Entah sejak kapan, tapi Anam sudah berdiri dibelakangnya. Merebut kompresan yang ada di tangannya begitu saja.

"Kalo gak bisa itu minta tolong. Hadap belakang!" titah Anam terdengar tegas seolah tidak mau dibantah.

Ayyara menurut, gadis menghadap ke arah cermin melihat bayangannya dan Anam didalam cermin tersebut.

Anam begitu telaten mengompres memar di punggungnya.

"Jangan mikir macem-macem lo!" ancam Ayyara karena punggungnya ia biarkan terbuka.

"Gak nafsu gue sama badan banyak luka gini!" sinis Anam menatap mata Ayyara melalui cermin.

Ayyara memutar kedua bola matanya sinis.

"Udah." setelah mengompres punggung Ayyara, Anam juga membantu gadis itu untuk memperbannya.

"Thanks." ucap Ayyara lalu hendak kembali ke sofa, namun Anam langsung mencegahnya.

"Tidur sama gue."

"Hah?"

"Kalo lo mau sih, kalo gak-"

Belum selesai Anam berucap, Ayyara sudah langsung meloncat keatas tempat tidur.

"Makasih Anam, empuk banget kasur lo!" ujar Ayyara tampak senang.

"Gue bilang tidur bareng gue, bukan lo tidur sendiri disini!" Anam menghempaskan kaki Ayyara yang sengaja gadis itu renggangkan hingga menguasai kasur.

Ayyara mendengus, tapi tetap menggeser tubuhnya agar Anam Kebagian tempat.

"Ini batasnya, kalo lo ngelebihin batas ini gue gak akan segan-segan buat nonjok muka ngeselin lo itu!" cerocos Ayyara sambil menata guling ditengah-tengah antara dirinya dan Anam.

Ayyara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang