Nanon terbangun saat suara getaran mengusik tidurnya.
Nanon meregangkan tubuhnya sebentar sebelum membawa badannya duduk bersandar pada kepala ranjang
tangannya mengelus sprei disebelahnya
dimana lelaki berbadan kekar yang mendekapnya semalam sudah tidak ada disana.
Nanon mencoba tersenyum
meski ada denyutan tidak suka di dadanya
bukankan lelaki itu sudah meminta izinnya semalam?
Nanon harus mengerti dan tidak menuruti egonya terus yang mungkin memberatkan lelaki itu.
mencoba menetralkan perasaannya sebentar yang mulai mendung dipagi ini akhirnya Nanon memilih bangun dan turun dari ranjangnya.
Lebih tepatnya ranjang Ohm
Nanon tidak bisa mengingat kapan terakhir kali ia tidur di ranjang miliknya sendri
karena setiap malam dia akan tertidur dalam dekapan hangat Ohm di kamar ini.
Dengan mengumpulkan semangatnya Nanon segera bangun dan membereskan ranjang mereka seperti biasa.
Walaupun Ohm sudah menyuruhnya tidak perlu melakukannya karena pembantu di rumah ini akan melakukan tugasnya dengan benar.
Tapi sudah menjadi kebiasaan Nanon membereskan tempat tidurnya sendiri dari dulu, Nanon pikir itu juga bukan pekerjaan berat yang mungkin menguras tenaganya.
Dengan cekatan tangannya merapikan sprei itu hingga tangannya membenarkan letak bantal putih itu perhatiannya tertuju pada benda persegi panjang yang jelas ia tahu bukan miliknya.
Nanon meraih ponsel tersebut, benar ini ponsel milik Ohm.
Nanon menekan powernya dan layarnya menyala menampilkan banyak panggilan tidak terjawab dari nomor yang tidak ada namanya disana.
ternyata getaran ponsel ini yang membangunkannya tadi.
Nanon berpikir sebentar sampai sebuah ide membuat senyumnya dibibirnya mengembang.
Ya, Nanon akan mengantarkan ponsel ini pada si pemilik yang kini sedang ada di kantornya.
Mungkin ada hal penting yang perlu Ohm ketahui karena panggilan terjawab yang begitu banyak disana.
Sebenarnya alasan utamanya bukan itu
Nanon hanya menggunakan kesempatan ini untuk bertemu lebih cepat dengan Ohm
lagipula kalau lelaki itu lembur dan ponselnya ada disini itu akan membuat Ohm tidak bisa menemaninya tidur lewat video call atau sekedar panggilan suara nanti
Nanon tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Sehingga dengan semangat Nanon melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap.
.
.
.
.
.
"Jadi kau pemiliknya?"
Ohm berusaha senetral mungkin saat lelaki dihadapannya sudah duduk berhadapan dengannya, hanya ada meja kerja Ohm yang menjadi pembatas mereka
tidak melepaskan pandangannya dari Ohm
menatapnya dengan lekat secara terang terangan
"Ayahku pemiliknya tapi aku punya peran tidak kalah penting"
Dia berucap dan kini menumpukan tangannya pada meja dan menopang dagunya dengan menatap Ohm tanpa ragu.
"Jadi penawaranmu di bagian apa lebih tepatnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
◆Out Of Control◆ [OhmNanon🔞|BL]
FanficSaat Ohm Pawat terus menyiksa dan menyakitinya, tapi kenapa yang tumbuh bukan rasa benci di hati Nanon melainkan rasa ketergantungan, sanggupkan Nanon bertahan? ⚠️ BXB ⚠️ 🔞 contents (lots of harsh words, cursing, verbal abuse, some physical abuse...